(Beritadaerah-Kolom) Usaha pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan tidak terlepas pada pembangunan sektor pertanian, sebagai wujud usaha peningkatan kesejahteraan rakyat yang masih sebagian besar berusaha di sektor pertanian.
Dalam perencanaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan pembangunan pertanian diperlukan adanya indikator yang obyektif, dapat dipercaya, dan relevan dengan keadaan sebenarnya. Indikator pertanian merupakan indikator pengukur perkembangan di sektor pertanian yang berasal dari data statistik pertanian yang disajikan secara sederhana agar mudah dipahami.
Untuk penyusunan Indikator pertanian digunakan beberapa macam sumber data dan metode penghitungan angka indeks, distribusi persentase, maupun indikator lain yang mempermudah konsumen data memahami perkembangan di sektor pertanian.
Nilai tukar petani tahun 2021 sebesar 104,64 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 112,94 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 107,93. Nilai tukar usaha petani tahun 2021 sebesar 104,95.
Kontribusi kategori pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2021 sebesar 12,62% atau turun 0,23% dibanding tahun sebelumnya. Urutan kontribusi terbesar terhadap PDB tahun 2021 pada sub kategori pertanian yaitu tanaman perkebunan (3,82%), tanaman pangan (2,69%), perikanan (2,41%), peternakan (1,51%), tanaman hortikultura (1,44%) kehutanan (0,57%), jasa pertanian dan perburuan (0,19%).
Tanaman Pangan
Pada periode 2017-2021, indeks produksi tanaman pangan memiliki kecenderungan menurun. Indeks produksi tanaman pangan tahun 2021 sebesar 92,51 atau naik sebesar 0,56 poin dibandingkan tahun 2020.
Indeks produksi padi pada tahun 2021 mencapai 81,87 dengan komoditas penyumbang terbesar adalah padi sawah. Kemudian, indeks produksi palawija tahun 2021 mencapai 108,29 atau mengalami kenaikan sebesar 0,38 poin dibandingkan tahun sebelumnya, yang disebabkan peningkatan indeks produksi kacang hijau.
Nilai tukar petani tanaman pangan tahun 2021 sebesar 98,21 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 106,17 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 108,10. Nilai tukar usaha petani tanaman pangan tahun 2021 sebesar 98,52.
Nilai ekspor beberapa komoditas strategis tanaman pangan tahun 2021 yaitu: beras US$ 2.605.701 (naik 157,38%), jagung US$ 10.949.515 (turun 74,36%), kacang hijau US$ 2.167.015 (turun 19,12%), kacang tanah US$ 4.235.326 (turun 2,46%), dan kedelai US$ 676.563 (naik 24,16%).
Nilai impor beberapa komoditas strategis tanaman pangan tahun 2021 yaitu: beras US$ 183.801.804 (turun 5,94%), jagung US$ 6.001.874 (turun 96,52%), kacang hijau US$ 132.857.822 (naik 32,41%), kacang tanah US$ 357.818.061 (naik 6,20%), dan kedelai US$ 1.482.848.660 (naik 47,78%).
Tanaman Hortikultura
Pada tahun 2021, indeks produksi hortikultura meningkat sebesar 2,14 poin dibanding tahun 2020, yaitu dari 119,26 menjadi 121,39. Indeks produksi sayursayuran mengalami kenaikan sebesar 7,85 poin dan indeks produksi buahbuahan mengalami kenaikan tipis 0,11 poin.
Bawang merah, melinjo, petai, dan wortel merupakan komoditas sayuran dengan peningkatan indeks tertinggi. Sementara itu, belimbing, durian, nenas, rambutan, dan sirsak merupakan komoditas buah-buahan dengan peningkatan indeks tertinggi.
Nilai tukar petani hortikultura tahun 2021 sebesar 101,60 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 109,42 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 107,70. Nilai tukar usaha petani tanaman pangan tahun 2021 sebesar 101,83.
Nilai ekspor beberapa komoditas strategis tanaman hortikultura tahun 2021 yaitu: bawang merah US$ 7.008.877 (turun 48,75%), bawang putih US$ 38.243 (turun 89,15%), cabai US$ 590.299 (turun 13,18%), manggis US$ 71.561.997 (turun 11,82%), dan nenas US$ 5.020.870 (naik 31,99%).
Nilai impor beberapa komoditas strategis tanaman hortikultura tahun 2021 yaitu: bawang putih US$ 681.660.088 (naik 13,92%), cabai US$ 1.408 (turun 100%), kentang US$ 3.663.435 (naik 10,07%), anggur US$ 320.003.435 (naik 15,12%), dan apel US$ 374.159.108 (naik 14,69%).
