(Beritadaerah-Kolom) Kalau pernah berjalan dari Tarutung menuju Sibolga, jangan lupa ada Aek Raisan. Maka jangan lupa singgah di Kecamatan Sitahuis. Sitahuis menurut penuturan kepala kampung berasal dari Stand house, nama Sitahuis kemudian menjadi nama daerah ini sekarang. Perjalanan menuju ke Sitahuis ditempuh kurang lebih 1,5 jam dari Tarutung dan merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Tengah yang terkenal dengan daerah Barus dengan kapurnya. Abad 17 VOC sudah masuk ke Tapanuli Tengah dan membangun pelabuhan di Sibolga juga mendirikan Karesiden Tapanuli yang ibukotanya Sibolga. Belanda telah lama berada di Tapanuli Tengah membawa pemahaman pentingnya posisi Tapanuli Tengah. Kepala kampung menyambut kami dan menanti untuk segera dibangunnya pembangkit listrik di Sitahuis ini, dengan kekuatan Aek Raisan.
Lokasi tersebut dapat ditempuh dengan jarak ± 2.50 km dari Ibukota Kecamatan Sitahuis. Desa Huta Dolok dapat ditempuh dari daerah Pandan –ke Sibolga Utara lalu ke Sitahuis Tarutung – Sitahuis sekitar 78 kilometer dengan waktu perjalanan 4 jam perjalanan, jalan sudah beraspal namun beberapa daerah terjal dan banyak tikungan.
Sungai Aek Raisan, terletak di Desa Huta Dolok, Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah ‐ Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada 01˚50’10” LU dan 98˚49’50” BT.
Sungai Aek Raisan yang menjadi sumber aliran listrik terletak di Desa Huta Dolok, Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada 01˚50’10” LU dan 98˚49’50” BT. Luas Wilayah Kecamatan Sitahuis 50.52 km2 , berada pada ketinggian 200 – 800 m diatas permukaan air laut. Secara administrasi batas daerah lokasi rencana pekerjaan adalah: ‐ Sebelah Utara : Kecamatan Kolang ‐ Sebelah Selatan : Kecamatan Pandan dan Kota Sibolga ‐ Sebelah Barat : Kecamatan Tapian Nauli ‐ Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara. Luas daerah aliran sungai (DAS) Aek raisan pada lokasi rencana PLTM adalah 247.95 km persegi dengan panjang sungai 27.21 km.
Kemiringan lerengnya bervariasi antara 10 derajat sampai 45 derajat, kondisi topografi daerah pengaliran sungai (DAS) Raisan Huta Dolok termasuk dalam kategori berbukit‐bukit, kondisi tersebut tercermin dengan banyaknya anak‐anak sungai. Secara umum berbentuk elipsoid condong memanjang yang mengindikasikan bahwa daerah ini tersusun oleh litologi yang relatif lunak dan seragam. Berdasarkan peta dan survai di lapangan pola aliran sungai adalah denditrik.
Baca juga :Analisa Hydrology dan Geologi Sungai Batang Toru
Kondisi Geologi Huta Dolok, disamping sesar utama Semangko, sesar‐sesar sekunder dan lipatan‐lipatan berkembang di sekitarnya, termasuk di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Lipatan yang berkembang di daerah tersebut terjadi pada Oligo ‐ Miosen ‐ Plio‐Plistosen, dengan arah lebih‐kurang barat laut–tenggara. Patahan yang berkembang hanya berupa sesar‐sesar normal dengan arah sesar Barat Laut – Tenggara dan Timur Laut – Barat Daya serta Timur ‐ Barat.
Morfologi daerah penelitian di Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah secara umum merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Bukit Barisan dan juga merupakan Daerah Patahan Besar Sumatera (Great Sumatran Fault Zone) atau secara spesifik dikenal sebagai Patahan Batang Gadis‐ Batang Angkola Batang Toru. Patahan ini terus bergerak sehingga kerap kali menimbulkan gempa bumi besar.
Desa Huta Dolok, Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah, keadaan topografi daerah tersebut sebagian besar berbukit‐bukit dengan ketinggian 200 – 800 meter di atas permukaan laut, Menjadi tantangan dalam membangun pembangkit tenaga listrik.
