(Beritadaerah-Kolom) Jika dibandingkan dengan 2020, luas panen padi 2021 mengalami penurunan sebesar 245,47 ribu hektar (2,30 persen), apa sebabnya?
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang vital di kehidupan manusia. Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap pencapaian tujuan program Sustainable Development Goals (SDG’s) kedua, yaitu tidak ada kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
Peran sektor pertanian di Indonesia juga menjadi sangat penting karena merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan data BPS, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi sebesar 13,28 persen terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2021.
Pada kondisi pandemi Covid-19 yang berdampak cukup besar terhadap perekonomian nasional, sektor pertanian justru menunjukkan kinerja yang cukup baik.
Hal ini dibuktikan dengan perkembangan sektor pertanian yang tumbuh positif sebesar 1,77 persen di tengah kontraksi perekonomian Indonesia sebesar 2,07 persen pada tahun 2020 dan hingga kini terus bertumbuh positif mencapai 1,84 persen di tahun 2021.
Baca juga :Presiden Meninjau Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Subang
Di samping itu, peran strategis sektor pertanian juga ditunjukkan dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja yang terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu sekitar 28,33 persen berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2021.
Berdasarkan hasil Survei BPS dan lembaga lainnya yang tergabung dalam survei bersama, terjadi pergeseran pola panen padi di Indonesia pada 2021 dibandingkan dengan pola panen pada 2020.
Puncak panen padi pada 2021 terjadi di bulan Maret, lebih awal dibandingkan 2020 di mana puncak panen terjadi pada bulan April.
Sementara itu, baik pada 2020 maupun 2021, luas panen terendah terjadi di bulan Desember.
Total luas panen padi pada 2021 sebesar 10,41 juta hektar, dengan luas panen tertinggi pada bulan Maret sebesar 1,79 juta hektar dan luas panen terendah pada bulan Desember, yaitu sekitar 0,37 juta hektar.
Jika dibandingkan dengan 2020, luas panen padi 2021 mengalami penurunan sebesar 245,47 ribu hektar (2,30 persen).
Perkembangan Luas Panen Padi di Indonesia (Ribu Hektar), 2020-2021
Sumber : BPS
Jika dilihat secara lebih detail menurut provinsi, tiga provinsi yang memberikan kontribusi luas panen padi terbesar pada 2021, yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat dengan luas panen masing-masing sebesar 1,75 juta hektar, 1,70 juta hektar, dan 1,60 juta hektar.
Selama 2021, terdapat sebanyak sembilan provinsi yang mengalami kenaikan luas panen padi dibandingkan 2020. Sementara itu, 25 provinsi lainnya mengalami penurunan luas panen padi pada 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.
Tiga provinsi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penurunan luas panen padi 2021 dibandingkan 2020, ialah Provinsi Lampung, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Ketiga provinsi tersebut mengalami penurunan luas panen yang cukup signifikan dibandingkan dengan provinsi lainnya, masing-masing sebesar 55,58 ribu hektar, 55,08 ribu hektar, dan 35,57 ribu hektar. Sementara itu, kenaikan luas panen padi yang relatif besar terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali.
Selisih Luas Panen Padi 2021 terhadap Luas Panen Padi 2020 Menurut Provinsi di Indonesia (Ribu Hektar)
Sumber : BPS
Produksi Padi di Indonesia
Total produksi padi di Indonesia selama 2021 sekitar 54,42 juta ton GKG, atau menurun sebesar 233,91 ribu ton (0,43 persen) dibandingkan 2020. Jika dilihat lebih rinci, penurunan produksi padi tertinggi terjadi pada bulan Mei 2021, yaitu lebih rendah sekitar 2,27 juta ton dibandingkan Mei 2020.
Baca juga :Presiden Kunjungi Panen Padi di Desa Wanasari, Indramayu
Sementara itu, peningkatan produksi padi yang cukup signifikan terjadi pada bulan Maret 2021, yaitu sebesar 3,37 juta ton dibandingkan produksi padi pada Maret 2020. Hal ini terjadi karena adanya pergeseran puncak panen dari April pada 2020 menjadi Maret pada 2021.
Perkembangan Produksi Padi di Indonesia (Ribu Ton GKG), 2020-2021
Sumber : BPS
Produksi padi tertinggi pada 2021 terjadi di bulan Maret, yaitu mencapai 9,67 juta ton dan produksi terendah terjadi pada bulan Desember, yaitu sebesar 2,04 juta ton GKG.
