(Beritadaerah – Kolom) Naiknya air laut yang terus mengancam wilayah pesisir, termasuk Jakarta, membuat Indonesia harus mengambil keputusan besar. Perubahan iklim bukan lagi hal yang jauh di awang-awang. Itu nyata, terasa, dan membawa dampak langsung. Jakarta tenggelam perlahan, banjir makin sering, dan beban kota semakin berat. Pemerintah pun memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke tempat baru yang lebih aman dan berkelanjutan. Pilihannya jatuh ke Kalimantan Timur, tepatnya di tengah hutan tropis yang masih hijau dan luas. Di sanalah, sejak dua tahun lalu, sebuah kota baru mulai dibangun. Namanya Ibu Kota Nusantara, atau lebih dikenal dengan singkatan IKN.
IKN bukan hanya soal memindahkan kantor-kantor pemerintahan. Ini adalah proyek besar yang membawa mimpi Indonesia untuk membangun peradaban baru. Kota yang dibangun dari nol ini diharapkan menjadi kota modern yang ramah lingkungan, cerdas secara teknologi, dan adil bagi semua lapisan masyarakat. Dua tahun sudah berjalan, dan geliat kehidupan mulai terasa di sana. Bangunan mulai berdiri, jalan mulai terbentang, dan aktivitas manusia mulai menghidupkan kawasan yang dulu hanya hutan belantara.
Sejak awal, kawasan yang menjadi prioritas pembangunan adalah Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP. Di sinilah kelak akan berdiri Istana Presiden, kantor kementerian, lembaga negara, dan gedung-gedung pemerintahan lainnya. Tapi pembangunan IKN tidak hanya soal bangunan. Lebih dari itu, ini tentang bagaimana Indonesia membangun ulang cara kita hidup di sebuah kota. IKN dirancang agar seimbang antara aktivitas manusia dan kelestarian lingkungan. Banyak ruang terbuka hijau disediakan. Jalur sepeda dan jalur pejalan kaki dibuat agar warga terbiasa berjalan kaki atau bersepeda ke tempat kerja. Kota ini tidak dibangun untuk mobil, tapi untuk manusia.
Tenaga kerja lokal menjadi tulang punggung dari proses pembangunan ini. Anak-anak muda Kalimantan, para tukang, teknisi, hingga tenaga pendukung lainnya ikut terlibat langsung. Mereka bukan hanya membangun dengan tangan mereka, tapi juga dengan semangat dan harapan bahwa IKN akan memberi masa depan yang lebih baik bagi mereka dan keluarga mereka. Pemerintah juga terus melibatkan para pelaku usaha lokal agar roda ekonomi daerah ikut bergerak.
Salah satu yang jadi perhatian adalah penyediaan hunian bagi aparatur sipil negara atau ASN yang nantinya akan tinggal dan bekerja di IKN. Rumah susun disiapkan lengkap dengan fasilitas modern. Tidak hanya tempat tidur dan dapur, tapi juga akses internet cepat, sistem keamanan, dan lingkungan yang nyaman. Yang menarik, pemerintah juga menyediakan bus khusus untuk mengantar pegawai dari tempat tinggal ke tempat kerja, sehingga tidak perlu membawa kendaraan pribadi. Ini selaras dengan semangat kota ramah lingkungan dan minim emisi.
Dari hari ke hari, aktivitas ekonomi mulai terasa. Warung kopi mulai buka, toko-toko kebutuhan harian mulai hadir, dan bahkan jasa transportasi lokal mulai berjalan. Di sinilah terlihat bahwa IKN mulai tumbuh sebagai kota sungguhan, bukan sekadar proyek konstruksi. Fasilitas publik pun mulai tersedia, seperti klinik, layanan administrasi, bahkan sekolah dan tempat ibadah dalam perencanaan. Semua dibangun dengan satu semangat: membuat kota ini nyaman untuk ditinggali siapa saja.
Sebagai kota masa depan, IKN tidak bisa hanya mengandalkan energi dari bahan bakar fosil. Karena itu, sejak awal, pemerintah berkomitmen untuk menggunakan sumber energi hijau. Panel surya, pembangkit tenaga air mini, hingga jaringan listrik pintar sedang dikembangkan agar seluruh kebutuhan energi di IKN bisa dipenuhi secara bersih. Ini bukan hanya soal teknis, tapi juga soal pesan: bahwa Indonesia serius ingin menjadi bagian dari solusi krisis iklim dunia.
