Analisa Hydrology

Analisa Hydrology dan Geologi Sungai Batang Toru

(Beritadaerah-Kolom) Analisa Hydrology diperlukan, ketika pemerintah hendak memanfaatkan potensi sumber daya alam berupa air sungai yang banyak terdapat di seluruh Indonesia. Pemerintah membuat program peningkatan pembangunan pembangkit listrik alternatif non fosil antara lain dengan membangun pembangkit hydropwer.

Untuk maksud tersebut diupayakan pembangunan pembangkit listrik tenaga air oleh pihak swasta. Tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit yang dibangun oleh pihak swasta nantinya akan dimanfaatkan oleh PT. PLN (Persero) guna memenuhi kebutuhan tenaga didaerah setempat melalui suatu perjanjian jual beli tenaga listrik – PPA (Power Purchase Agreement)‐ antara PT. PLN (Persero) dengan pihak swasta tersebut.

Salah satu potensi yang terdapat di Sumatera Utara adalah sungai Batang Toru, curah hujan yang tinggi disana merupakan potensi untuk membangun hydropower. Salah satu lokasi pembangunan hydropower adalah di Kampung Sitapean, Desa Onan Hasang. Lokasi rencana hydropower Batang Toru terletak di Kampung Sitapean, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahaejulu, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi site bendung tersebut dapat ditempuh dengan waktu ± 45 menit dari kampung Sitapean. Medan ‐ Tarutung ± 285 km, 7 jam melalui jalan aspal, Tarutung- Sitapean ± 16.1, 60 km menit melalui jalan aspal, Sitapean – Site dam ± 0.95 km, 45 menit melalui jalan setapak. Berdasarkan tabel diatas, untuk pencapaian lokasi rencana hydropower Batang Toru dapat ditempuh melalui Kota Medan dengan kondisi jalan yang relatif baik.

Baca juga :Menjawab Tantangan Dalam Pengembangan EBT

Daerah aliran sungai pembangkit listrik Batang Toru memiliki luas 1,199.775 km persegi dan panjang sungai 82.42 km. Pada Sungai Batang Toru ini tidak terdapat pencatatan debit aliran sungai yang lengkap, sehingga data debit diperoleh dengan pembangkitan data berdasarkan data curah hujan. Data curah hujan diperoleh dari 3 stasiun penakar hujan terdekat yaitu Penakar Hujan Dolok Sanggul, Stasiun Penakar Hujan Adian Koting, dan Stasiun Penakar Hujan Phae Jae, dengan ketersediaan data selama 27 tahun (1983 s/d 2009). Debit banjir rancangan analisa debit banjir rancangan dihitung dengan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetik dengan Metode Nakayasu. Analisa debit andalan dilakukan dengan menggunakan metode Tank Model. Debit pemeliharaan atau aliran ekologi (ecological flow) merupakan aliran air yang diperlukan untuk menjamin keberadaan habitat biota akuatik di sungai.

Kabupaten Tapanuli Utara yang berada di ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Selama tahun 2008, rata‐rata curah hujan tahunan tercatat 2,922 mm dan lama hari hujan 209 hari atau rata‐rata curah hujan bulanan sebanyak 243.50 mm dan lama hari hujan 17.42 hari. Dari rata‐rata curah hujan bulanan tahun 2008, terlihat curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Juli yaitu 619 mm dan lama hari hujan 15 hari dan curah hujan terendah pada Bulan Februari yaitu 175 mm dan lama hari hujan 12 hari.

Kawasan DAS Batang Toru berada di daerah vulkanis aktif, dimana kawasan ini merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Bukit Barisan dan juga merupakan bagian dari Daerah Patahan Besar Sumatera (Great Sumatran Fault Zone) atau dikenal sebagai Sub Patahan Batang Gadis – Batang Angkola – Batang Toco. Patahan ini terus bergerak, sehingga kerap kali menimbukan gempa bumi besar. Kondisi ini menjadikan kawasan ini mempunyai keunikan fenomena geologi berupa sumber‐sumber air panas dan geotermal, juga kaya dengan sumber mineral emas dan perak (Perbatakusuma, et al, 2007). Namun, di sisi lain, kawasan ini termasuk kategori daerah rawan gempa bumi besar yang berpotensi menimbulkan banyak korban jiwa, misalnya gempa bumi yang terjadi di Sarulla (1984), Tarutung (1987), Padangsidempuan dan Mandailing Natal (2006). Indikator tidak stabilnya struktur geologi dan tanah juga dapat dirujuk dari fenomena seringnya pergeseran pada banyak tempat dan kerusakan berat jalan raya lintas tengah Sumatera yang menghubungkan kota‐kota Tarutung, Sipirok dan Padangsidempuan.

