(Beritadaerah-Jakarta) Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menyampaikan pandangannya mengenai peran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam dunia media. Ia menilai bahwa sebaik apa pun kemampuan AI, teknologi tersebut tidak akan pernah bisa menggantikan jurnalisme yang dijalankan dengan integritas, empati, dan tanggung jawab manusia.
Dalam forum *Local Media Summit 2025* di Jakarta Selatan, Nezar menegaskan bahwa kualitas jurnalisme bergantung pada tiga hal utama, yaitu kemampuan berpikir kritis, keterampilan, dan etika. Ia mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada AI dapat mengikis kemampuan berpikir kritis di ruang redaksi, yang menjadi fondasi utama dalam menjaga keakuratan dan independensi berita.
Mengutip hasil riset Thomson Reuters Foundation bertajuk *Journalism in the AI Era*, ia menjelaskan bahwa sekitar 80 persen media di negara berkembang sudah memanfaatkan teknologi AI dalam kegiatan jurnalistik sehari-hari. Namun, hanya sebagian kecil yang memiliki pedoman resmi untuk penggunaannya. Kondisi tersebut dinilai berisiko menurunkan kepercayaan publik, terutama jika tidak ada transparansi dalam membedakan konten buatan manusia dengan hasil mesin.
Nezar juga menilai langkah Dewan Pers yang menerbitkan *Pedoman Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Karya Jurnalistik* sebagai langkah maju. Aturan itu menjadi panduan agar pemanfaatan AI di dunia media berjalan secara etis, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Ia menambahkan, Kementerian Komunikasi dan Digital saat ini sedang memfinalisasi dua kebijakan penting, yaitu Peta Jalan Kecerdasan Artifisial Nasional serta kebijakan keamanan dan keselamatan penggunaan AI. Kedua dokumen strategis tersebut akan ditetapkan melalui Peraturan Presiden sebagai panduan nasional dalam pengembangan dan pengawasan teknologi AI.
Menurutnya, kecerdasan buatan harus dipandang sebagai mitra bagi manusia, bukan sebagai pengganti. Ia menegaskan pentingnya kesadaran dalam penggunaan teknologi agar manusia tetap memiliki kendali atas proses pengambilan keputusan.
Nezar menutup pesannya dengan mengingatkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dalam profesi jurnalisme. Menurutnya, empati, nurani, dan pengalaman hidup adalah hal yang tidak bisa direplikasi oleh mesin. Teknologi, ujarnya, seharusnya membantu memperkuat kualitas berita dan memperluas jangkauan informasi, tanpa menghilangkan peran manusia sebagai penjaga kebenaran dan kepercayaan publik.