Kini Petani Gunakan Drone Untuk Tabur Pupuk dan Benih (Foto: Kemkominfo)

Petani Milenial Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

(Beritadaerah-Kolom) Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Paripurna MPR RI usai dilantik menjadi Presiden menekankan ketahanan dan swasembada pangan adalah prioritas utama di era pemerintahannya. Menurut Prabowo, ketahanan pangan merupakan langkah strategis untuk menjamin kesejahteraan dan kemandirian bangsa di tengah tantangan global yang terus berkembang. Dengan optimis Presiden Prabowo juga menyampaikan bahwa empat tahun hingga lima tahun ke depan, Indonesia tidak hanya akan mampu swasembada pangan, tetapi juga menjadi lumbung pangan dunia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan pertama 2024, 28,64% penduduk Indonesia yang bekerja berada di sektor pertanian. Angka ini naik 0,03 juta orang dari triwulan pertama 2023. Sektor pertanian masih menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan data BPS bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada triwulan pertama 2024 lebih tinggi dibandingkan lapangan usaha lain, seperti perdagangan dan industri pengolahan.

Program Petani Milenial

Beberapa waktu lalu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan kehadiran petani milenial penting untuk mencapai ketahanan pangan Indonesia. Pasalnya, petani milenial ini akan dibekali pertanian modern yang akan mengoptimalkan pekerjaan, serta meningkatkan produksi hingga mengurangi ongkos produksi.

Dalam upaya mewujudkan swasembada pangan, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mencanangkan Program Petani Milenial. Menurut Peraturan Menteri Pertanian republik Indonesia nomor 04 tahun 2019 pasal 1 ayat 4 menerangkan bahwa “Petani milenial adalah petani berusia 19 (sembilan belas) tahun sampai 39 (tiga puluh sembilan) tahun, dan/atau petani yang adaptif terhadap teknologi digital”. Sebagai upaya menarik minat anak muda, Pemerintah memberikan imbalan menarik yakni upah minimum sebesar 10 juta per bulan bagi keikutsertaan milenial yang bergabung. Langkah ini sangat tepat untuk menarik minat anak muda Indonesia untuk terjun di bidang pertanian.

Bahkan syarat untuk daftar petani milenial yang perlu dipenuhi sangat mudah, yakni merupakan WNI yang memiliki dokumen kependudukan yang sah, seperti KTP dan berusia 19-39 Tahun. Selain itu para peserta yang mendaftar dapat beradaptasi dengan teknologi, terutama dalam penerapan berbagai inovasi di sektor pertanian yang akan diberikan selama pelatihan. Pendaftar juga memiliki pengalaman dasar atau keterlibatan di bidang pertanian, baik dari segi pendidikan atau pengalaman praktis.Terakhir, para peserta wajib menunjukkan minat serius untuk mengembangkan usaha tani. Hal ini penting untuk memastikan bahwa peserta akan tetap termotivasi dan berkelanjutan dalam menjalankan usaha pertaniannya.

Program ini juga dirancang untuk menciptakan peluang bagi para petani milenial agar dapat berkontribusi pada program cetak sawah satu juta hektare serta terlibat dalam kegiatan pelatihan yang disediakan oleh Kementerian Pertanian. Selain memberikan imbalan yang menarik, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan peran anak muda menjadi petani milenial melalui program edukasi di sekolah dan universitas. Pemerintah dapat bekerja sama dengan dunia pendidikan melakukan penyuluhan potensi ekonomi dan inovasi dalam pertanian dapat menarik minat mereka.

Kebutuhan tenaga kerja sektor pertanian juga terjadi di Jepang. Negara Sakura ini memang memiliki pertanian yang sangat maju. Produk pertanian di Jepang dikenal dengan nilai jual dan kualitasnya yang tinggi serta kemajuan teknologi yang pesat. Beberapa waktu lalu di media sosial, banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian di Jepang. Sumber daya pertanian di Jepang, rata-rata sudah berumur 60 tahun keatas atau sudah lanjut usia, sehingga sangat membutuhkan sumber daya manusia dari luar negeri yang cukup banyak.

Pada tahun 2023, sektor pertanian di Jepang masih membutuhkan sekurangnya 36 ribu pekerja secara bertahap dari tahun ke tahun. Sekitar separuh lebih dari kebutuhan pekerja pertanian di Jepang saat ini berasal dari Indonesia. Gaji yang didapatkan para tenaga kerja pertanian Indonesia di Jepang dapat mencapai lebih dari 20 juta. Bahkan jika pekerja yang memegang label ‘Specified Skilled Workers’ atau pekerja berketerampilan khusus akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan standar orang Jepang dengan tambahan kenaikan posisi ataupun bonus. Ini sangat menggiurkan tenaga kerja di Indonesia yang memiliki kemampuan pertanian.

Dengan program petani milenial yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian ini memiliki potensi yang signifikan untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani muda. Namun melihat kondisi yang ada di lapangan, keberhasilannya memerlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, petani, dan masyarakat.

Dengan menyediakan akses informasi, edukasi, pelatihan teknologi yang memadai, serta dukungan yang berkelanjutan, program ini dapat menjadi salah satu pilar utama dalam revitalisasi sektor pertanian di Indonesia dan menarik minat generasi muda untuk berkontribusi di bidang ini.