Baca juga :Kelola PLTA Rajamandala, PLN Terus Memperkuat Komitmen Pengembangan EBT di Tanah Air

Lokasi rencana mulai dari lokasi Wier, Waterway, Penstock sampai Power House merupakan perbukitan bergelombang rendah sampai terjal yang ditempati oleh batuan volkanik Gunung Api Toru (breksi tufaan) yang tertutupi oleh tanah pelapukan dan endapan koluvial serta pada aliran sungai oleg endapan sungai yang berupa pasir lepas sampai bongkah.

Bangunan yang dibuat akan bertumpu pada batuan volkanik (breksi tufaan Tmvo). Batuan breksi volkanik merupakan batuan gunungapi yang berumur Miosen Awal sampai Tengah, terdiri dari batuan andesit, aglomerat dan breksi. Batuan pondasi pada lokasi Bendung (Intake Weir) merupakan batuan breksi volkanik. Pada daerah aliran dan pinggir sungai terdapat kerakal, kerikil dan pasir serta bongkah‐ bongkah batu (andesit) yang berukuran mencapai 1 m, sedangkan pada sandaran kanan maupun kiri batuan sudah mengalami pelapukan sedalam lebih dari 15 meter dan harus dibuang.

Pulau Sumatera tepatnya Sumatera Utara dimana wilayah ini terdapat tiga lempeng tektonik besar aktif yaitu; Lempeng Eurasia, Lempeng Indo‐Australia, dan Lempeng Filipina, menghasilkan kompresi utama terus‐menerus ke arah utara selatan. Batas konvergen dari kedua lempeng membentuk Palung Jawa, juga disebut Palung Sunda. Studi khusus untuk penentuan gempa di wilayah studi belum dilakukan, sehingga perlu sekali mendapatkan data‐data terkini mengenai sejarah gempa di wilayah studi. Hal ini diperlukan untuk menilai kecukupan besarnya nilai koefisien gempa yang ditetapkan untuk perencanaan yang didapatkan dari Peta Zona Seismik untuk perencanaan penentuan beban gempa pada bangunan di Indonesia tahun 2010. Berdasarkan Peta Zona Seismik untuk perencanaan penentuan beban gempa pada bangunan sipil di Indonesia yang dipublikasikan oleh Litbang Sumber Daya Air tahun 2010 maka koefisien gempa pada lokasi yang terjadi untuk periode ulang 50 tahun adalah 0.60.

Dari analisa hydrology dan geologi ini dapat disimpulkan bahwa Batang Toru memiliki potensi yang besar untuk menjadi penghasil listrik Sumatera Utara dengan keamanan terhadap gempa. Berdasarkan analisa hidrologi, referensi dari Teori Montana dan dikontrol menggunakan referensi dari PLTA Asahan‐3 yang didesain oleh Nippon Koei, maka besarnya aliran ekologi untuk direncanakan sebesar 3.694 m3/detik. Untuk mendapatkan kapasitas terpasang sebesar 10.00 MW, maka dengan tinggi jatuh sebesar 61.11 meter digunakan debit rencana (Q install cap.) sebesar 21.177 m3/detik. Potensi masih bisa ditingkatkan yaitu dengan penggunaan teknologi. Misalnya penggunaan double pipe akan membuat terobosan meningkatnya kapasitas pembangkit. Secara keseluruhan hidrologi Batang Toru dapat meningkatkan energi listrik yang lebih besar lagi. Kondisi geologi yang ada justru mengokohkan pembangkit dengan resiko gempa yang kecil.