(Beritadaerah-Manokwari) Di ujung utara Kota Manokwari, hanya sekitar 15 menit perjalanan dari pusat kota, terbentang sebuah pantai yang masih memelihara keaslian alamnya—Pantai Petrus Kafiar. Namanya diambil dari sosok guru asli Papua, Petrus Kafiar, yang pada akhir abad ke-19 menjadi pelayan dan pendidik pertama di wilayah pesisir Amban. Kisah beliau yang membawa pendidikan dan pengaruh positif bagi masyarakat setempat kini terpatri bukan hanya dalam ingatan, tetapi juga dalam nama pantai ini.
Begitu tiba di lokasi, hamparan pasir hitam yang lembut menyambut setiap langkah. Di kejauhan, ombak berkejaran dengan ritme yang menenangkan, sementara garis pantai dihiasi oleh batu-batu karang alami yang menambah pesona. Udara laut yang segar berpadu dengan suara ombak menciptakan suasana yang cocok untuk melupakan sejenak hiruk pikuk kota. Meski belum setenar pantai-pantai lain di Papua Barat, keasrian Pantai Petrus Kafiar justru menjadi daya tarik utamanya.

Pantai ini juga dikenal memiliki karakter ombak yang menarik bagi peselancar. Walau bukan pusat kegiatan surfing di Manokwari, pernah ada kompetisi surfing junior tingkat internasional yang diadakan di sini, membuktikan bahwa gelombangnya cukup menantang untuk olahraga air. Namun, bagi mereka yang tak berminat berselancar, banyak cara lain untuk menikmati pantai ini—mulai dari memancing, membakar ikan segar di area panggangan yang tersedia, hingga sekadar duduk di bangku kayu yang disediakan sambil menatap matahari terbenam.
Sejak diresmikan pada 25 Oktober 2018 oleh Wakil Gubernur Papua Barat, Pantai Petrus Kafiar tak hanya menjadi destinasi rekreasi, tetapi juga sumber harapan bagi perekonomian masyarakat sekitar. Warga setempat turut mengelola dan mengembangkan pantai ini, membuka warung makan, menjual cenderamata khas Papua, dan menyediakan fasilitas sederhana seperti area parkir, bilik ganti, hingga spot foto yang instagramable. Semua itu dirancang tanpa menghilangkan nuansa alami yang menjadi identitas pantai ini.

Bagi wisatawan yang datang, kesan yang paling sering diingat adalah kebersihan dan ketenangan. Pantai ini ramah untuk keluarga, mudah diakses, dan memberikan ruang luas bagi pengunjung untuk menikmati liburan dengan cara mereka sendiri. Saat senja tiba, langit Amban memerah, memantulkan cahaya ke permukaan laut yang berkilau. Di momen inilah, banyak yang merasa seolah waktu melambat—membiarkan setiap orang menyerap keindahan yang ada di depan mata.
Pantai Petrus Kafiar bukan sekadar bentang alam yang indah. Ia adalah potongan sejarah, sumber penghidupan, dan ruang untuk kembali menyatu dengan alam. Bagi siapa pun yang mencari ketenangan, keaslian, dan sentuhan budaya lokal, pantai ini layak menjadi tujuan di perjalanan berikutnya ke Papua Barat.