(Beritadaerah-Jakarta) Bagi banyak orang, mimpi menaklukkan puncak dunia mungkin terdengar mustahil—terlebih bagi mereka yang hidup dengan disabilitas. Namun, Anggi Wahyuda memilih melangkah melampaui batas itu. Dengan semangat tak tergoyahkan, ia menjadikan keterbatasan fisik sebagai bahan bakar perjuangan, bukan sebagai rintangan.
Melalui gerakan bertajuk “Satu Langkah Lagi”, Anggi membidik Everest Base Camp di Nepal. Bukan sekadar ekspedisi fisik, misinya adalah pernyataan lantang: disabilitas bukan akhir, melainkan awal dari cerita besar tentang daya juang dan keberanian.
“Lewat perjalanan ini, saya ingin memberi energi positif dan mendorong semangat generasi muda, khususnya teman-teman disabilitas, untuk berani bermimpi,” ujar Anggi dalam siaran pers yang diterima InfoPublik, Rabu (14/5/2025).
Langkah Anggi tak berjalan sendiri. Ia mendapat sokongan penuh dari pemerintah. Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Dito Ariotedjo, menyebut Anggi sebagai simbol tekad tanpa batas.
“Anggi menunjukkan bahwa keterbatasan bukan penghalang. Justru semangatnya adalah inspirasi bagi kita semua,” tegas Dito dalam konferensi pers di Media Center Kemenpora.
Dukungan juga datang dari Wakil Menpora Taufik Hidayat serta Raffi Ahmad, yang kini bertugas sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Generasi Muda.
“Orang luar biasa adalah mereka yang mampu memaksimalkan kekuatan di tengah keterbatasan. Apa yang dilakukan Anggi bukan hanya soal pendakian, tapi gerakan sosial yang menggugah,” ujar Raffi.
Di tengah dunia yang makin mendorong inklusivitas, Anggi Wahyuda menjadi simbol nyata perubahan paradigma. Langkahnya di lereng Himalaya bukan hanya menuju ketinggian fisik, tapi juga menuju kesadaran baru: bahwa kemampuan tidak diukur dari tubuh semata, melainkan dari keberanian untuk bermimpi dan bertindak.