(Beritadaerah – Nasional) Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengadakan konferensi pers APBN Kita di Jakarta, Kamis (22/2/2024). Dalam pertemuan tersebut disampaikan bahwa penerimaan pajak pada Januari 2024 telah mencapai Rp149,25 triliun atau setara 7,5 persen dari target APBN.
Dari jumlah tersebut, penerimaan pajak terbesar berasal dari pajak penghasilan (PPH) non migas sebesar Rp83,69 triliun atau sebesar 56,1 persen dari total penerimaan.
Selanjutnya, penerimaan pajak mendapat kontribusi dari pajak pertambahan nilai (PPN) Rp57,76 triliun, serta pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar Rp810 miliar. Sementara, realisasi penerimaan dari PPH migas mencapai Rp6,99 triliun atau setara 9,15 persen dari target APBN.
“Kita lihat dari sisi penerimaan pajak bruto, trennya masih mengalami kenaikan. Jadi dalam hal ini, penerimaan pajak kita masih cukup positif, meskipun kita tahu bahwa 2021-2022 pertumbuhan penerimaan pajak kita sangat tinggi,” kata Sri Mulyani.
Menkeu mengungkapkan bahwa realisasi penerimaan PPN dalam negeri dan impor masih menunjukan tren positif. Selain itu, tren positif juga ditunjukkan oleh realisasi penerimaan PPH 21 yang mencapai Rp28,3 triliun atau setara 18,9 persen. Tren tersebut mencerminkan peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja dan perbaikan gaji/upah.
Sementara dari sisi sektoral, kontribusi penerimaan pajak terbesar berasal dari sektor perdagangan dengan realisasi sebesar Rp 38,8 triliun atau setara 26,6 persen dari total penerimaan, disusul oleh sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan pertambangan.
Menkeu Sri Mulyani juga memaparkan realisasi penerimaan dari kepabeanan dan cukai. Menkeu mengungkapkan, hingga Januari 2024 tercatat realisasi penerimaan dari bea masuk mencapai Rp3,9 triliun, bea keluar Rp1,2 triliun dan penerimaan cukai sebesar Rp17,9 triliun.
Selanjutnya, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hingga 31 Januari 2024 juga tercatat cukup baik mencapai Rp43,3 triliun atau setara 8,8 persen dari target APBN 2024. Mengenai hal ini, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menyebut bahwa kinerja positif ini dipengaruhi oleh moderasi harga komoditas seperti minyak dan batubara, diikuti dengan penerimaan dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan, PNBP lainnya, dan pendapatan BLU.
“Terkait penerimaan dari kekayaan negara yang dipisahkan, kita bisa lihat mencapai Rp6,8 triliun berupa setoran dividen interim dari BUMN perbankan yaitu PT BRI. PNBP lainnya telah tumbuh Rp15,9 triliun dan ini sedikit lebih tinggi dari yang lalu, terdiri dari pendapatan TAYL. Sementara, pendapatan BLU terkumpul Rp1,7 triliun. Itu karena adanya peningkatan pendapatan jasa layanan rumah sakit dan layanan pendidikan,” jelas Wamenkeu.