(Beritadaerah-Jakarta) Perekonomian Indonesia tetap berada pada jalur yang solid dengan pertumbuhan sebesar 5,05 persen (yoy) pada Triwulan II-2024. Capaian ini didukung oleh inflasi yang terkendali di angka 2,13 persen pada Juli 2024, lebih tinggi dibandingkan negara-negara seperti China, Singapura, Korea Selatan, dan Meksiko.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan dapat mencapai 5,1 hingga 5,2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia memiliki resiliensi terhadap konflik geopolitik, disrupsi rantai pasok, dan fluktuasi nilai tukar.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan pada Triwulan II-2024 didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93 persen (yoy) dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,43 persen (yoy). Konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi dengan angka 9,98 persen (yoy), didorong oleh berbagai kebijakan pemerintah seperti Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor perumahan dan kendaraan listrik, serta pelaksanaan operasi pasar murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM).
Di sisi lapangan usaha, industri pengolahan tetap menjadi penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) dengan pertumbuhan 3,95 persen (yoy). Sektor akomodasi makanan dan minuman mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 10,17 persen (yoy), didorong oleh event berskala nasional dan internasional. Sektor transportasi dan perdagangan juga tumbuh signifikan sebesar 9,56 persen (yoy) berkat peningkatan mobilitas, pengiriman barang ekspor-impor, dan kunjungan wisatawan.
Pertumbuhan ekonomi yang signifikan juga terlihat di berbagai wilayah, dengan Pulau Jawa menyumbang 57,04 persen terhadap PDB nasional. Wilayah Maluku Papua mencatatkan pertumbuhan 8,45 persen berkat industri pengolahan, pertambangan, dan penggalian, sedangkan Bali dan Nusa Tenggara serta Sulawesi masing-masing tumbuh 6,84 persen dan 6,07 persen didorong oleh sektor-sektor seperti pertambangan, perikanan, kehutanan, dan industri pengolahan.
Menko Airlangga juga menyebutkan bahwa indikator konsumsi menunjukkan tren positif, dengan kredit konsumsi meningkat sebesar 10,4 persen, inflasi inti terkendali di 1,9 persen (yoy) pada Mei 2024, dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencapai 123,3 pada bulan yang sama. Likuiditas pasar (M2) juga tumbuh sebesar 7,8 persen.
Di sektor eksternal, Indonesia menunjukkan ketahanan yang cukup baik dengan neraca perdagangan yang mengalami surplus, peningkatan kunjungan wisatawan, dan cadangan devisa yang terjaga. Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) masing-masing mencapai Rp217 triliun dan Rp211 triliun.
Berbagai lembaga rating internasional, termasuk S&P, Moody’s, Fitch, dan JCR, tetap mempertahankan peringkat investasi Indonesia dengan outlook yang stabil, mengakui prospek pertumbuhan ekonomi yang solid, ketahanan eksternal, dan beban utang yang terjaga.
Pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas dan ketahanan ekonomi, termasuk hilirisasi, pembangunan infrastruktur, aksesi OECD, Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), serta pengembangan kawasan sentra pangan dan digitalisasi. Program-program sosial seperti perlindungan sosial, pembiayaan mikro, Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta pengembangan lumbung pangan melalui food estate juga akan terus didorong.