Budi Daya Ikan Nila, Sangat Menjajikan

(Beritadaerah – Karawang) Menteri Kelautan dan Perikanan meninjau Modeling Budi Daya Nila Salin di Karawang Jawa Barat dan memastikan tambak yang berbasis kawasan tersebut siap dioperasikan secara penuh tahun ini. Dikutip dari sumber Web KKP, Dalam lawatannya ke Modeling Budi Daya Nila Salin Karawang.Menteri Trenggono“Tadi saya sudah meninjau dan melihat langsung satu per satu blok petakan tambak. Alhamdulillah sudah berproduksi dengan baik. Insya Allah sudah siap peresmian. Sekarang sudah selesai semua kurang lebih 80 hektare petakan tambak budi daya ikan nila salin sudah beroperasi semuanya,”

Pada kesempatan yang sama, Menteri Trenggono berharap pembangunan Modeling Budi Daya Nila Salin ini dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari sisi ekonomi. “Tilapia Indonesia diharapkan nantinya bisa bersaing di pasar global dan menjadi champion. Produksi ikan nila salin dari Modeling Budi Daya Nila Salin di Karawang ini siap dalam bentuk fillet dengan ukuran dikemas 700 gram ke atas. Fillet asal Indonesia sangat diminati oleh Amerika Serikat sebesar 80 persen, sisanya ke Erora dan Jepang,” ujar Trenggono.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, KKP sudah selesai membangun modeling atau proyek percontohan budidaya ikan nila salin seluas kurang lebih 80 hektare. Diproyeksikan akan menghasilkan kurang lebih 87,7 ton per hektar per siklus. Lama pemeliharaan kurang lebih 7-8 bulan.

Dirjen Tebe mengatakan, KKP bekerjasama dengan banyak pihak dalam menghadirkan perangkat teknologi untuk mendukung operasional modeling budidaya nila salin di Karawang. Teknologi yang digunakan merupakan karya anak negeri. Di antaranya startup e-Fishery dalam pengadaan alat e-feeder, dan startup Agree Telkom pada pengadaan IoT Water Quality Smart Sensor. Pengadaan e-feeder bertujuan untuk memudahkan dalam pemberian pakan karena dapat beroperasi secara otomatis. Sementara IoT Water Quality Smart Sensor untuk monitoring kualitas air setiap harinya melalui smartphone.

Tebe menambahkan, keberadaan e-feeder sangat berguna untuk mendukung kegiatan budidaya ikan intensif. Jumlah dan frekuensi pemberian pakan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan populasi ikan yang ada dalam petakan tambak, sehingga sangat berguna. “Pembangunan modeling ini memang tidak mudah, harus mensinergikan semua kekuatan, semua lini dari berbagai stakeholder terkait. Kementian KKP terus mendorong kepada semua stakeholder dan akademisi untuk terus memberikan dukungan dalam pengembangan budidaya ikan nila salin,”ujar Tebe.

Benih-benih nila salin yang digunakan juga berkualitas tinggi dan telah diberi vaksin, sehingga tidak rentan terserang penyakit. Salah satunya jenis Nila Sakti hasil produksi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Tebe menambahkan “Pada kolam Blok A dan Blok B terdapat 58 petak kolam insya Allah siap untuk dipanen. Sementara blok C dan D terdapat sebanyak 92 petak kolam telah ditebar benih ikan nila salin dengan perlakuan yang sama dengan diberikan vaksin”.

“Pembangunan modeling ikan nila salin berbasis kawasan ini diharapkan bisa menjadi menjadi contoh bagi pelaku usaha budidaya ikan nila salin dan mengundang investor dalam pengembangan budidaya ikan nila salin. Dampak modeling tidak menimbulkan persoalan bagi lingkungan karena pembangunannya, karena kami tata dengan baik seperti bagaimana intake dan outletnya, tandonnya dan sistem pengairannya. Selain itu kami tidak membuang langsung air buangan ke laut, melainkan ada proses purifikasi terlebih dulu, dan pohon mangrove terus dijaga kelestariannya dan dikembangkan luasannya,” pungkas Dirjen Tebe.

Peningkatan produksi ikan nila merupakan upaya menangkap peluang pasar perikanan di kancah global. Selama ini Tilapia mendapat respon positif lantaran rasa dan kualitas dagingnya dibanding ikan sejenis dari negara lain. Hal tersebut membuktikan prospek budidaya ikan nila salin sangat bagus. “Selanjutnya apabila berhasil, KKP akan mencoba menerapkan modeling ikan nila salin berbasis kawasan ini untuk menggantikan tambak-tambak idle di kawasan Pantai Utara Jawa (Pantura),”harap Tebe.

Kepala Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang M. Tahang menjelaskan, modeling ikan nila salin berbasis kawasan diharapkan bisa meningkatkan produktivitas budidaya sebesar 87,7 ton per hektare per siklus. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari tambak nila salin tradisional yang hanya sekitar 0,6 ton per hektare per tahun.

Tahang menjelaskan, biaya investasi pembangunan fasilitas sarana modeling nila salin berbasis kawasan mencapai Rp76 miliar. Hasil modeling diharapkan bisa mencapai sekitar 7.020 ton per siklus atau senilai Rp210,6 miliar dengan asumsi harga jual ikan nila salin Rp30 ribu per kg. Dari asumsi hitungan ekonomi dengan harga pokok produksi Rp24.500 per kg, modeling akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp38,6 miliar.

Dian Hardiantho selaku Koordinator Budidaya Ikan Tilapia di BBPBAT Sukabumi  menjelaskan, Keunggulan ikan nila sakti antara lain tumbuh cepat dan tahan terhadap bakteri Streptococcus agalactiae dan Aeromonas hydrophila. “Dengan tingkat ketahanan penyakit yang relatif tinggi, maka ikan nila sakti mampu bertahan terhadap perubahan lingkungan. Selain itu juga dengan tingkat ketahanan penyakit yang relatif tinggi akan menurunkan penggunaan obat yang berdampak negatif pada lingkungan,”.