(Beritadaerah-Kolom) Bulan Desember 2024 mencatatkan dinamika yang cukup menarik dalam perdagangan Indonesia dengan dunia internasional. Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor Indonesia mengalami sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, sementara impor justru menunjukkan kenaikan yang signifikan. Meskipun begitu, Indonesia masih berhasil mempertahankan surplus perdagangan, yang artinya masih ada lebih banyak uang yang masuk dari ekspor dibandingkan uang yang keluar untuk impor.
Ekspor menurun tapi masih stabil
Ekspor Indonesia pada bulan Desember 2024 tercatat sebesar US$23,46 miliar, mengalami penurunan sebesar 2,24 persen dibandingkan bulan sebelumnya, November 2024. Penurunan ini mungkin terdengar sedikit mengecewakan, tetapi sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi angka tersebut. Salah satunya adalah fluktuasi pasar global yang memang cukup tidak stabil pada akhir tahun.
Seiring dengan berakhirnya tahun, sering kali terjadi penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor utama Indonesia, seperti Amerika Serikat, China, dan beberapa negara Eropa. Faktor musiman, seperti liburan Natal dan Tahun Baru, juga membuat permintaan barang sedikit menurun. Banyak negara yang aktivitas bisnis dan produksi barangnya berkurang menjelang liburan panjang tersebut.
Baca juga : November 2024, Neraca Perdagangan Jawa Tengah Surplus
Namun, meskipun ada penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, nilai ekspor Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup baik. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, ekspor Indonesia masih mencatatkan kinerja yang positif. Jadi, meskipun ada penurunan sementara, Indonesia masih cukup stabil dalam hal ekspor.
Impor alami kenaikan signifikan
Di sisi lain, angka impor Indonesia pada bulan Desember 2024 menunjukkan kenaikan yang cukup tajam. Total impor Indonesia tercatat sebesar US$21,22 miliar, yang meningkat 8,10 persen dibandingkan dengan November 2024. Kenaikan ini menunjukkan adanya permintaan yang cukup tinggi terhadap barang-barang dari luar negeri.
Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan kenaikan impor ini. Salah satunya adalah meningkatnya kebutuhan sektor industri domestik akan bahan baku dan komponen impor. Beberapa sektor, seperti industri otomotif, elektronik, dan barang konsumsi, sangat bergantung pada bahan baku yang diimpor untuk mendukung kegiatan produksinya. Kenaikan impor ini juga bisa mencerminkan adanya pemulihan ekonomi domestik, di mana sektor-sektor ini mulai beroperasi lebih aktif dan memproduksi lebih banyak barang untuk memenuhi permintaan pasar.
Namun, di balik kenaikan impor ini, ada hal yang perlu diperhatikan. Terlalu banyak impor bisa menambah defisit perdagangan, terutama jika ekspor tidak meningkat secara signifikan. Untuk itu, Indonesia harus berhati-hati dalam mengelola neraca perdagangan, agar ketergantungan pada barang-barang luar negeri tidak menjadi masalah bagi perekonomian.
Kenaikan harga energi global
Pada Desember 2024, impor migas Indonesia tercatat sebesar US$3,30 miliar, yang mengalami kenaikan 28,26 persen dibandingkan dengan November 2024. Kenaikan ini cukup tajam, dan salah satu alasan utamanya adalah lonjakan harga energi global. Harga minyak dunia, misalnya, sempat mengalami fluktuasi cukup besar pada akhir tahun. Ketika harga energi global naik, otomatis Indonesia, yang meskipun merupakan negara penghasil migas, tetap harus mengimpor BBM dan produk minyak lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Baca juga :Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut Desember 2024 Mencapai 2,24 Miliar Dollar AS
Namun, meskipun ada kenaikan signifikan dalam bulan Desember, impor migas ini mengalami penurunan 2,24 persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (Desember 2023). Penurunan ini bisa jadi karena adanya kebijakan dalam negeri yang berusaha mengurangi ketergantungan pada impor migas, atau bisa juga karena konsumsi energi domestik yang sedikit menurun.
