Jasa akomodasi hotel

Perkembangan Jasa Akomodasi Hotel 2023

Perkembangan jasa akomodasi hotel sangat dipengaruhi oleh pandemi Covid 19 yang terjadi di awal 2020 sampai 2022. Berdasarkan hasil survei hotel tahunan (VHTL) tercatat bahwa perkembangan jasa akomodasi dan jumlah hotel pada kurun waktu 2020-2023 cukup berfluktuasi. Tahun 2021 ketika pandemi memberikan dampak luas termasuk dengan adanya pembatasan mobilitas penduduk, banyak hotel yang terdampak. Fenomena tersebut tertangkap oleh data VHTL yang mencatat penurunan jumlah hotel cukup besar (-10,43 persen).

Perkembangan Jumlah Akomodasi  Hotel dan Jasa Lainnya, 2019 – 2023

Jasa Akomodasi Hotel

Pada tahun 2022 ketika pandemi sudah mulai mereda jumlah usaha jasa akomodasi kembali tumbuh dan bertambah cukup besar (4,32 persen). Selanjutnya, di tengah pemulihan kondisi perekonomian di tahun 2023, jumlah jasa akomodasi sedikit bertambah dibandingkan tahun 2022. Data ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi sejalan dengan geliat usaha jasa pariwisata. Diharapkan kondisi ini terus berlanjut dimasa datang.

Baca Juga : Daya Saing Bisnis Akomodasi Di Indonesia

Jika dibedakan menurut klasifikasinya, maka hotel bintang dan nonbintang memiliki pola yang sedikit berbeda. Pada hotel bintang mengalami penurunan yang cukup tajam di tahun 2021. Namun, setelah itu meningkat kembali pada tahun 2022 dan 2023. Bahkan jumlah hotel bintang di tahun 2023 cukup tinggi dan lebih besar dari kondisi sebelum pandemi Covid 19. Pada hotel dengan klasifikasi nonbintang juga mengalami penurunan yang cukup tajam di 2021 karena Covid 19 dan meningkat di 2022-2023. Perbedaannya pada hotel non bintang jumlah usaha di 2022-2023 masih belum setinggi jumlah usaha pada 2019 sebelum terjadinya Covid 19. Hal ini menunjukkan bahwa usaha skala kecil belum sepenuhnya bangkit seperti pada usaha jasa akomodasi skala besar (hotel bintang).

Perkembangan Jasa Akomodasi Hotel Menurut Provinsi

Secara total jumlah usaha jasa akomodasi di Indonesia mengalami sedikit peningkatan di tahun 2023. Jika dilihat per provinsi kondisinya juga tidak jauh berbeda. Pada umumnya jumlah jasa akomodasi dari tahun 2022-2023 tetap atau sedikit bertambah.

Pada provinsi dengan jumlah hotel banyak seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara jumlah hotel tetap bertambah ditahun 2023. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun provinsi tersebut sudah terdapat banyak hotel tetapi belum mencapai titik jenuh pertumbuhannya. Selain itu, kondisi ini juga mengindikasikan bahwa permintaan akan jasa akomodasi di daerah tersebut juga tumbuh positif dengan adanya pembatasan mobilitas penduduk, banyak hotel yang terdampak. Fenomena tersebut tertangkap oleh data VHTL yang mencatat penurunan jumlah hotel cukup besar (-10,43 persen).

Jika dilihat persebaran hotel menurut klasifikasinya, maka sebagian besar hotel bintang ada pada provinsi di pulau Jawa dan Bali. Dari total 4.129 hotel bintang pada tahun 2023, sekitar 60 persen berada di pulau Jawa dan Bali. Provinsi Sulawesi Selatan, Kepulauan Riau, dan Sumatera Utara juga memilik jumlah hotel bintang yang cukup banyak. Sedangkan untuk jasa akomodasi nonbintang dengan total jumlah 24.867 di tahun 2023, sekitar 40 persen diantaranya berada di pulau Jawa dan Bali.

Dilihat dari persebarannya menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan hotel bintang. Menilik jumlah usaha jasa akomodasi per provinsi dapat disarikan bahwa perlu diupayakan ketersediaan hotel bintang yang lebih merata. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan pariwisata yang ingin meningkatkan dampak positif lebih luas, bukan hanya memberikan manfaat di provinsi tertentu. Hal ini juga sejalan dengan pembanguan prioitas tujuan wisata yang beragam serta tidak hanya terfokus pada pulau Jawa dan Bali.