Kehidupan sehat juga menjadi bagian penting dari perencanaan IKN. Di kota ini, ruang olahraga dan ruang bermain anak tidak disisakan dari sisa-sisa lahan, tapi justru dirancang sejak awal. Taman kota, lintasan jogging, jalur sepeda, dan ruang terbuka hijau tersebar di berbagai sudut kota. Semua generasi, dari anak-anak hingga lansia, diharapkan bisa hidup aktif, sehat, dan bahagia. Ini bukan sekadar kota tempat kerja, tapi kota tempat membangun kehidupan.
Tentu saja, kota sebesar ini tidak bisa berdiri sendiri. Konektivitas menjadi kunci. Karena itu, pembangunan jalan raya, pelabuhan, dan bandara terus dipercepat agar IKN terhubung dengan kota-kota di sekitarnya. Jalur-jalur logistik disiapkan agar barang dan orang bisa bergerak dengan efisien. Pemerintah juga membangun sistem transportasi massal agar pergerakan dalam kota bisa dilakukan tanpa menambah kemacetan atau polusi.
Setelah dua tahun, hasilnya mulai terlihat. Gedung-gedung mulai menjulang, jalanan mulai hidup, dan komunitas mulai terbentuk. Kota ini belum sepenuhnya selesai, tapi arah dan semangatnya sudah jelas. IKN adalah kota yang dibangun untuk semua, bukan hanya untuk pejabat. Kota ini dibangun untuk menjadi tempat tinggal, tempat kerja, dan tempat bermimpi bagi rakyat Indonesia.
Tahap kedua pembangunan IKN akan fokus pada pembangunan kawasan legislatif dan yudikatif. Gedung DPR, Mahkamah Agung, dan lembaga tinggi negara lainnya akan mulai dibangun agar pusat pemerintahan Indonesia benar-benar terintegrasi di satu tempat. Ini penting agar koordinasi antara lembaga negara bisa lebih efektif dan efisien. Selain itu, kehadiran semua unsur pemerintahan di satu kawasan juga akan memperkuat identitas IKN sebagai ibu kota negara yang sesungguhnya.
Bagi warga sekitar, pembangunan IKN membawa dampak yang nyata. Banyak lapangan kerja tercipta, infrastruktur daerah ikut diperbaiki, dan roda ekonomi mulai bergerak. UMKM lokal mendapat pesanan, penyedia jasa mendapat pelanggan baru, dan masyarakat mulai melihat peluang baru. “Dengan adanya pembangunan IKN, saya melihat peningkatan ekonomi yang luar biasa. Infrastruktur juga berkembang pesat, dan kami sebagai warga merasakan langsung manfaatnya,” kata seorang warga lokal yang ikut dalam proyek pembangunan.
Namun tentu saja, jalan ke depan masih panjang. IKN bukan proyek satu-dua tahun. Ini adalah perjalanan jangka panjang yang akan berlangsung selama beberapa dekade. Tapi fondasinya sudah diletakkan, dan harapan sudah mulai tumbuh. Ini adalah tentang bagaimana Indonesia menata ulang masa depannya. Bukan hanya soal memindahkan ibu kota, tapi tentang mengubah cara kita hidup, bekerja, dan tinggal di sebuah kota.
Ibu Kota Nusantara adalah simbol tekad bangsa Indonesia untuk keluar dari cara lama yang penuh kemacetan, polusi, dan ketimpangan. Ini adalah upaya membangun kota yang adil bagi semua, sehat bagi lingkungan, dan tangguh menghadapi masa depan. Kota ini bukan milik pemerintah saja, tapi milik seluruh rakyat Indonesia.
Ketika orang bertanya apa itu IKN, jawabannya bukan sekadar proyek fisik. IKN adalah mimpi besar tentang Indonesia yang lebih baik. Tentang kota yang tidak hanya dibangun dengan beton dan baja, tapi juga dengan harapan dan semangat gotong royong. Dua tahun sudah berlalu, dan meski pekerjaan belum selesai, kita bisa melihat arah yang jelas. IKN sedang tumbuh—dan bersamanya, harapan Indonesia pun tumbuh.