Konsumsi dan barang modal
Sementara itu, impor non-migas Indonesia tercatat sebesar US$17,92 miliar, yang meningkat 5,06 persen dibandingkan bulan November 2024. Kenaikan ini juga menunjukkan bahwa sektor-sektor seperti barang konsumsi dan barang modal (mesin dan alat berat) sedang dalam tren permintaan yang cukup tinggi. Impor non-migas ini mencakup barang-barang seperti elektronik, pakaian, bahan makanan, dan barang-barang lain yang biasa kita pakai sehari-hari.
Selain itu, sektor manufaktur di Indonesia, seperti otomotif, elektronik, dan tekstil, juga banyak mengandalkan barang setengah jadi dan komponen impor untuk diproses lebih lanjut. Kenaikan impor non-migas ini bisa jadi indikasi bahwa sektor-sektor tersebut sedang mengalami peningkatan aktivitas produksi, dan permintaan barang di pasar domestik mulai menunjukkan angka yang positif.
Namun, tentu saja, ada risiko jika terlalu banyak mengandalkan barang-barang impor. Terutama jika barang-barang tersebut bisa diproduksi dalam negeri dengan lebih efisien dan berdaya saing. Dalam hal ini, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas industri dalam negeri agar dapat mengurangi ketergantungan pada impor.
Neraca perdagangan kita surplus tetap ada, tapi…
Meskipun ada penurunan pada ekspor dan kenaikan yang signifikan pada impor, Indonesia masih berhasil mempertahankan surplus perdagangan di bulan Desember 2024. Surplus ini berarti nilai ekspor Indonesia masih lebih besar dibandingkan dengan nilai impor. Sebagai contoh, meskipun ekspor turun sedikit, impor yang naik pun tidak cukup untuk menggoyahkan neraca perdagangan Indonesia.
Namun, surplus yang tercatat pada bulan Desember 2024 ini tidak sebesar beberapa bulan sebelumnya. Ini menunjukkan adanya tantangan bagi Indonesia dalam menjaga keseimbangan antara ekspor dan impor. Jika impor terus naik lebih cepat dari ekspor, maka surplus perdagangan bisa semakin menyempit. Oleh karena itu, Indonesia perlu terus berupaya untuk meningkatkan daya saing barang-barang domestik dan memperkuat sektor ekspor agar bisa mempertahankan surplus perdagangan dalam jangka panjang.
Tantangan dan peluang di masa depan
Meski situasi perdagangan Indonesia di bulan Desember 2024 menunjukkan surplus, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi ke depannya. Salah satunya adalah ketergantungan pada impor. Terlalu bergantung pada produk luar negeri bisa menimbulkan risiko, terutama jika ada gangguan dalam rantai pasok global atau jika harga barang impor tiba-tiba naik. Oleh karena itu, Indonesia perlu terus memperkuat industri dalam negeri dan mendorong hilirisasi industri, sehingga lebih banyak barang yang bisa diproduksi di dalam negeri.
Selain itu, Indonesia juga perlu meningkatkan diversifikasi pasar ekspor, agar tidak hanya bergantung pada beberapa negara besar seperti China dan Amerika Serikat. Menjalin kerjasama dengan negara-negara berkembang atau mencari pasar baru di kawasan Asia, Afrika, dan Eropa bisa menjadi langkah yang baik untuk membuka peluang ekspor baru.
Meskipun ada penurunan ekspor dan kenaikan impor yang signifikan pada Desember 2024, Indonesia masih berhasil mempertahankan surplus perdagangan. Kenaikan impor ini mencerminkan pemulihan ekonomi domestik yang kuat, terutama di sektor industri dan konsumsi. Namun, tantangan utama ke depannya adalah menjaga keseimbangan antara ekspor dan impor serta mengurangi ketergantungan pada barang-barang impor.
Dengan kebijakan yang tepat, dukungan terhadap sektor industri dalam negeri, dan peningkatan daya saing produk Indonesia, kita berharap perekonomian Indonesia bisa terus berkembang dan mencatatkan hasil yang lebih baik dalam perdagangan internasional di tahun ini.