Pertanian
Ilustrasi padi di sawah di daerah Kabupaten Pati (Foto: Dedi/ Kontributor Beritadaerah)

Menyiapkan Pangan dan Pertanian di Tahun 2023

(Beritadaerah-Kolom) Beberapa capaian utama bidang pangan dan pertanian antara lain yaitu pertumbuhan produksi untuk beberapa komoditas strategis utama. Selama tahun 2021 capaian produksi padi, daging sapi/kerbau dan aneka cabai mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi padi mengalami penurunan sebesar 0,42 persen, daging sapi/kerbau mengalami penurunan sebesar 2,86 persen, dan aneka cabai mengalami penurunan sebesar 0,72 persen. Komoditas yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2020 adalah jagung yang produksinya meningkat sebesar 0,52 persen dan bawang merah yang meningkat sebesar 10,50 persen.

Pada triwulan II-2022. pertumbuhan PDB pertanian sebesar 1,29 persen (c-to-c) Tingkat pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan produksi pada beberapa komoditas strategis pertanian menjadi salah satu faktor rendahnya produksi pertanian. Dari sisi perdagangan global, peningkatan harga perkebunan global mampu mempertahankan PDB pertanian untuk tetap tumbuh positif. Kondisi tersebut juga berdampak positif bagi ekspor komoditas pertanian, di mana pada tahun 2021 ekspor komoditas pertanian mengalami peningkatan sebesar 4,24 persen.

Daya beli petani yang merepresentasikan kesejahteraan petani pada semester I-2020 sempat mengalami penurunan, namun kondisi tersebut membaik sejak September 2020 dan berlangsung sepanjang tahun 2021. Hal ini tecermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus meningkat. Pada akhir tahun 2020 Nilai NTP masih sekitar 101,65 dan terus meningkat hingga 104,64 pada Desember 2021. Meskipun demikian, memasuki bulan April 2022, NTP mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas strategis ditingkat global.

Capaian dari sisi konsumsi, dapat dilihat dari mutu gizi dan keragaman pola konsumsi masyarakat yang ditunjukkan oleh nilai Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Pada tahun 2021, nilai skor PPH nasional berada pada angka 87,20 naik dari tahun 2020 yang berada pada angka 86,90. Kenaikan skor PPH tersebut menunjukkan adanya peningkatan mutu gizi dan juga keragaman pangan di masyarakat. Capaian tersebut utamanya didorong dengan adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan, termasuk di dalamnya peningkatan produksi pangan lokal, diversifikasi konsumsi, dan perbaikan logistik pangan sehingga mempermudah akses pangan bagi konsumen.

Pada tahun 2022, pembangunan pangan dan pertanian difokuskan untuk penguatan produksi domestik berkelanjutan dan ketersediaan untuk mencukupi kebutuhan permintaan pangan yang berkualitas dan aman serta untuk mendorong peningkatan nilai tambah ekonomi di bidang pangan dan pertanian.

Insight Indikator Pertanian 

Tanaman Pangan

Pada periode 2017-2021, indeks produksi tanaman pangan memiliki kecenderungan menurun. Indeks produksi tanaman pangan tahun 2021 sebesar 92,51 atau naik sebesar 0,56 poin dibandingkan tahun 2020.

Indeks produksi padi pada tahun 2021 mencapai 81,87 dengan komoditas penyumbang terbesar adalah padi sawah. Kemudian, indeks produksi palawija tahun 2021 mencapai 108,29 atau mengalami kenaikan sebesar 0,38 poin dibandingkan tahun sebelumnya, yang disebabkan peningkatan indeks produksi kacang hijau.

Nilai tukar petani tanaman pangan tahun 2021 sebesar 98,21 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 106,17 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 108,10. Nilai tukar usaha petani tanaman pangan tahun 2021 sebesar 98,52.

Nilai ekspor beberapa komoditas strategis tanaman pangan tahun 2021 yaitu: beras US$ 2.605.701 (naik 157,38%), jagung US$ 10.949.515 (turun 74,36%), kacang hijau US$ 2.167.015 (turun 19,12%), kacang tanah US$ 4.235.326 (turun 2,46%), dan kedelai US$ 676.563 (naik 24,16%).

Nilai impor beberapa komoditas strategis tanaman pangan tahun 2021 yaitu: beras US$ 183.801.804 (turun 5,94%), jagung US$ 6.001.874 (turun 96,52%), kacang hijau US$ 132.857.822 (naik 32,41%), kacang tanah US$ 357.818.061 (naik 6,20%), dan kedelai US$ 1.482.848.660 (naik 47,78%).

Tanaman Hortikultura

Pada tahun 2021, indeks produksi hortikultura meningkat sebesar 2,14 poin dibanding tahun 2020, yaitu dari 119,26 menjadi 121,39. Indeks produksi sayursayuran mengalami kenaikan sebesar 7,85 poin dan indeks produksi buahbuahan mengalami kenaikan tipis 0,11 poin.

Bawang merah, melinjo, petai, dan wortel merupakan komoditas sayuran dengan peningkatan indeks tertinggi. Sementara itu, belimbing, durian, nenas, rambutan, dan sirsak merupakan komoditas buah-buahan dengan peningkatan indeks tertinggi.

Nilai tukar petani hortikultura tahun 2021 sebesar 101,60 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 109,42 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 107,70. Nilai tukar usaha petani tanaman pangan tahun 2021 sebesar 101,83.

