ISF 2025 Dorong Aksi Nyata dan Sinergi Lintas Sektor Menuju Pembangunan Berkelanjutan

(Beritadaerah-Jakarta) Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 disebut menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam mempercepat pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan tangguh.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Rachmat Kaimuddin, dalam dialog di program *Indonesia Bicara* TVRI, menyampaikan bahwa isu keberlanjutan di negara berkembang seperti Indonesia menghadapi tantangan ganda. Di satu sisi, Indonesia harus berperan aktif dalam menghadapi krisis iklim global, sementara di sisi lain tetap dituntut menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.

Ia menjelaskan bahwa penyelenggaraan ISF 2025 selama dua hari bukan sekadar ajang seremonial, melainkan bagian dari proses berkelanjutan untuk mendorong kerja sama lintas sektor. Forum tersebut menjadi ruang untuk memamerkan berbagai capaian nyata sekaligus mengevaluasi tindak lanjut dari komitmen yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.

Menurut Rachmat, ISF tahun ini mengangkat sejumlah tema strategis, antara lain pengelolaan mineral kritis untuk energi transisi, dekarbonisasi sistem kelistrikan dan transportasi, serta penguatan kemandirian pangan, energi, dan air. Ketiga isu tersebut dinilai fundamental karena berkaitan langsung dengan kesejahteraan masyarakat serta ketahanan nasional di masa depan.

Ia menegaskan bahwa transisi energi di Indonesia telah bergerak ke arah yang benar, meski perjalanan menuju target emisi nol bersih masih panjang. Pemerintah melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) menargetkan pembangunan kapasitas listrik baru sebesar 69,5 gigawatt, dengan sekitar 75 persen bersumber dari energi terbarukan atau sistem berbasis baterai. Langkah tersebut menjadi bukti komitmen Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Selain itu, pemerintah juga terus memperluas sistem transportasi publik berbasis listrik seperti LRT, MRT, dan Transjakarta, serta mendorong adopsi kendaraan listrik pribadi yang kini dinilai lebih ekonomis dan efisien. Rachmat menilai, kebijakan tersebut tidak hanya mendukung upaya dekarbonisasi, tetapi juga membuka peluang industri dalam negeri untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja baru.

Ia menekankan pentingnya memastikan agar upaya keberlanjutan tidak menjadikan Indonesia sekadar pasar bagi produk energi bersih, tetapi juga produsen aktif. Kolaborasi yang terjalin melalui ISF diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global sekaligus memastikan manfaat ekonomi dirasakan masyarakat.

Menurutnya, keberhasilan forum ini bergantung pada kesinambungan kerja sama antar pihak. ISF 2025 tidak hanya menjadi tempat bertukar gagasan, tetapi juga wadah untuk memastikan bahwa komitmen terhadap keberlanjutan diterjemahkan menjadi langkah konkret sepanjang tahun.

“Forum ini menjadi sarana untuk memastikan bahwa komitmen keberlanjutan benar-benar terwujud dalam aksi nyata dan memberikan manfaat bagi pembangunan nasional,” ujar Deputi Rachmat dalam dialog tersebut.

ISF 2025 dijadwalkan berlangsung pada 10–11 Oktober 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC). Forum tahunan ini akan mempertemukan pemimpin global, inovator, dan pengambil kebijakan dari berbagai negara untuk memperkuat kerja sama dalam mempercepat transisi menuju pembangunan hijau dan berkeadilan.