Raja Ampat
Raja_Ampat_Islands (Foto: Wikipedia)

Raja Ampat Kepulauan Indah untuk Diselami

(Beritadaerah-Wisata Nusantara) Salah satu terumbu karang asli terakhir di dunia yang masih bertahan adalah di Raja Ampat, Indonesia. Perjalanan saya ke kepulauan ini sudahlah beberapa kali namun tidak pernah membosankan. Malahan setiap kali pulang dari Raja Ampat selalu ingin datang kembali. Menatap ke dunia bawah laut, saya melayang di atas beragam jenis karang yang mengagumkan: Beberapa tampak seperti otak raksasa yang bersinar; yang lain menyukai piring, lebarnya enam kaki. Raja Ampat adalah sorga bagi penggemar Gorgonian – karang kolonial dari suatu ordo yang memiliki kerangka mirip pohon bertanduk, termasuk kipas laut dan karang merah yang berharga.

Saya menikmatinya, berenang menggunakan goggles, bergoyang mengikuti arus, bersaing memperebutkan real estat dengan spesimen berbentuk tanduk berwarna ungu, hijau, dan kuning keemasan. Kemudian kabut ikan sersan belang yang menghipnotis terlihat sebelum tiba-tiba terbelah saat hiu karang melesat melewatinya.

Raja Amppat
(Photo: Elok/Kontributor BD)

Kepulauan Raja Ampat yang memiliki 1.411 pulau terletak di tepi provinsi Papua Barat, Indonesia, yang jika dilihat dari peta, tampak seperti kepala burung yang menjorok ke Samudera Pasifik. Dalam Bahasa Indonesia, Raja Ampat berarti “empat raja,” diambil dari mitos empat bangsawan yang menetas dari telur untuk memerintah pulau-pulau terbesar. Vegetasi menyelimuti pulau-pulau tersebut, banyak di antaranya dikelilingi pantai berpasir putih. Namun kebanyakan orang yang melakukan perjalanan jauh lebih tertarik pada apa yang ada di bawah laut.

Setiap pagi saya langsung memandang dari pondok beratap jerami, lautan yang hijau toska, berpadu dengan pasir putih yang berpendar kena sinar matahari, kemudian saya pergi snorkeling, terkadang tepat di terumbu karang di lepas pantai, terkadang lebih jauh. Seringkali keasyikannya sedemikian rupa hingga pulau tempat saya berteduh sudah saya sekeliling. Memandang habitat di pulau itu nampak kura-kura besar jenis hawksbill (Eretmochelys imbricata) yang ikut berenang dengan lincahnya. Bermain dengan Spinecheek anemonefish, angelfish, blue-ringed angelfish, parrotfish, dan tidak pernah saya lupakan ada ditengah High density schooling fish, yang sangat memuka.

Raja Ampat
Pulau kecil di Raja Ampat dengan rumah tradisional masyarakat (Foto: Vera H/ BD)

Di tempat lebih dalam akan nampak ikan barakuda (Sphyraena barracuda) yang berbaris seperti tentara. Suatu sore, di sebuah lokasi bernama Manta Ridge, saya menyaksikan ikan pari dengan lebar sayap setinggi 10 kaki berkumpul di semacam tempat cuci mobil akuatik, tempat ikan-ikan dengan rajin mengupas tubuh parasit yang sangat besar dari pari-pari tersebut. Pemandangan yang sangat eksotik karena hanya di Raja Ampat ada seperti ini.

Raja Ampat

Saya pernah berenang di berbagai tempat di Indonesia, namun tidak ada pemandangan bawah laut seperti Raja Ampat. Ikan-ikan nya berukuran raksasa dan terumbu karangnya beraneka ragam. Vegetasinya juga menggambarkan usia yang seperti berasal dari dunia purba. “Ini adalah titik rawan keanekaragaman hayati laut di planet ini,” kata Mark Erdmann, Ph.D, wakil presiden Conservation International untuk program kelautan Asia-Pasifik. Di taman nasional laut seluas 17.760 mil persegi yang mengelilingi rangkaian pulau ini, tercatat 75% spesies karang dunia dan 1.653 spesies ikan, bahkan mengerdilkan Great Barrier Reef di Australia dalam hal keanekaragaman hayati. Yang paling luar biasa, Raja Ampat berhasil tetap relatif murni, bahkan ketika suhu laut memanas, polusi, dan penangkapan ikan berlebihan menghancurkan ekosistem laut lainnya.

Pantai Pasir Putih, Putras Resort, Raja Ampat dengan spot pemandangan yang sangat indah (Foto: Derly Tangkelayuk/ Kontributor Beritadaerah)

Meskipun Raja Ampat sebagian besar lolos dari pemutihan karang yang terjadi di terumbu lain di seluruh dunia, saya juga mendengar gemuruh ancaman lain—yaitu, orang-orang seperti saya. Tahun lalu, tercatat 25.500 orang datang untuk menyelam, relatif sedikit dibandingkan jumlah di tempat lain, namun di lokasi yang paling populer, penyelam dapat berkerumun di terumbu karang seperti tawon di sekitar es krim. Kebanyakan penyelam memilih untuk berkunjung dengan “liveaboards,” perahu kayu tradisional yang disebut pinisi dengan kabin yang dapat menampung hingga selusin tamu. Praktik pembuangan limbah manusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak bertanggung jawab dapat merusak ekosistem yang rentan, dan meskipun terdapat peraturan yang dapat memitigasi praktik tersebut, namun peraturan tersebut mungkin sulit untuk ditegakkan.

Setelah satu minggu saya berada di lautan, saya diajak oleh penduduk setempat untuk menyaksikan keindahan burung-burung Cendrawasih yang sering dijuluki Bird of Paradise. Masuk ke tengah hutan di pulau Sawingrai, memperlihatkan hutan lebat yang penuh dengan pohon yang besar dan tinggi. Hutan ini habitat dari Cendrawasih merah (Paradise rubra), Cendrawasih belah rotan (Cicinnurus magnificus), Cendrawasih kecil (Paradise minor), Cendrawasih besar (Paradise apoda). Bertengger di pohon yang tinggi, saya menyaksikan burung jantan yang merayu sang betina dengan suara yang menggema, menari dan mengembangkan sayap. Raja Ampat masih meninggalkan ribuan pulau yang masih belum saya jalani, menjaga dan merawatnya adalah tanggun jawab kita semua.