Analisis Hidrologi dilakukan untuk mendapatkan besarnya debit andalan yang akan digunakan oleh pembangkit listrik dan penentuan debit banjir rancangan. Untuk maksud tersebut akan diperlukan pengumpulan semua data Hidro‐Meteorologi yang ada untuk daerah lokasi proyek seperti data hujan, data iklim, penguapan, data debit sungai dan sebagainya untuk periode waktu yang panjang. Lingkup pekerjaan mencakup : Pembuatan kurva debit (Flow Duration Curve – FDC) sebagai dasar penentuan Debit Andalan Pembangkit (Dependable Flow), Pengukuran Debit Sesaat dengan peralatan Current Meter pada lokasi rencana Bendung dan Saluran Pembuang (Tail Race), Pengukuran Sedimentasi Suspensi Air Sungai (pengambilan contoh air di lapangan dan pemeriksaan di laboratorium), Analisis Aliran Rendah (Low Flow) untuk mendapatkan karakteristik Debit Jangka Panjang serta menentukan ketersediaan air untuk Pembangkit Listrik, Analisis Debit Banjir rencana dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun, 100 tahun dan 1000 tahun.
Baca juga :Menjawab Tantangan Dalam Pengembangan EBT
Berdasarkan hasil penelitian tersebut desain debit banjir rancangan untuk bendung mengunakan debit banjir dengan periode ulang (T) 100 tahun, yaitu sebesar 812.91 m 3 /dt sedangkan sebagai kontrol jagaan banjir untuk bendung, menggunakan desain banjir dengan periode ulang (T) 1000 tahun, yaitu sebesar 1056.79 m 3 /dt. Debit andalan pada daerah aliran sungai (DAS) dan tinggi jatuh energi (head netto) sebesar 102.21 meter, efisiensi turbin 80%, efisiensi 95%, dan percepatan gravitasi = 9.81 m2 /det.
Perjalanan yang diantar oleh seorang penduduk desa, memperkenalkan indahnya Aek Raisan. Sentuhan mereka yang memiliki modal dengan keinginan untuk menjaga lingkungan adalah partner yang paling tepat untuk membangun pembangkit ini. Jadi segarnya Aek Raisan tetap terjaga dan sinar terangnya mengalir dari aliran listrik disana. “Kapankah akan dikerjakan pak?” pertanyaan penduduk desa kepada saya. Saya datang bersama kawan yang akan membawa pemodal masuk, dia yang menjawab “segera pak.” Tentu saya berpikir bagaimana mewujudkannya, sementara kalkulasi biaya modal yang besar diperlukan untuk membuat hal ini terjadi.
Aek Raisan, merupakan sungai yang indah dan tidak bisa dilupakan saat berada disana, tentu pembangunan pembangkit listrik patut mempertimbangkan hal ini.
Purchasing Power Agreement (PPA) sudah ditangan hanya harganya masih belum cukup untuk menutup biaya modal. “Kita tunggu Peraturan Presiden pak” jawaban kawan lain yang menjadi promotor untuk membangun. Kesepakatan pun dibuat untuk harapan ini, modal akan dikucurkan saat harga masuk memenuhi Internal Rate of Return (IRR) yang ingin dicapai. Ini memang bentuk membangun infrastruktur dari swasta murni harus ada untungnya. Pihak PLN sudah lama menanti Aek Raisan ada pembangkit listrik, dan mau memberikan penyesuaian harga kalau ada kepastian membangun.
Kali ini giliran saya meminta kepastian dari pemodal. “Keluarkan saja offering letter dengan persyaratan harga” usul saya. Kami pun bersetuju, dan sepakat ini akan kami lakukan untuk semua pihak. Masyarakat Aek Raisan merasakan pembangunan daerahnya. Promotor mendapatkan imbal balik dari usaha untuk mengusahakan kesiapan pembangkit, lahan dan ijin. Pemodal akan mendapatkan keuntungan dari investasi yang dikeluarkan. Secara nasional pemerintah juga mendapatkan akselerasi dalam renewable energy. Perjalanan pulang saya melalui jalan yang sudah mulus menghubungkan Tapanuli Tengah dengan Tapanuli Utara. Siapa yang membangun jalan ini? Ternyata ini adalah hasil kerja keras sejak abad 17 ketika Belanda menghubungkan Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara. Saya menyadari bahwa Aek Raisan masih membutuhkan kerja keras untuk mewujudkan mimpi ini. Optimis Indonesia Maju!