(Beritadaerah-Nasional) Terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat merupakan salah faktor penentu kesejahteraan sebab hal tersebut akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia. Urgensi masalah kebutuhan gizi terlihat dari tercantumnya tujuan pemenuhan gizi masyarakat pada SDGs tujuan kedua khususnya pada target 2.2 yaitu menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi pada tahun 2030 (Bappenas, 2021). Menurut UU No.28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia, untuk mewujudkan masyarakat yang sehat diperlukan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan AKG yang dianjurkan. Di dalam UU tersebut juga disebutkan bahwa secara umum rata-rata angka kecukupan energi bagi masyarakat Indonesia adalah 2100 kkal/kapita/ hari sedangkan angka kecukupan proteinnya sebesar 57 gram/kapita/ hari pada tingkat konsumsi. Untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari, manusia memerlukan energi yang cukup. Pada umumnya, energi diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat. Jumlah energi yang didapatkan dari konsumsi makanan diukur dengan indikator kalori. Rata-rata konsumsi kalori perkapita sehari penduduk Indonesia pada Maret 2021 telah melampaui AKG yang dianjurkan yaitu 2.143,21 kkal. Angka tersebut meningkat sekitar 1,47 persen jika dibandingkan Maret 2020 (2.112,06 kkal/kapita/hari). Lebih dari 60 persen dari total konsumsi kalori penduduk berasal dari kelompok komoditas Padi-Padian dan Makanan & Minuman Jadi. Padi-Padian menyumbang 39,57 persen dari total kalori atau sebesar 848.14 kkal/ kapita/hari. Di sisi lain, konsumsi kalori penduduk dari makanan dan minuman yang tidak dimasak dirumah sebesar 467,23 kkal atau sekitar 21,80 persen share-nya terhadap total konsumsi kalori penduduk pada Maret 2021. Meskipun hanya menyumbang sekitar dua persen dari total konsumsi kalori, kenaikan konsumsi kalori UmbiUmbian merupakan yang terbesar dibandingkan kelopok komoditas makanan lainnya. Rata-rata setiap penduduk mengonsumsi 37.56 kkal/ hari dari umbi-umbian pada Maret 2020, kemudian meningkat sekitar 23,39 persen menjadi 46,34 kkal pada Maret 2021.
Saat dilakukan disagregasi menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa penduduk di daerah perdesaan memiliki rata-rata konsumsi kalori yang lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan meskipun masingmasing telah memenuhi AKG. Setiap penduduk di daerah perdesaan ratarata konsumsi kalori per harinya sebesar 2.155,73 kkal. Di sisi lain, konsumsi kalori penduduk di daerah pekotaan sedikit lebih rendah yaitu 2.133,69 kkal). Sama seperti Maret 2020, konsumsi kalori dari kelompok komoditas Padi-Padian serta Minyak dan Kelapa lebih banyak di daerah perdesaan dibandingkan perkotaan. Akan tetapi, konsumsi kalori dari Makanan dan Minuman Jadi lebih besar di perkotaan. Rata-rata konsumsi kalori penduduk di daerah perdesaan dari Padi-Padian sebanyak 933,26 kkal dan dari Minyak dan Kelapa sebanyak 289,79 kka/kapita/hari. Sedangkan, penduduk di perkotaan rata-rata konsumsi kalori dari Padi-Padian serta Minyak dan Kelapa masing-masing sebanyak 783,47 kkal dan 283,98 kkal/kapita/hari. Di sisi lain, sekitar seperempat dari total konsumsi kalori di perkotaan berasal dari Makanan & Minuman Jadi, tetapi di perdesaan hanya sekitar 18,24 persen.
Zat gizi yang tidak kalah penting dibandingkan karbohidrat adalah protein. Asam amino yang terkandung pada protein memiliki banyak fungsi antara lain sebagai enzim, hormon, dan antibodi (Sawitri, dkk., 2014). Kurangnya asupan protein dapat berpengaruh pada masalah kekurangan gizi, salah satunya stunting pada balita (Ernawati, dkk., 2016). Hasil Susenas Maret 2021 menunjukan bahwa rata-rata konsumsi portein per hari penduduk Indonesia telah melampaui anjuran AKG yaitu sebesar 62,28 gram per kapita sehari. Terjadi peningkatan konsumsi protein sekitar 0,48 persen dibandingkan Maret 2020 (61,98 gram/ kapita/hari). Konsumsi protein terbesar penduduk berasal dari Padi-Padian (19,97 gram) dan Makanan & Minuman Jadi (14,24 gram). Sedangkan yang terendah berasal dari kelompok Minyak & Kelapa yaitu 0,20 gram/kapita/ hari. Jika diamati lebih jauh menurut kelompok komoditasnya, konsumsi protein penduduk Indonesia lebih dominan pada jenis protein nabati dibandingkan hewani. Sekitar 46,09 persen dari total konsumsi protein penduduk Indonesia pada Maret 2021 berasal dari kelompok Padi-Padian Umbi-Umbian, Sayur, Kacang, dan BuahBuahan yang mewakili bahan makanan sumber protein nabati. Sedangkan protein yang bersumber dari kelompok Ikan, Daging, Telur & Susu (protein hewani) hanya sekitar 26,68 persen.