Nilai ekspor beberapa komoditas strategis tanaman hortikultura tahun 2021 yaitu: bawang merah US$ 7.008.877 (turun 48,75%), bawang putih US$ 38.243 (turun 89,15%), cabai US$ 590.299 (turun 13,18%), manggis US$ 71.561.997 (turun 11,82%), dan nenas US$ 5.020.870 (naik 31,99%).

Nilai impor beberapa komoditas strategis tanaman hortikultura tahun 2021 yaitu: bawang putih US$ 681.660.088 (naik 13,92%), cabai US$ 1.408 (turun 100%), kentang US$ 3.663.435 (naik 10,07%), anggur US$ 320.003.435 (naik 15,12%), dan apel US$ 374.159.108 (naik 14,69%).

Tanaman Perkebunan

Pada tahun 2021, Indeks produksi perkebunan meningkat dari 150,64 menjadi 161,85 (angka sementara) atau naik sebesar 11,21 poin dari tahun 2020. Secara umum, indeks produksi perkebunan rakyat meningkat sebesar 8,34 poin dan indeks produksi perkebunan besar meningkat sebesar 12,83 poin dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan komoditas, peningkatan indeks produksi perkebunan rakyat terjadi pada komoditas karet, kelapa, kelapa sawit dan kopi. Sementara itu, komoditas cengkeh mengalami penurunan indeks produksi.

Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat tahun 2021 sebesar 120,97 dengan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 130,05 dan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 107,51. Nilai tukar usaha petani tanaman perkebunan rakyat tahun 2020 sebesar 121,67.

Nilai ekspor beberapa komoditas strategis tanaman perkebunan tahun 2021 yaitu: cengkeh US$ 96.054.005 (turun 45,59%), kelapa US$ 337.640.675 (naik 42,19%), kelapa sawit US$ 60.402.771.275 (naik 206,49%), kopi US$ 858.558.098 (naik 4,46%), dan teh US$ 89.157.948 (tun 7,44%).

Nilai impor beberapa komoditas strategis tanaman perkebunan tahun 2021 yaitu: cengkeh US$ 77.458.890 (naik 527,56%), kelapa US$ 3.019.984 (turun 40,33%), kopi US$ 3.038.477 (turun 92,06%), dan teh US$ 23.019.278 (turun 10,97%).

Permasalahan dan Kendala

Beberapa permasalahan dan kendala dalam bidang pangan dan pertanian dapat dikelompokkan menjadi tiga klaster, yaitu permasalahan di sisi on farm, permasalahan di sisi off farm, dan permasalahan enabling factor untuk mendukung maju dan berkembangnya bidang pangan dan pertanian.

Permasalahan di sisi on farm, antara lain rendahnya kapasitas serta produktivitas tenaga tani, terbatasnya akses petani terhadap input produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain), serta tingginya konversi dan fragmentasi lahan pertanian. Permasalahan di sisi off farm, antara lain rendahnya nilai tambah dan daya saing produk pertanian, serta masih perlu ditingkatkan mutu gizi dan keragaman pola konsumsi masyarakat.

Selanjutnya, dari aspek enabling factor, permasalahan yang dihadapi mencakup kondisi infrastruktur di pedesaan yang masih kurang memadai, belum kuatnya implementasi penjaminan risiko pertanian (asuransi), serta rendahnya investasi di bidang pangan dan pertanian.

Arah Kebijakan

Untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut, maka arah kebijakan dan strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut (1) dari sisi on farm, arah kebijakan dan strategi yang ditempuh untuk mendukung peningkatan kapasitas dan produktivitas tenaga tani antara lain (a) peningkatan penyuluhan, pendampingan, bimbingan teknis serta sekolah lapang bagi petani, utamanya terkait dengan implementasi good agricultural practices (GAP), pertanian presisi serta pertanian regeneratif untuk mendorong implementasi produksi berkelanjutan; (b) penguatan berbagai program untuk mendorong penumbuhan minat petani muda untuk terjun dalam bidang pangan dan pertanian; (c) penguatan penyediaan input produksi yang berkualitas, seperti benih unggul melalui penguatan riset dan inovasi serta pembangunan nursery modern, pembangunan laboratorium uji DNA benih; (d) perbaikan penyaluran pupuk bersubsidi; serta (e) penerapan sekolah lapang untuk penanganan hama terpadu konversi lahan.

Selanjutnya (2) dari sisi off farm untuk mendukung peningkatan nilai tambah, arah kebijakan dan strategi yang ditempuh yaitu (a) peningkatan penyuluhan, pendampingan, bimbingan teknis serta sekolah lapang bagi petani, utamanya terkait dengan implementasi Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP); (b) penyaluran sarana dan prasarana pascapanen; (c) pengolahan hasil produk pertanian untuk meningkatkan upaya hilirisasi produk pertanian; (d) penguatan sertifikasi produk; (e) implementasi kebijakan yurisdiksi berkelanjutan; serta (f) transformasi sistem pangan.

Tidak kalah penting (3) dari aspek enabling factor, beberapa arah kebijakan dan strategi yang ditempuh yaitu ( a) penguatan implementasi asuransi pertanian; (b) perbaikan infrastruktur (listrik, pergudangan, jalan) untuk mendukung upaya peningkatan nilai tambah produksi pertanian melalui pemanfaatan cold storage, resi gudang, dan distribusi yang lebih cepat; (c) perbaikan regulasi untuk mempermudah investasi di bidang pangan dan pertanian; serta (d) penguatan korporasi pertanian, yang pada ujungnya diharapkan dapat mendorong modernisasi pertanian.