(Beritadaerah – Nasional) Warung tradisional yang merupakan sarana penggerak ekonomi masyarakat di lapisan bawah, ternyata tumbuh sangat pesat. Data BPS menunjukkan kini di Indonesia tercatat ada 3,5 juta warung.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop & UKM) Teten Masduki usai meresmikan Gebyar 10.000 Warung yang diinisiasi komunitas Sahabat Ekonomi Rakyat (SAHARA) dan Induk Koperasi Wanita Indonesia (INKOWAPI), di Jakarta, mengemukakan bahwa ketika sektor formal tak mampu menyerap tenaga kerja, maka membuka warung menjadi salah satu pilihan paling mudah.
Warung tradisional ini, meskipun banyak keterbatasan tapi punya keunggulan, misalnya bisa buka 24 jam, atau bisa juga menjual produk UMKM di sekitar warung. “Kelebihan-kelebihan ini yang harus dijadikan unsur pembeda sehingga warung tersebut bisa survive,” kata Teten Masduki.
Namun banyak juga warung tutup karena tak mampu bersaing dengan ritel modern. Tantangan warung tradisional tidak hanya aspek modernisasi namun juga harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Memasuki era revolusi industri 4.0, warung tradisional juga perlu menerapkan digitalisasi.
“Jika tantangan-tantangan ini bisa dilewati maka warung-warung tradisional ini bisa berkembang dan naik kelas, misalnya tenaga kerjanya bertambah atau omsetnya naik,” ujar Teten.
Bagaimanapun, warung tradisional jika ingin bertahan tidak bisa hanya berada di level mikro saja. Karena jika usaha mikro makin bertumpuk di level paling bawah, struktur ekonomi menjadi tidak sehat. “Harus ada warung- warung tradisional yang naik kelas dan mengisi level usaha kecil maupun menengah,” tegas Teten.
Di tengah kondisi ekonomi yang melesu dan diprediksi bakal berlangsung hingga tahun depan, Menkop dan UKM mengingatkan, penguatan jejaring ekonomi masyarakat menjadi penting, terutama dalam menjamin daya beli masyarakat dan tenaga kerja. “Warung-warung yang ada saat ini, bisa menjadi jaringan distribusi pangan dari Bulog misalnya, sehingga efektif dalam menjaga inflasi bahan pokok,” kata Teten.
Dari sisi Pemerintah, telah dilakukan upaya antisipasi masalah pembiayaan yang selama ini menjadi kendala UMKM. Teten menyampaikan, pemerintah sudah menyiapkan skim pembiayaan di tiap level. Misalnya warung di level mikro sudah banyak disediakan pembiayaan mikro seperti Mekaar dan UlaaM, dari Permodalan Nasional Madani (PNM). Sedangkan dari PIP (Pusat Investasi Pemerintah) ada pembiayaan Ultra Mikro (UMi).
“Selain itu juga ada KUR 2020 dengan bunga 6 persen dan plafon terendah tanpa agunan Rp 50 juta. Juga ada BLU yang sebanyak total Rp 30 triliun di beberapa Kementerian, termasuk di kami ada LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) akan membantu pembiayaan bagi usaha mikro termasuk warung,” terang Teten.
Selain pembiayaan, Kemenkop dan UMKM akan mencoba membantu lewat aplikasi. “Saat ini juga sudah banyak perusahaan e-commerce yang punya ide aplikasi yang memungkinkan warung punya suplai bahan dari pabrik sehingga dari segi harga bisa bersaing,” ungkap Teten.
Sebelumnya Ketua Panitia sekaligus CEO SAHARA Farah Savira mengatakan, dengan mengusung tema Perkuatan Keagenan dan Permodalan, Gebyar 10 ribu Warung ni diharapkan bisa menjadi ajang silahturahmi bagi warung-warung SAHARA yang tersebar di Wilayah Jabodetabek dan juga beberapa kota di jawa, seperti Brebes dan Rembang.
“Dalam waktu satu dekade terakhir, perkembangan komunitas SAHARA cukup siginifikan. Hingga kini kami mampu membina 10 ribu warung,” imbuhnya.
Emy T/Journalist/BD
Editor: Emy Trimahanani