Pemprov Jateng Dorong Produksi Kedelai Lokal Grobogan

(Beritadaerah – Grobogan) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus mendorong peningkatan produksi kedelai lokal, termasuk varietas kedelai Grobogan. Apalagi, dibanding kedelai impor, kedelai lokal memiliki kandungan protein lebih tinggi, dan lebih sehat karena fresh.

Seperti yang diungkapkan oleh petani asal Desa Pojok, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Basri Mustofa bahwa kebiasaan menanam kedelai di lahan sudah mendarah daging di wilayah tersebut. Akan tetapi, minat petani bertanam kedelai naik turun, seiring dengan fluktuasi harga kedelai. Harga kedelai sempat anjlok di bawah Rp 6.000 per kilogram pada 2017-2019 lalu. Sekarang dengan harga jual yang membaik yang mencapai Rp 10 ribu per kilogram, para petani kini bersemangat menanam komoditas kedelai lokal.

Terkait dengan hal ini, Kepala Dinas Pertanian Grobogan, Sunanto menambahkan, varietas lokal memiliki kualitas baik, tak kalah dari kedelai impor. Bahkan, varietas Grobogan dinilai lebih unggul karena belum direkayasa secara genetis. Keunggulan varietas lokal di antaranya, umur tanaman yang pendek sekitar 76-85 hari siap panen, produktivitas tinggi, dan protein yang lebih tinggi.

Dikutip laman Jatengprov, Jumat (7/10), secara data, Sunanto memaparkan produksi kedelai Grobogan mengalami fluktuasi. Pada 2018 panen petani kedelai mengalami kejayaan. Pada tahun tersebut luasan produksi kedelai mencapai 60 ribu hektare.

Setelahnya, pada 2019 lahan kedelai turun menjadi 15 ribu hektare, lalu 2020 menyusut kembali menjadi hanya 6.000 hektare. Pemulihan mulai terasa pada 2021  luas produksi tanaman kedelai meningkat menjadi 15 ribu hektare, dan 2022 ditargetkan 30 ribu hektare.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Supriyanto mengatakan, produksi kedelai lokal belum bisa memenuhi kebutuhan kedelai di Jawa Tengah. Namun demikian, pemerintah daerah dan pusat terus menggenjot produksi serta memberikan bantuan bagi para petani.

Saat ini produksi kedelai di Jateng mencapai puncaknya pada 2018 yang mencapai 166 ribu ton. Namun seiring fluktuasi harga, produksi kedelai di bawah 100 ribu ton. Sementara, kebutuhan kedelai di Jateng defisit 555 ribu ton per tahun.

Supriyanto menyebut, tidak mempermasalahkan masuknya kedelai impor. Hanya, ia mendorong agar petani mulai menggalakkan penanaman kedelai lokal, seiring harga jual yang dinilai membaik.

Pada 2023, ia berharap harga kedelai lokal semakin membaik, agar menggairahkan para petani. Untuk menggenjot produksi, APBD Jawa Tengah dikerahkan untuk penanaman kedelai di lahan 300 hektare. Selain itu APBN juga memberi alokasi 12.500 hektare lahan kedelai ditambah 50 ribu hektare dari Anggaran Biaya Tambahan (ABT).