Rencana Pengembangan Listrik Provinsi Kalimantan Selatan

(Beritadaerah-Kolom) Sistem tenaga listrik Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar dipasok dari Sistem Barito, sedangkan sistem–sistem isolated tersebar antara lain Kotabaru serta Unit Listrik Desa (ULD) dipasok dari PLTD setempat.
Sistem 150 kV Kalseltengtim merupakan sistem interkoneksi antara Sistem Barito (Kalselteng) dan Sistem Mahakam (Kaltim) yang telah interkoneksi pada tahun 2018, membentang dari Sangatta di Kalimantan Timur hingga ke Pangkalan Bun di Kalimantan Tengah. Beroperasinya transmisi 150 kV Barikin – Kayutangi di tahun 2019 dapat menurunkan pembebanan pada ruas Transmisi 150 kV Barikin – Cempaka akibat evakuasi daya dari PLTU IPP Kalsel (FTP 2) 2×100 MW. Penjualan energi listrik periode 2011-2020 di Kalimantan Selatan tumbuh rata-rata sebesar 8,4%.

Peta Pengembangan Sistem Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber : PLN

Sistem Barito

Sistem Barito merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan transmisi 150 kV dan 70 kV, dipasok dari beberapa jenis pembangkit meliputi PLTA, PLTU, PLTD dan PLTG termasuk excess power. Pada tahun 2018, sistem 150 kV Barito telah terinterkoneksi dengan Sistem Mahakam di Kaltim. Sistem 150 kV Barito telah mendapatkan pasokan pembangkit baru PLTU Pulang Pisau 2×60 MW dan PLTMG Bangkanai tahap pertama 155 MW. Pada tahun 2019 terdapat tambahan pasokan dari pembangkit baru beroperasi, yaitu PLTU IPP Kalsel FTP-2 (PLTU Tanjung Power Indonesia) 2×100 MW.

Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan dalam lima tahun (2015- 2019) terakhir rata-rata sebesar 4,38% per tahun. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sumber daya energi yang melimpah dengan tersedianya cadangan batubara dan gas methane yang cukup besar. Selain itu, di beberapa kawasan sudah banyak dibuka perkebunan kelapa sawit. Pengusahaan sumber daya alam batubara dan mulai berkembangnya perkebunan kelapa sawit, telah membuat ekonomi Kalsel tumbuh positif dan mempunyai prospek yang bagus. Kondisi demikian akan berpengaruh kepada pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik di Kalimantan Selatan. PLN melakukan proyeksi kebutuhan listrik menggunakan dua skenario, yaitu optimis dan moderat.

Perbandingan Hasil Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Optimis dan Moderat (TWh)

Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik

Sumber : PLN

Proyeksi kebutuhan energi listrik di atas telah memperhitungkan rencana pengembangan kawasan industri dan beberapa potensi pelanggan industri besar di Kalimantan Selatan antara lain seperti KI Batu Licin, KI Jorong dan pelanggan besar lainnya. Untuk melayani kebutuhan KI dan pelanggan industri serta bisnis tersebut PLN menyiapkan infrastruktur sistem tenaga listrik (pembangkit, transmisi dan gardu induk).

Pengembangan Sarana Sistem Tenaga Listrik

Rencana pembangunan sarana sistem tenaga listrik yang meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi di Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer setempat dan sebaran penduduknya. Pengembangan pembangkit dengan menggunakan potensi energi terbarukan setempat juga sangat didukung. Namun, dengan dikembangkannya pembangkit energi terbarukan yang bersifat intermittent, maka akan memberikan pengaruh yang signifikan pada stabilitas sistem kelistrikan di Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, kesiapan pembangkit follower sangat dibutuhkan. Opsi lain adalah dengan menyediakan Battery Energy Storage System (BESS) sehingga dampak intermittency terhadap sistem dapat dieliminasi.

Selain sebagai buffer terhadap intermittency, opsi BESS dapat juga digunakan dalam skema load shifting66, sehingga penggunaan pembangkit peaker dapat dikurangi. Kajian lebih lanjut dan dalam dibutuhkan untuk menganalisa renacana penggunaan BESS di sistem kelistrikan Kalimantan Selatan.

