Perkuat Hulu Perikanan, Menteri KP Dorong Hilirisasi dan Inovasi Industri

(Beritadaerah-Nasional) Sektor kelautan dan perikanan terus dipacu untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen melalui penguatan program hilirisasi. Produksi komoditas unggulan seperti udang, rumput laut, ikan nila, dan tuna akan menjadi fokus utama.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen memperkuat sektor hulu dengan mendorong peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya.

“Prioritas kami adalah penguatan di hulu, karena jika hulunya stabil, sektor hilir akan lebih mudah berkembang dengan dukungan investasi dan inovasi,” kata Trenggono dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi 2024 di Jakarta, Rabu (11/12/2024).

Ia menyebutkan data produksi perikanan tangkap mencapai 7,5 juta ton pada 2022, sementara ikan budidaya sebesar 5,5 juta ton, dan produksi rumput laut mencapai 9,2 juta ton. Untuk memperkuat sektor ini, KKP memperluas program budidaya unggulan seperti rumput laut, udang, dan ikan nila.

Trenggono juga menyoroti pengembangan budidaya tuna farming di Biak dengan melibatkan investor Turki serta modeling produksi garam di Nusa Tenggara Timur dan rajungan di Jawa Timur. Langkah ini diharapkan dapat menjamin pasokan bahan baku yang stabil bagi industri hilir.

Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Ruslani, menegaskan pentingnya sektor kelautan dan perikanan dalam program hilirisasi nasional. Dari 28 komoditas prioritas hilirisasi, enam di antaranya berasal dari sektor ini, yaitu udang, tuna, tongkol dan cakalang, rajungan, nila, rumput laut, serta garam.

“Indonesia menjadi penghasil utama tropical seaweed dan memiliki potensi besar pada komoditas lain seperti ikan nila dan rajungan. Dengan hilirisasi, kita mampu menciptakan nilai tambah yang signifikan,” ujar Rosan.

Ia menambahkan bahwa hingga 2040, program hilirisasi diproyeksikan menghasilkan dampak ekonomi besar dengan investasi sebesar USD618 miliar yang berpotensi menghasilkan nilai ekspor hingga USD857,9 miliar, meningkatkan PDB sebesar USD235,9 miliar, dan menyerap lebih dari 3 juta tenaga kerja.

Strategi kolaborasi lintas sektor ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri kelautan global.