Kontribusi Ekonomi Usaha Jasa Akomodasi

Salah satu tujuan utama pembangunan bidang pariwisata adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Dampak ekonomi yang diberikan bisa diukur dari keberadaan kegiatan usaha penunjang pariwisata. Berbagai jenis usaha dapat tumbuh terstimulasi oleh kegiatan pariwisata seperti jasa transportasi, penyediaan makan dan minum, jasa akomodasi, tour guide, pertunjukan seni, fotografi, penerjemah dan kegiatan sejenis. Saat ini, penyediaan jasa akomodasi merupakan kegiatan usaha yang memberikan kontribusi ekonomi paling besar selain penyediaan makan dan minum.

Baca Juga : Wisman ke Indonesia Pada Januari 2024 Mencapai 927.746 Kunjungan

Indikator untuk mengukur dampak ekonomi dari usaha jasa akomodasi adalah nilai tambah bruto yang menunjukkan seberapa besar nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan usaha. Nilai tambah bruto merupakan total pendapatan yang dihasilkan dikurangi dengan total biaya input. Pada usaha jasa akomodasi menunjukkan bahwa bahwa total pendapatan kegiatan ekonomi pada kategori ini meningkat cukup pesat dari 52,18 triliun ditahun 2021 menjadi 73,74 triliun ditahun 2022. Kondisi ini sejalan dengan pulihnya geliat ekonomi global maupun nasional setelah masa pandemi berakhir.

Total pendapatan usaha jasa akomodasi yang tumbuh sebesar 41 persen pada periode 2021-2022, sejalan dengan pertumbuhan nilai tambah bruto. Hal ini terjadi karena peningkatan pendapatan juga diikuti dengan kenaikan total biaya input. Performa yang baik pada usaha jasa akomodasi ini akan memberikan dampak positif pada peningkatan kesejahteraan penduduk.

Ada dua mekanisme utama yang bisa menjadi jalur untuk memberikan dampak peningkatan kesejahteraan penduduk, yaitu secara langsung melalui tenaga kerja yang bekerja pada usaha jasa akomodasi dan secara tidak langsung melalui multiplier impact dari keberadaan usaha jasa akomodasi.

Performa apik yang ditunjukkan oleh usaha jasa akomodasi tahun 2022 lebih didukung oleh pertumbuhan positif pada usaha akomodasi dengan kategori hotel bintang.

Pada hotel Bintang, nilai tambah bruto pada tahun 2022 tumbuh 37,13 persen dibandingkan kondisi tahun 2021, sedangkan untuk usaha jasa akomodasi lainnya tumbuh lebih rendah walaupun masih cukup tinggi di angka 34,62 persen.

Berkaitan dengan upaya pembangunan inklusif serta meningkatkan pemerataan kesejahteraan, maka pertumbuhan usaha jasa akomodasi skala dengan lebih kecil seperti hotel melati, penginapan, youth hostel, homestay, dan sejenisnya harus diperhatikan.

Hal ini juga sejalan dengan fenomena bahwa usaha skala kecil lebih terhubung pada komunitas lokal. Jika komunitas lokal mendapatkan manfaat optimal maka pembangunan pariwisata yang berkelanjutan juga akan terwujud. Oleh karena itu, berfokus pada pertumbuhan layanan akomodasi berskala kecil berkontribusi pada pembangunan inklusif dan dapat meningkatkan kesejahteraan keseluruhan masyarakat.

Balas Jasa Pekerja Usaha Jasa Akomodasi

Jumlah tenaga kerja yang terserap pada usaha jasa akomodasi cukup banyak mencapai 350.702 orang pada tahun 2022. Jumlah tersebut sedikit meningkat dibandingkan jumlah pekerja tahun 2021 yang mencapai 323.495 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa jasa akomodasi menyediakan peluang kerja yang cukup besar.

Harapan untuk memberikan dampak positif dalam peningkatan kesejahteraan dapat digambarkan juga dari data ini. Indikator lain yang memperlihatkan dampak ekonomi secara langsung dari usaha jasa akomodasi adalah data total balas jasa yang dibayarkan.

Balas Jasa (triliun rupiah) dan Rata-Rata Balas Jasa per Tenaga Kerja (juta rupiah) pada Usaha Jasa Akomodasi, 2021-2022

Total balas jasa pegawai yang dibayarkan oleh seluruh usaha jasa pariwisata mencapai 12,69 triliun pada tahun 2021. Angka tesebut meningkat pada tahun 2022 dan mencapai 15,39 triliun. Diasumsikan peningkatan ini disebabkan karena peningkatan jumlah tenaga kerja pada tahun 2022. Namun ternyata ketika dihitung rata-rata balas jasa per tenaga kerja, maka pada tahun 2022 balas jasa yang dibayarkan mencapai 43,88 juta per tenaga kerja per tahun. Sedangkan angka pada tahun 2021 adalah 39,22 juta per tenaga kerja.