(Beritadaerah-Kolom) Saat event Trade Expo 2024 yang berlangsung di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, beberapa waktu lalu saya mengunjungi booth Kementerian Keuangan. Suasana di dalamnya ada petugas dari Lembaga Nasional Single Window (LNSW), Bea dan Cukai, dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank. Semua petugas tampak sigap dan melayani para pengunjung booth ini.
Setelah saya masuk dan berbicara dengan petugas pada boot ini, ternyata cukup ramai dengan para pelaku UMKM yang berkonsultasi dengan para petugas terkait dengan ekspor, bahkan juga mereka dapat informasi mengenai akses permodalan yang diberikan LPEI kepada para eksportir. Ini suatu berita bagus dan umumnya sangat menyambut layanan akses permodalan bagi para UMKM ini.
Sekilas mengenai LPEI yang merupakan lembaga keuangan khusus yang didirikan oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan utama untuk mendorong pertumbuhan ekspor nasional.
LPEI memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Dengan adanya dukungan dari LPEI, para eksportir dapat lebih mudah mengakses sumber pendanaan, mengurangi risiko bisnis, dan meningkatkan kapasitas produksinya. Langkah yang dilakukan oleh LPEI dengan memberikan berbagai jenis pembiayaan kepada eksportir, baik perusahaan besar maupun UKM. Pembiayaan ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembelian bahan baku, produksi, hingga pemasaran produk di luar negeri.
Selain itu LPEI juga memberikan jaminan atas kredit yang diberikan oleh bank kepada eksportir. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko yang ditanggung oleh bank, sehingga mereka lebih bersedia memberikan kredit kepada sektor ekspor.
Untuk melindungi eksportir dari risiko-risiko yang mungkin terjadi, seperti risiko gagal bayar oleh importir, risiko perubahan nilai tukar mata uang, dan risiko politik, LPEI menawarkan berbagai jenis asuransi ekspor. Terakhir, kehadiran LPEI juga memberikan layanan konsultasi kepada para pelaku usaha yang ingin melakukan ekspor, mulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan ekspor.
Program Desa Devisa
Desa Devisa adalah sebuah program pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), juga dikenal sebagai Indonesia Eximbank. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi komoditas ekspor dan produksi produk-produk unggulan yang siap diedarkan ke luar negeri
Program ini bertujuan untuk membantu petani, pengrajin, koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam mengembangkan produk-produk mereka agar dapat diekspor dengan baik. LPEI melakukan pendampingan dan pelatihan bagi para pelaku usaha ini guna meningkatkan kualitas produk dan strategi marketing mereka, sehingga produk-produk tersebut dapat dipasarkan secara efektif di pasar internasional.
Sejak awal implementasinya, LPEI telah berhasil membuat 134 desa menjadi “Desa Devisa”, dengan beberapa komoditas utama seperti kakao, kopi, garam, rumput laut, dan lain-lain. Program ini juga didukung oleh perjanjian kerjasama dengan bank lokal untuk meningkatkan akses pembiayaan bagi para pelaku usaha.
Selain itu, LPEI menyediakan konsultasi, pembiayaan, dan penjaminan untuk mendukung proses ekspor langsung oleh pelaku usaha desa, mengurangi ketergantungan pada perantara. Hingga Juni 2022, LPEI telah mendampingi lebih dari 12.800 petani dan pengrajin di 134 Desa Devisa.
Dengan berkembangnya desa-desa di Indonesia menjadi desa devisa maka pemerintah mendapatkan berbagai manfaat signifikan seperti peningkatan devisa negara dari para pelaku usaha. Produk unggulan dari desa dapat di ekspor menghasilkan devisa maka cadangan devisa negara akan semakin kuat, yang pada gilirannya akan menstabilkan nilai tukar rupiah dan meningkatkan kepercayaan investor.
Program Desa Devisa mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat desa dan daerah. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan aktivitas ekonomi seperti produksi, pemasaran, dan distribusi produk. Pertumbuhan ekonomi lokal ini juga akan berdampak positif pada perekonomian nasional.
Program ini memberdayakan masyarakat desa dengan meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan akses mereka terhadap pasar. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan mengurangi kesenjangan sosial. Banyak produk yang dihasilkan oleh desa devisa memiliki nilai budaya yang tinggi dan ramah lingkungan. Dengan mempromosikan produk-produk tersebut, pemerintah turut melestarikan budaya dan lingkungan.
Program Desa Devisa membantu diversifikasi produk ekspor Indonesia. Hal ini mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas ekspor utama dan membuat ekonomi Indonesia lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas global.
Dengan adanya produk-produk unggulan dari desa devisa yang berhasil menembus pasar internasional, secara tidak langsung akan meningkatkan citra Indonesia di mata dunia. Hal ini dapat menarik minat wisatawan dan investor asing ke Indonesia.
Desa Devisa Kakao Jembrana Pertama
Desa Devisa Kakao Jembrana di Bali merupakan Desa Devisa pertama yang mendapatkan pendampingan dari LPEI sejak tahun 2012. Para petani kakao di Jembrana mendapatkan pendampingan dan pelatihan untuk menghasilkan produk kakao berkualitas dan menembus pasar ekspor.
Sejak program pendampingan tersebut, produk ini menjadi komoditas ekspor unggulan. Keberlanjutan dan inovasi menjadi kunci untuk meningkatkan produksi kakao Jembrana di tengah tingginya permintaan dunia dan terbatasnya pasokan kakao global. Aroma khas biji kakao merupakan salah satu keunikan yang dimiliki komoditas kakao Jembrana, Bali dibandingkan dengan kawasan lainnya di Indonesia.
Terkenal dengan fermented cocoa bean atau biji kakao fermentasi, desa ini juga merupakan Desa Devisa pertama yang mendapat pendampingan dari LPEI. Program desa devisa yang dilakukan oleh LPEI dapat memberdayakan masyarakat desa dan meningkatkan kontribusi mereka dalam perekonomian nasional. Sehingga kedepan banyak desa di Indonesia yang mandiri dan sejahtera.