(Beritadaerah-Jakarta) Upaya memperkuat ketahanan pangan nasional kembali didorong melalui proyek rehabilitasi jaringan irigasi di dua provinsi, yaitu Aceh dan Riau. Proyek strategis ini dipercayakan kepada PT Hutama Karya (Persero), sejalan dengan langkah pemerintah dalam mendukung swasembada pangan 2025 sebagaimana tertuang dalam Asta Cita kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Dua kontrak penting tersebut merupakan bagian dari Program Optimasi Lahan (OPLAH) yang diinisiasi Kementerian Pertanian, dan dikerjakan di bawah koordinasi Kementerian Pekerjaan Umum. Hutama Karya menyampaikan bahwa proyek ini dirancang untuk meningkatkan intensitas tanam di lahan pertanian—dari satu kali menjadi dua kali dalam setahun—guna mendorong produktivitas dan keberlanjutan pertanian di daerah.
Penandatanganan kontrak untuk Provinsi Aceh dilaksanakan pada akhir Juni 2025, disaksikan oleh perwakilan SNVT PJPA Sumatera I, sementara perjanjian proyek di Riau disahkan beberapa hari kemudian dengan kehadiran pejabat dari SNVT PJPA Sumatera III. Proyek-proyek tersebut mulai dijalankan sejak awal Juli dan ditargetkan selesai pada Oktober 2025, dengan seluruh pendanaan bersumber dari APBN tahun berjalan.
Lingkup kegiatan di Aceh meliputi pemulihan sistem irigasi di 11 wilayah kabupaten/kota, sedangkan di Riau, proyek akan menyasar tiga kabupaten. Pekerjaan utama meliputi pemetaan desain teknis, normalisasi saluran air, perbaikan struktur bangunan irigasi, hingga penggantian pintu air yang mengalami kerusakan. Proyek ini mencakup jaringan saluran primer, sekunder, dan tersier yang vital bagi aliran air ke lahan pertanian.
Menurut pihak perusahaan, dampak rehabilitasi diperkirakan akan dirasakan oleh sekitar 150 kelompok tani di lebih dari 150 desa. Dengan infrastruktur irigasi yang lebih andal, para petani diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman menjadi dua kali tanam dalam setahun (IP2), yang akan berpengaruh langsung terhadap produktivitas panen.
Untuk menunjang efisiensi dan akurasi pelaksanaan proyek, Hutama Karya akan mengintegrasikan teknologi konstruksi digital seperti pemetaan berbasis LiDAR untuk proyek di Aceh serta pemanfaatan drone untuk survei lahan di Riau. Pendekatan berbasis teknologi ini diharapkan mempercepat proses pengerjaan tanpa mengganggu kegiatan pertanian masyarakat setempat.
Koordinasi secara berkala dengan petani, aparat desa, dan pemangku kepentingan lokal juga akan dilakukan agar metode pelaksanaan proyek dapat menyesuaikan dengan kondisi lapangan dan mengurangi gangguan terhadap aktivitas agrikultur selama proses konstruksi berlangsung.
Proyek ini disebut sebagai investasi jangka panjang untuk memperkuat sistem pangan nasional. Hutama Karya optimistis, melalui revitalisasi jaringan irigasi di Aceh dan Riau, kontribusi konkret terhadap kemandirian pangan Indonesia akan semakin nyata, sejalan dengan visi pembangunan nasional yang berkelanjutan.