(Beritadaerah – Semarang) Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menegaskan bahwa provinsi yang dipimpinnya masih menjadi destinasi utama bagi investasi dan ekspor, meski dunia tengah dilanda berbagai krisis global seperti pandemi, konflik geopolitik, hingga ketegangan ekonomi internasional.
Dalam seminar bertajuk “Tantangan dan Peluang Ekspor Pascakebijakan Trump” yang digelar di Semarang, Senin (20/10), Luthfi menyampaikan bahwa kondisi sosial dan keamanan di Jawa Tengah relatif stabil. Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang mendukung masuknya investasi.
“Jawa Tengah ini adem dan nyaman. Tidak ada konflik sosial yang berarti, dan dari sisi keamanan sangat kondusif. Investor tidak perlu khawatir,” ujar Luthfi.
Ia menyebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mendorong terciptanya iklim investasi yang sehat, antara lain melalui penyederhanaan proses perizinan, baik untuk investor asing (PMA) maupun domestik (PMDN). Selain itu, kualitas dan daya saing tenaga kerja di Jawa Tengah juga menjadi nilai tambah.
Di tengah tantangan global seperti pandemi Covid-19, perang Rusia–Ukraina, dan konflik di Timur Tengah, Jawa Tengah justru mampu menunjukkan resiliensi ekonomi. Gubernur Luthfi menilai bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci ketahanan tersebut.
Menariknya, kebijakan dagang era Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru membuka peluang bagi Jawa Tengah. Sejumlah investor global memilih Jawa Tengah sebagai basis produksi dan ekspor.
Amerika Serikat bahkan menjadi pasar ekspor terbesar Jawa Tengah, menyumbang 47,9 persen dari total ekspor provinsi tersebut. Disusul oleh Uni Eropa (11,2%), Jepang (8,1%), ASEAN (6,4%), dan Tiongkok (4,2%).
Sepanjang Januari hingga Agustus 2025, total ekspor Jawa Tengah tercatat mencapai 7,95 miliar dolar AS, naik 10 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Surplus perdagangan mencapai 2,19 miliar dolar AS.
Beberapa komoditas unggulan yang mendominasi pasar ekspor antara lain sarang burung walet, kulit kambing, ikan, udang, rajungan, dan produk olahan kayu, yang sangat diminati di pasar Amerika dan Eropa.
Luthfi juga menyoroti perkembangan kawasan industri seperti Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kawasan Industri Kendal, serta sejumlah kawasan industri lainnya yang berperan penting dalam pembentukan pusat-pusat ekonomi baru di berbagai wilayah.
“Kami terus dorong konektivitas antarwilayah seperti Soloraya, Semarang Raya, Pati Raya, hingga Banyumas Raya. Tujuannya agar pemerataan ekonomi bisa tercapai,” jelasnya.
Menanggapi tren ekonomi hijau, Pemprov Jateng telah meluncurkan program Rengganis Pintar (Revitalisasi Green Industry untuk Peningkatan Ekspor Jawa Tengah). Program ini ditujukan untuk mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Beberapa negara, khususnya Uni Eropa, sangat memperhatikan aspek keberlanjutan. Ini peluang besar yang harus kita manfaatkan,” tegas Luthfi.
Di akhir paparannya, Gubernur Luthfi mengajak seluruh pelaku usaha di Jawa Tengah untuk terus meningkatkan daya saing dan memperluas pasar ekspor.
“Tugas saya ini seperti manajer marketing-nya Jawa Tengah. Saya ingin dunia tahu bahwa provinsi ini siap bersaing secara global,” pungkasnya.