Hal ini berbeda dengan kondisi 2020, di mana produksi padi tertinggi terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 9,77 juta ton, sementara produksi terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 1,62 juta ton.
Baca juga :Bertolak ke Jabar, Presiden Jokowi Tinjau Panen Padi di Indramayu
Wilayah penghasil padi terbesar pada 2021 masih didominasi oleh Pulau Jawa. Lebih dari 50 persen produksi padi di Indonesia disumbangkan oleh Pulau Jawa, khususnya oleh provinsi-provinsi yang merupakan sentra produksi padi, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Beberapa provinsi sentra produksi padi di luar Pulau Jawa diantaranya Provinsi Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Produksi Padi Menurut Provinsi di Indonesia (Ribu Ton GKG), 2021
Sumber : BPS
Penurunan produksi padi yang terjadi pada 2021 sebagian besar disumbang oleh Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, dan Jawa Timur.
Sementara itu, peningkatan produksi padi yang cukup besar terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Papua.
Sebagian besar provinsi yang berkontribusi cukup signifikan terhadap penurunan dan peningkatan produksi padi pada 2021 merupakan provinsi sentra produksi padi di Indonesia.
Selisih Produksi Padi 2021 terhadap Produksi Padi 2020 Menurut Provinsi di Indonesia (Ribu Ton GKG)
Sumber : BPS
Produksi Beras di Indonesia
Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi padi pada 2021 setara dengan 31,36 juta ton beras, atau menurun sebesar 140,73 ribu ton (0,45 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada 2020.
Produksi beras pada 2020 adalah sebesar 31,50 juta ton. Sejalan dengan produksi padi, produksi beras terbesar pada 2021 terjadi di bulan Maret, yaitu sekitar 5,57 juta ton beras.
Hingga saat ini, pemerintah terus berupaya untuk menjalankan sejumlah program guna meningkatkan kapasitas produksi padi/beras nasional.
Sejalan dengan kondisi pangan dunia saat ini, Indonesia memerlukan jalan agar tetap menghasilkan beras pagi kebutuhan dalam negeri.
Turunnya produksi beras disebabkan dua hal, yang pertama adalah kondisi lahan yang dibiarkan, atau ditanamai tanaman lain. Survei juga mencatat sebab ini terjadi adalah karena gagal panen padi yang terjadi. Kondisi ini tentulah harus diatasi dengan peningkatan teknologi pangan dan pendampingan petani.
Kemungkinan kedua adalah terjadinya pengalihan lahan pertanian menjadi lahan yang lain, seperti perumahan, industri dan yang lainnya. Kemungkinan ini harus diatasi dengan pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah, atau juga dilakukannya perluasan lahan baru. Pembatasan oleh pemerintah diupayakan dengan berbagai hal, seperti menciptakan sawah tempat wisata, khususnya di Jawa. Sedangkan perluasan lahan baru dapat dilakukan di daerah-daerah luar Jawa dimana masih terdapat lahan yang luas.
Apa yang hilang di Jawa harus digantikan 3-4 kali lipat di luar Jawa. Sudah barang tentu untuk melakukan itu, bukan hal yang mudah dan sekarang ini ada program pemerintah mengembangkan kembali lahan sawah.
Sebagai contoh adalah dilakukannya pembangunan food estate menggunakan lahan Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan yang dahulu berjumlah sejuta hektar, menjadi mimpi Presiden Jokowi saat ini.
Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia memerlukan cadangan pangan untuk menghadapi kondisi krisis pangan akibat pandemi, mengantisipasi perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan.
Lokasi sudah ditetapkan, pertama Kalimantan Tengah di kabupaten Pulang Pisau dan Sumatera Utara di kabupaten Humbang Hasudutan.
Rencana juga akan dilakukan di Papua, NTT, Sumatera Selatan. Sudah ada sejumlah progress, dan perlu diselesaikan kepemilikan lahan dan perlu ada perumusan master plan dari food estate.
Kalimantan Tengah memiliki lahan irigasi dan lahan non irigasi seluas untuk tanaman singkong, jagung dan lainnya serta perternakan.
Diperlukan infrastruktur pendukung seperti akses jalan, untuk penggunaan alat-alat berat pertanian.
Siapakah yang mengelola, tanaman apa yang akan ditanam, teknologi yang digunakan dan model bisnis yang harus digunakan merupakan gagasan Presiden untuk disiapkan dalam food estate.