(Beritadaerah-Bandung) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperluas kolaborasi dengan dunia akademik melalui kerja sama riset eksplorasi sumber daya mineral dan batubara (minerba) bersama empat perguruan tinggi nasional.
Penandatanganan dokumen kerja sama dilakukan dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY), dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Seremoni tersebut berlangsung di sela Kolokium dan Diseminasi Informasi Kebumian “Geologi Nusantara 2025” yang diselenggarakan di kompleks Badan Geologi Bandung, Rabu (22/10/2025).
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menyampaikan bahwa keterlibatan perguruan tinggi dalam riset eksplorasi menjadi langkah strategis untuk memperluas pemanfaatan teknologi kebumian serta mempercepat hilirisasi sumber daya alam. Ia menjelaskan bahwa Badan Geologi telah mengembangkan teknologi baru untuk mendukung kegiatan eksplorasi, namun pemanfaatannya akan lebih optimal jika digunakan secara kolaboratif dengan institusi pendidikan tinggi.
Menurut Yuliot, kerja sama ini diharapkan tidak hanya memperluas jangkauan eksplorasi, tetapi juga memperkuat kapasitas riset di bidang energi dan sumber daya mineral. Ia menambahkan bahwa kampus-kampus mitra, seperti ITB, UGM, UPN, dan Unpad, memiliki kemampuan riset yang dapat berkontribusi terhadap inovasi eksplorasi di masa mendatang.
Pada tahap awal, kolaborasi akan difokuskan pada penelitian bersama antara Badan Geologi dan perguruan tinggi untuk mengidentifikasi potensi sumber daya mineral kritis dan logam tanah jarang yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Wamen ESDM menilai bahwa hasil riset tersebut akan mendukung pengembangan industri nasional dan meningkatkan kemandirian teknologi di sektor hilir.
Sementara itu, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa kerja sama dengan empat perguruan tinggi ini diarahkan untuk melakukan eksplorasi lanjutan di sejumlah wilayah Indonesia yang belum tersentuh kegiatan riset geologi secara optimal.
Wafid memaparkan bahwa Indonesia memiliki 15 jalur Metalogeni—zona mineralisasi logam hasil aktivitas magmatik—dengan total panjang sekitar 15.000 kilometer, namun baru sekitar separuhnya yang telah dieksplorasi. Ia menuturkan masih terdapat 8.000 kilometer jalur yang belum tergali potensinya, dan menjadi fokus utama kegiatan eksplorasi tahun ini.
Program riset bersama tersebut akan berjalan sepanjang tahun 2025 dengan dukungan anggaran sekitar Rp60 miliar, yang diarahkan untuk mengidentifikasi potensi berbagai komoditas strategis, termasuk litium dan logam tanah jarang (LTJ).
Wafid menegaskan bahwa kerja sama ini tidak berkaitan dengan aktivitas penambangan atau pemberian izin konsesi, melainkan murni bertujuan memperkuat basis data geologi nasional dan memperluas penelitian kebumian di Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan program akan dievaluasi pada akhir tahun, dan ke depan jumlah perguruan tinggi yang dilibatkan dapat bertambah sesuai kebutuhan riset.
“Fokus kami adalah memperkuat riset eksplorasi, bukan pengelolaan tambang. Dengan kolaborasi ini, kita ingin memastikan potensi sumber daya minerba Indonesia bisa terpetakan lebih komprehensif,” ungkap Wafid.
Kolaborasi riset antara pemerintah dan perguruan tinggi ini diharapkan menjadi fondasi bagi pengembangan teknologi eksplorasi yang lebih modern dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis ilmu pengetahuan.