Satu Tahun Kepemimpinan Nasional, PGE Teguhkan Langkah Menuju Kedaulatan Energi Hijau

(Beritadaerah-Jakarta) Dalam tahun pertama pemerintahan baru, upaya memperkuat transisi energi bersih menunjukkan kemajuan signifikan, salah satunya melalui kontribusi aktif PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE). Perusahaan energi panas bumi ini terus memperluas perannya dalam pembangunan berkelanjutan, sejalan dengan visi pemerintah terhadap kemandirian energi nasional.

Pihak PGE mengungkapkan bahwa dukungan kebijakan dari pemerintah menjadi faktor pendorong utama dalam pengelolaan potensi energi panas bumi secara lebih optimal. Dengan cadangan panas bumi yang mencapai sekitar 40 persen dari total dunia, Indonesia disebut memiliki peluang strategis untuk memimpin dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan.

Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, dalam pernyataannya menyebutkan bahwa PGE mengambil peran penting sebagai ujung tombak dalam mewujudkan energi bersih sebagai pilar utama ketahanan energi Indonesia. Menurutnya, pengelolaan yang bertanggung jawab atas sumber daya panas bumi bukan hanya soal produksi energi, tetapi juga tentang meletakkan dasar bagi masa depan hijau yang berkelanjutan.

Selama satu tahun terakhir, sejumlah langkah strategis telah dilakukan oleh PGE. Di antaranya adalah pengoperasian PLTP Lumut Balai Unit 2 di Sumatra Selatan dan dimulainya pembangunan PLTP Gunung Tiga di Lampung. Proyek-proyek ini bukan hanya meningkatkan kapasitas kelistrikan nasional, tetapi juga menjadi tonggak pencapaian dalam target jangka panjang PGE, yaitu mencapai kapasitas terpasang mandiri sebesar 1 gigawatt dalam beberapa tahun ke depan, dan 1,8 gigawatt pada tahun 2033.

Selain pengembangan infrastruktur pembangkit, PGE juga mendorong penguatan inovasi di sektor energi rendah karbon. Salah satunya melalui pengembangan proyek percontohan hidrogen hijau (green hydrogen) di Ulubelu. Inisiatif ini disebut sebagai upaya awal membangun rantai nilai energi alternatif yang lebih bersih, dari produksi hingga pemanfaatannya.

Dari aspek sosial dan lingkungan, komitmen PGE terhadap keberlanjutan tercermin dalam kinerja ESG (Environmental, Social, and Governance) yang diakui secara global. PGE berhasil masuk dalam daftar Top 50 ESG versi Sustainalytics, dengan skor risiko yang sangat rendah.

Kontribusi nyata PGE terhadap masyarakat juga terlihat melalui program pemanfaatan langsung panas bumi (direct use). Di Area Kamojang, teknologi **Geothermal Dry House** dimanfaatkan untuk membantu petani kopi mempercepat proses pengeringan secara efisien dan ramah lingkungan. Uap sisa dari pembangkit digunakan sebagai sumber panas alternatif—menjadikan inovasi ini sebagai yang pertama di dunia. Program serupa juga diterapkan untuk budidaya melon dan produksi pupuk berbasis energi panas bumi.

Dengan total kapasitas panas bumi yang saat ini mencapai 1.932 MW, PGE berkontribusi dalam menyuplai listrik untuk lebih dari dua juta rumah tangga, sekaligus menurunkan emisi karbon sekitar 10 juta ton CO₂ per tahun.

Transformasi ini menunjukkan bahwa upaya kolaboratif antara pemerintah dan sektor energi telah menempatkan Indonesia pada jalur yang tepat menuju kedaulatan energi berkelanjutan.