(Beritadaerah – Jakarta) Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim di hari ketiga kunjungan kerjanya di Amerika Serikat (AS), telah menjadi pembicara pada sesi ‘Digital Learning and Transformation’. Sesi khusus ini mengundang para pemimpin negara yang menjadi pionir dalam hal pembelajaran digital.
Pada kesempatan ini, Menteri Nadiem menjelaskan bahwa kebutuhan guru dan peserta didik menjadi akar dari kebijakan teknologi pendidikan yang diterapkan di Indonesia.
Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini telah memulai transformasi paling progresif dalam sejarah pendidikan Indonesia. Kebijakan ini kami diberi nama Merdeka Belajar, seperti yang disebutkan oleh Mendikbudristek pada konferensi tingkat tinggi (KTT) Transforming Education yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Kota New York, Senin (19/9).
Sesi ‘Digital Learning and Transformation’ yang diikuti oleh para pemimpin negara bertujuan untuk memperkenalkan solusi inovatif, kebijakan dan praktik yang memberdayakan, serta memastikan akses pendidikan digital di berbagai belahan dunia. Mendikbudristek menjelaskan bahwa teknologi yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berpusat pada pemangku kepentingan.
“Filosofi desain teknologi kami berpusat pada pengguna. Kami mendengarkan guru, kepala sekolah, peserta didik, dan lain sebagainya. Alih-alih membangun produk teknologi yang kami pikir diperlukan, kami lebih berfokus pada apa yang sebenarnya mereka butuhkan,” terang Menteri Nadiem, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Selasa (20/9/2022).
Beberapa platform teknologi yang dikembangkan Kemendikbudristek adalah platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, Kampus Merdeka, Kedaireka, belajar.id, Arkas, TanyaBOS, dan SIPLah. “Kesemuanya itu telah digunakan oleh jutaan orang di Indonesia,” imbuh Menteri Nadiem.
Mendikbudristek menegaskan bahwa semua inovasi kebijakan dan platform teknologi hanya dapat dilakukan jika ada keberanian dan kemauan politik. “Tanpa mandat dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk membangun sumber daya manusia, transformasi ini tidak akan mungkin terjadi.
Kehadiran Mendikbudristek ke AS memiliki dua misi khusus. Pertama, untuk menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam hal transformasi sistem pendidikan melalui terobosan-terobosan Merdeka Belajar. Kedua, untuk mendorong kerja sama baik di bidang pendidikan tinggi dengan sejumlah universitas maupun di bidang kebudayaan yang terkait dengan institusi riset dan permuseuman top dunia yang berkedudukan di AS.


