(Beritadaerah-Manggarai Barat) Situasi krisis lingkungan dan persoalan kelangkaan pupuk subsidi serta menjawab tantangan industri pariwisata Labuan Bajo, membuka mata banyak pihak untuk berperan mencari jalan keluar mengatasi situasi tersebut.
Tidak hanya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat (Mabar) dan para pelaku usaha akan tetapi pihak Keuskupan Ruteng juga, melalui Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (Kom-PSE) mengembangkan pola Pertanian Organik Jadam, Eko Enzime dan Biosaka dengan melibatkan petani sawah di Pong Nombong Desa Daleng Kecamatan Lembor yang menjadi kelompok dampingan (demplot) Komisi PSE dalam kerja sama dengan perusahaan Ecosis.
Pola Pertanian Organik Jadam, Eko Enzime dan Biosaka menjadi Pilot Project Padi Organik di Kabupaten Manggarai Barat dengan memanfaatkan lahan seluas 5 Hektar (Ha) yang sudah ditanam sejak bulan Februari 2023 yang lalu.
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi mengatakan panen perdana padi organik menandakan petani di Lembor siap menjawab tantangan industri pariwisata di Labuan Bajo.
Menurutnya, kegiatan panen perdana padi organik menjadi bukti pihak Gereja Keuskupan Ruteng dan pelaku usaha tidak hanya bicara akan tetapi melakukan aksi nyata menyelesaikan masalah petani.
“Pemda Manggarai Barat sangat mengapresiasi kerja kolaboratif oleh beberapa element yang ditunjukan hari ini. Peristiwa hari ini sekaligus menunjukan bahwa Petani Lembor siap menjawab tantangan industry pariwisata di Labuan Bajo,” ungkapnya saat memberikan sambutan dalam acara panen perdana padi organic di Pong Nombong Desa Daleng Kecamatan Lembor, Senin (29/5/2023).
Disampaikan bupati, kenyataan selama ini, kebutuhan beras premium untuk memenuhi kebutuhan industri pariwisata Labuan Bajo masih dipasok dari luar daerah.
Menurutnya situasi ironi ditengah bentangan alam pertanian yang begitu luas dan potensial dan didukung oleh sumber daya manusia yang sesungguhnya mampu menjawab tuntutan pasar industri pariwisata Labuan Bajo.
“Selama ini kita terbelenggu oleh rantai pasok. Ambil Contoh saat moment KTT Asean ke 42 yang baru saja berlalu. Beras Premium dipasok dari luar daerah. Hal ini dikarenakan kita belum menyiapkan beras yang berkualitas, karena kita belum mampu menyajikan apa yang menjadi ciri khas produk pertannian kita. Situasi seperti ini, harus menjadi reflesi kita bersama,” katanya.
Bupati meminta agar semangat para petani di Pong Nombong ditularkan pada petani lain di dataran Lembor. Keyakinan Bupati Mabar ini, apabila petani di dataran Lembor ini semuanya menggunakan pupuk organik, maka impian menjadi petani merdeka, petani berdaulat dan petani sejatera itu akan terwujud.
“Kiranya semangat para petani di Pong Nombong ini ditularkan ke petani lain di dataran Lembor. Saya yakin, apabila ini terjadi, maka sebentar lagi petani merdeka, petani berdaulat dan sejahtera. Sebab dengan pola pertanian organic ini biaya Produksi sangat rendah, hasil panen meningkat dan harga jualnnya kompetitif,” jelasnya.
Ia berjanji akan mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbub) yang mengharuskan pelaku Usaha Hotel dan restoran untuk menggunakan besar produksi petani Manggarai Barat. Namun dirinya memberikan catatan agar para petani tekun dengan profesinya, pastikan kulitas padi yang dihasilkan premium dan stok harus cukup bahkan lebih.
Sementara itu Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa tugas Gereja adalah selalu mendorong dan mencoba mempertemukan umat kita dengan para pelaku usaha, membuka peluang bagi mereka dengan memanfaatkan jejaring teknologi, agar umat bisa menata masa depannya untuk lebih baik dari hari kehari.
“Selaku pejabat gereja, saya mengangkat topi dan respek atas upaya-upaya baik dalam pelestarian alamnyang dilakukan Perusahan Ecosis melalui pa Johan, romo Robert dan kaan-kawan yang telah memperkenalkan masyarakat untuk berakses pada 3 (tiga) jenis pupuk ini, Organik Jadam, Eko Enzime dan Biosaka. Gereja mendorong agar pola pertanian organic ini menjadi budaya dalam bertani di Lembor ini dan dimana saja dikeuskupan ini. Trimakasih telah memperkenalkan teknologi baru ini kepada masyarakat untuk kembali kealam, tanpa merusak ibu bumi dan tidak melukainya yang pada saatnya kepada kita, ibu bumi akan memberikan susu dan madu melaui hasil pertanian yang melimpah ini,” harapnya.