Proyek Energi di Teluk Bintuni Didorong Libatkan Pelaku Usaha Lokal Papua

(Beritadaerah-Papua Barat) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyoroti pentingnya peran serta masyarakat lokal dalam pelaksanaan proyek energi nasional di wilayah Papua Barat. Hal itu disampaikannya ketika melakukan peninjauan ke lokasi Proyek Strategis Nasional Asap Kido Merah (AKM) yang berada di Blok Kasuri, Kabupaten Teluk Bintuni, pada Rabu (11/6/2025).

Dalam kunjungannya ke Lapangan Gas milik Genting Oil Kasuri, Menteri Bahlil menegaskan bahwa keberadaan proyek energi berskala besar seperti ini harus memberi dampak ekonomi nyata bagi pelaku usaha daerah, bukan hanya menyasar kontraktor dari luar Papua.

Ia menilai bahwa distribusi peluang usaha dalam proyek tersebut perlu dibagi secara merata agar tidak menimbulkan ketimpangan. Ia juga meminta agar pelaksana proyek membuka ruang kolaborasi lebih luas bagi pengusaha lokal dan tenaga kerja asli Papua.

“Jangan semua dikerjakan oleh perusahaan dari Jakarta. Ini wilayah Papua, berikan juga ruang bagi mereka untuk tumbuh bersama proyek ini,” ujar Menteri ESDM dalam keterangannya yang dirilis Kamis (12/6/2025).

Proyek AKM yang dikelola oleh Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL) ditargetkan akan menyumbang produksi gas nasional sebesar 300 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) mulai 2027. Proyek ini menjadi salah satu solusi strategis untuk mengatasi potensi defisit gas dalam negeri di masa mendatang.

Di sisi teknis, progres pengembangan lapangan gas disebut telah menunjukkan capaian signifikan. Dari lima sumur yang menjadi bagian proyek, empat di antaranya telah selesai, sementara satu sumur lainnya masih dalam proses penyelesaian.

Selain pengembangan lapangan gas, Genting Group melalui PT Layar Nusantara Gas juga sedang membangun fasilitas pengolahan gas terapung atau Floating LNG (FLNG) di Shanghai, Tiongkok, dengan kapasitas produksi mencapai 1,2 juta ton per tahun. FLNG ini akan menjadi fasilitas pertama di Indonesia dan kesembilan di dunia, dengan progres konstruksi yang telah mencapai 55,3 persen.

Sejak ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional pada akhir 2023, Proyek AKM mengantongi nilai investasi sebesar USD3,37 miliar. Selain diproyeksikan akan menambah penerimaan negara hingga USD2,01 miliar, proyek ini juga menyerap lebih dari 1.500 tenaga kerja selama masa konstruksi dan 200 tenaga kerja saat operasional, dengan komitmen kuat untuk melibatkan 80 persen tenaga kerja dari Orang Asli Papua.