Tanaman Perkebunan
Pada tahun 2021, Indeks produksi perkebunan meningkat dari 150,64 menjadi 161,85 (angka sementara) atau naik sebesar 11,21 poin dari tahun 2020. Secara umum, indeks produksi perkebunan rakyat meningkat sebesar 8,34 poin dan indeks produksi perkebunan besar meningkat sebesar 12,83 poin dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan komoditas, peningkatan indeks produksi perkebunan rakyat terjadi pada komoditas karet, kelapa, kelapa sawit dan kopi. Sementara itu, komoditas cengkeh mengalami penurunan indeks produksi.
Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat tahun 2021 sebesar 120,97 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 130,05 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 107,51. Nilai tukar usaha petani tanaman perkebunan rakyat tahun 2020 sebesar 121,67.
Nilai ekspor beberapa komoditas strategis tanaman perkebunan tahun 2021 yaitu: cengkeh US$ 96.054.005 (turun 45,59%), kelapa US$ 337.640.675 (naik 42,19%), kelapa sawit US$ 60.402.771.275 (naik 206,49%), kopi US$ 858.558.098 (naik 4,46%), dan teh US$ 89.157.948 (tun 7,44%).
Nilai impor beberapa komoditas strategis tanaman perkebunan tahun 2021 yaitu: cengkeh US$ 77.458.890 (naik 527,56%), kelapa US$ 3.019.984 (turun 40,33%), kopi US$ 3.038.477 (turun 92,06%), dan teh US$ 23.019.278 (turun 10,97%).
Peternakan
Indeks produksi peternakan selama empat tahun terakhir cenderung stagnan. Pada tahun 2021, indeks produksi peternakan adalah sebesar 276,20 atau menurun sebesar 2,41 poin dari indeks tahun 2020 sebesar 278,61.
Komoditas yang mengalami peningkatan indeks produksi paling besar adalah daging babi sebesar 20,16 poin diikuti daging ayam ras pedaging sebesar 17,04 poin dan telur ayam buras sebesar 12,96 poin. Sedangkan, komoditas yang mengalami penurunan indeks produksi terbesar adalah daging sapi sebesar 3,58 poin.
Nilai tukar peternak tahun 2021 sebesar 99,19 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 107,75 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 108,63. Nilai tukar usaha peternak tahun 2021 sebesar 98,72.
Nilai ekspor beberapa komoditas strategis peternakan tahun 2021 yaitu: ayam US$ 443.611 (turun 27,97%), babi US$ 55.854.927 (naik 15,30%), kambing US$ 381.122 (naik 1.890,19%), susu US$ 55.323.589 (turun 26,01%), dan telur US$ 110.399 (turun 91,88%).
Nilai impor beberapa komoditas strategis peternakan tahun 2021 yaitu: ayam US$ 33.377.699 (naik 4,86%), babi US$ 9.062.785 (naik 207,83%), sapi US$ 1.476.524.931 (naik 30,79 %), susu US$ 1.151.118.909 (naik 18,96%), dan telur US$ 9.846.994 (turun 0.09%).
Perikanan
Selama lima tahun terakhir, indeks produksi perikanan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2020, indeks produksi perikanan mencapai 185,84 (angka sementara) atau menurun sebesar 10,17 poin dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 196,01. Dibandingkan tahun sebelumnya, indeks produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap mengalami penurunan masing-masing sebesar 7,35 poin dan 13,40 poin.
Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan tahun 2021 sebesar 103,97 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 110,97 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 106,74. Nilai tukar usaha nelayan dan pembudidaya ikan tahun 2021 sebesar 105,25.
Nilai ekspor beberapa komoditas strategis perikanan tahun 2021 yaitu: cumi-cumi US$ 455.859.640 (naik 18,06%), ikan makarel US$ 417.614.929 (naik 92,68%), ikan sarden US$ 785.969 (turun 45,20%), ikan tuna US$ 555.750.512 (naik 35,89%), dan udang US$ 4.175.440.287 (naik 85,68%).
Nilai impor beberapa komoditas strategis perikanan tahun 2021 yaitu: cumi-cumi US$ 13.121.156 (naik 214,11%), ikan makarel US$ 62.965.357 (naik 86,84%), ikan sarden US$ 4.128.817 (turun 68,48%), ikan tuna US$ 11.611.896 (turun 52,07%), dan udang US$ 46.533.568 (naik 81,94%).
Kehutanan
Indeks produksi kehutanan mengalami kenaikan sebesar 5,84 poin dari sebesar 96,47 tahun 2019 menjadi 102,31 (angka sementara) pada tahun 2020. Hal ini disebabkan produksi kayu bulat di hutan budidaya meningkat signifikan dari tahun sebelumnya.