(Beritadaerah-Bali) Di Bali, pada acara High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024, Bambang Brodjonegoro, mantan Menteri PPN/Kepala Bappenas sekaligus Profesor Ekonomi di Universitas Indonesia, menyoroti pentingnya kemitraan multipihak untuk meningkatkan nilai ekonomi di negara berkembang. Dalam sesi tematik bertajuk “Innovate to Elevate: Multi-Stakeholder Partnerships for Promoting Higher Economic Value at the Regional Level,” ia menyatakan bahwa negara berkembang, yang kaya akan sumber daya alam, perlu mengatasi berbagai tantangan seperti kekurangan modal, teknologi, dan sumber daya manusia untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan.
Bambang menekankan bahwa investasi asing langsung (Foreign Direct Investment atau FDI) dapat menjadi solusi bagi negara berkembang untuk mengelola sumber daya mereka secara lebih efektif. Meski demikian, menurutnya, pemerintah perlu selektif dalam menerima jenis FDI yang datang, agar investasi yang masuk dapat menciptakan nilai tambah bagi ekonomi lokal. Indonesia, misalnya, sedang menerapkan kebijakan hilirisasi yang meminta investor tidak hanya memproses bahan mentah, seperti nikel, tetapi juga mengolahnya menjadi produk dengan nilai tambah, seperti baja tahan karat atau baterai kendaraan listrik.
Selain itu, Bambang juga menekankan pentingnya peningkatan teknologi di negara-negara Global South. Ia mengatakan bahwa tanpa teknologi yang memadai, negara-negara berkembang akan terus bergantung pada impor teknologi dari negara-negara maju. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar negara-negara berkembang menginvestasikan lebih banyak pada sumber daya manusia, terutama dalam bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) serta penelitian dan pengembangan (R&D), guna mendorong tenaga kerja yang lebih produktif dan berdaya saing. Infrastruktur digital juga dianggap penting untuk mendukung adopsi teknologi secara menyeluruh.
Shinta Kamdani, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, menambahkan bahwa inovasi dengan nilai ekonomi tinggi tidak dapat dihasilkan oleh satu entitas saja. Semua pihak, termasuk dunia bisnis, pendidikan, dan masyarakat, harus bekerja sama dalam kerangka pengaruh masing-masing untuk menciptakan inovasi yang berkelanjutan. Ia menyebutkan bahwa bisnis harus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D), institusi pendidikan harus menghasilkan riset berkualitas tinggi, dan inovasi harus relevan dengan kebutuhan masyarakat serta mematuhi standar regulasi.
Forum ini juga dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan internasional, seperti Duta Besar Spanyol untuk Indonesia dan ASEAN Fransisco de Asis Aguilera Aranda, Deputi Sekretaris-Jenderal ASEAN Nararya Sanggramawijaya Soeprapto, dan perwakilan lainnya, yang menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas negara untuk memaksimalkan potensi ekonomi regional.