Potensi Energi Primer

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki sumber energi primer sangat besar, meliputi batubara, gas methane batubara (coal bed methane/CBM) dan tenaga air. Potensi batubara Kalimantan Selatan sangat besar dengan berbagai tingkat kalori. Deposit batubara diperkirakan lebih dari 1,8 miliar ton, sementara produksinya rata-rata mencapai 12 juta ton per tahun. Selain itu juga terdapat potensi pemanfaatan gasifikasi batubara.

Potensi Batubara Kalimantan Selatan

Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi KESDM, 2006

 

Selain batubara, Provinsi Kalimantan Selatan juga mempunyai potensi bioenergi, bayu dan tenaga air. Beberapa diantaranya adalah DAS Barito, Riam Kanan, Riam Kiwa, dan Sampanahan. Umumnya DAS tersebut berhulu di Pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makassar. Keberadaan DAS tersebut kurang berpotensi untuk dijadikan PLTA run-off- river karena topografinya yang landai.

Pengembangan Pembangkit

Untuk memenuhi kebutuhan listrik periode 2021-2030, direncanakan penambahan proyek pembangkit listrik yang meliputi PLTU batubara, PLTG/MG/GU serta beberapa pembangkit energi baru dan terbarukan seperti PLTBg dan PLTB untuk memanfaatkan potensi energi bayu di daerah Kabupaten Tanah Laut.

Khusus untuk tenaga listrik di daerah-daerah dengan beban kecil yang memiliki jalur transportasi BBM, yang tidak memungkinkan untuk disambungkan ke grid dan pengembangan pembangkit gas tidak ekonomis serta pengembangan EBT belum akan dibangun dalam waktu dekat, maka akan dibangun PLTD sesuai kebutuhan pengembangan tenaga listrik di daerah-daerah tersebut.

Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2030 di Kalimantan Selatan dapat dipenuhi dengan pengembangan pembangkit di Provinsi Kalimantan Selatan.

Dalam pengembangan EBT, direncanakan kuota kapasitas pembangkit yang dapat masuk ke sistem. Kuota ini nantinya dapat dipenuhi dengan pengembangan pembangkit PLN maupun rencana pembangkit IPP yang belum memasuki tahap PPA. Rencana pembangkit ini dinyatakan sebagai kuota kapasitas yang tersebar dalam suatu sistem. Kuota kapasitas tersebar tersebut dapat diisi oleh potensi baik yang sudah tercantum dalam daftar potensi maupun yang belum apabila telah menyelesaikan studi kelayakan dan studi penyambungan yang diverifikasi PLN serta mempunyai kemampuan pendanaan untuk pembangunan, dan harga listrik sesuai ketentuan yang berlaku.

Beberapa pembangkit PLTGU yang belum dalam tahap konstruksi akan menggunakan mesin PLTGU relokasi dari Sistem Jawa. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan utilisasi pembangkit PLTGU eksisting di Jawa.

Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk
Pengembangan Transmisi


Secara umum, pengembangan transmisi di Kalimantan Selatan dimaksudkan untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat beban termasuk untuk menjangkau daerah isolated yang masih menggunakan PLTD. Selain itu, memperkuat backbone sistem interkoneksi antara Sistem Barito dengan Sistem Mahakam dengan membangun transmisi dari GI Sei Durian ke GI Grogot. Pembangunan transmisi kabel laut di Batulicin untuk jalur interkoneksi ke Pulau Laut sehingga dalam jangka panjang Pulau Laut akan dipasok dari Sistem 150 kV Barito di daratan yang lebih efisien serta untuk mengatasi bottleneck dilakukan dengan kegiatan uprating.

Pengembangan Gardu Induk (GI)

Di Provinsi Kalimantan Selatan akan dikembangkan GI 150 kV baru dan pengembangan trafo GI eksisting. Pengembangan transmisi dan Gardu Induk ini ditujukan untuk memastikan ketersediaan tenaga listrik di setiap wilayah di Kalimantan Selatan dengan melakukan transfer energi dari pusat pembangkit. Untuk lokasi yang lahannya sangat terbatas seperti di GI Ulin, dapat dipertimbangkan dibangun dengan konstruksi gas insulated switch gear (GIS).

Pengembangan Distribusi

Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas, direncanakan juga pembangunan jaringan distribusi 20 kV. Proyeksi kebutuhan jaringan distribusi meliputi pembangunan JTM, JTR dan penambahan trafo distribusi.