(Beritadaerah-Kolom) Rencana pengembangan sistem untuk memenuhi kebutuhan beban di Sulawesi periode tahun 2021-2030 terdiri atas; Tambahan kapasitas pembangkit tahun 2021-2030 adalah 3.157 MW atau penambahan kapasitas rata-rata 316 MW per tahun.
Porsi terbesar penambahan pembangkit adalah PLTA/PLTM yang mencapai 1.600 MW (50,7%), disusul PLTG/GU/MG 390 GW (12,4%), PLTU Batubara 506 MW (16,0%), PLT EBT base 230 MW (7,3%), PLTP 75 MW (2,4%), kemudian pembangkit EBT lainnya 356 MW (11,3%) berupa PLTS 176 MW, PLTB 130 MW dan PLTBm 50 MW. Rencana pengembangan PLTS sudah termasuk PLTS Lisdes, PLTS Dedieselisasi dan PLTS Grid (terkoneksi ke sistem).
Sistem Sulawesi Bagian Utara (Sulbagut)
Sistem Sulawesi Bagian Utara (Sulbagut) merupakan pengembangan dari sistem interkoneksi 150 kV Minahasa – Gorontalo ke arah Sulawesi Tengah bagian utara yaitu arah Moutong, Tolitoli, hingga Bangkir dan diharapkan akan terbentuk mulai tahun 2023 setelah transmisi Marisa – Moutong – Tolitoli – Bangkir selesai dibangun.
Proyek pembangkit yang telah selesai pada tahun 2019 dan 2020 yaitu PLTU Gorontalo 2×25 MW, PLTS Likupang 15 MW dan PLTS Gorontalo 10 MW. Sedangkan rencana tambahan kapasitas di Sistem Sulbagut pada tahun 2021 yaitu sebesar 200 MW yang berasal dari PLTU Sulbagut 1 dan PLTU Sulut 3. Proyeksi kebutuhan beban dan rencana penambahan kapasitas pembangkit di Sistem Sulbagut periode tahun 2021-2030 terdapat pada neraca daya sesuai Tabel 5.64. Selama periode tersebut, direncanakan penambahan pembangkit baru dengan kapasitas total sekitar 831 MW.
Kondisi dengan cadangan daya paling rendah terjadi pada tahun 2021 karena beberapa pembangkit belum dapat beroperasi. Beberapa pembangkit EBT seperti PLTA, PLTM, dan PLTP akan dikembangkan di Sistem Sulbagut yang akan meningkatkan persentase kontribusi EBT dalam bauran energi. Hingga tahun 2030, akan dikembangkan tambahan EBT sebesar 385MW di Sistem Sulbagut.
Beberapa proyek pembangkit strategis pada Sistem Sulbagut antara lain;Proyek pembangkit berbahan bakar gas/LNG yaitu PLTMG Minahasa 150 MW. Proyek pembangkit reguler yaitu PLTU Sulut 3 (2×50 MW), PLTU Sulbagut 1 (2×50 MW) dan PLT EBT Base Sulbagut 3 (2×100 MW). Pengembangan proyek EBT seperti PLTA Sawangan (12 MW), PLTA Sulut Tersebar (30 MW), PLTP Sulbagut Tersebar (75 MW) dan PLTM Tersebar (28 MW).
Pada sistem kelistrikan Sulbagut akan terdapat penambahan PLT EBT Base 200 MW yang jenis kombinasi pembangkitnya akan ditentukan setelah dilakukan kajian terhadap potensi EBT yang layak dikembangkan di lokasi setempat.
Sistem Sulbagsel
Sistem Sulbagsel merupakan penggabungan Sistem Sulsel-Sulbar, Sistem Sulteng dan Sistem Sultra. Sistem ini telah terbentuk pada tahun 2019 setelah proyek transmisi 150 kV interkoneksi Sistem Sulsel dengan Sistem Sultra selesai dibangun termasuk IBT 275/150 kV Wotu. Rencana penempatan pembangkit di sistem Sulsel-Sulbar, Sultra, Sulteng diupayakan seimbang sesuai kriteria regional balance.
Dalam rangka mengoptimalkan potensi tenaga hidro yang sangat besar dan tersebar di Provinsi Sulsel, Sulbar, Sulteng dan Sultra, akan dibangun beberapa proyek PLTA oleh PLN dan IPP. Selain potensi tenaga hidro, di Sulsel juga terdapat potensi tenaga angin/bayu yang cukup besar yaitu di Sidrap, Jeneponto dan Majene. Potensi tersebut juga akan dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik (biasa disebut PLTB) yang tersambung ke grid Sulbagsel.
Daya mampu PLTA dan PLTB sangat dipengaruhi oleh musim sehingga di Sistem Sulbagsel direncanakan juga pembangunan pembangkit termal (PLTG/GU/MG) yang setiap saat dapat dioperasikan jika diperlukan untuk mengisi kekurangan daya pada saat musim kemarau dan saat tidak ada angin untuk PLTB. Selain itu, pembangkit termal yang direncanakan juga dirancang untuk dapat mengikuti fluktuasi daya pembangkit intermittent.
Untuk proyek pembangkit yang telah selesai pada tahun 2019 dan 2020 yaitu PLTU Kendari sebesar 2×50 MW, PLTB Jeneponto sebesar 60 MW, PLTA Poso Peaker 120 MW dan PLTU Kendari Ekspansi 1×10 MW. Sedangkan rencana tambahan kapasitas di Sistem Sulbagsel pada tahun 2021 yaitu sekitar 411 MW yang berasal dari PLTU Sulsel Barru 100 MW, PLTA Poso Peaker sebesar 200 MW, PLTA Malea sebesar 90 MW dan PLTM Tersebar sebesar 21 MW. Proyeksi kebutuhan beban dan rencana penambahan pembangkit di Sistem Sulbagsel periode tahun 2021-2030 sebagaimana terdapat pada neraca daya sesuai Tabel 5.65. Selama periode tersebut, direncanakan akan akan dibangun pembangkit baru dengan kapasitas total mencapai 2.674 MW.
Proyeksi kebutuhan listrik di Sistem Sulbagsel sudah memperhitungkan beban smelter yang akan masuk. Sehingga daya yang tersedia diperkirakan akan terserap habis. Pembangunan pembangkit di Sistem Sulbagsel sudah mempertimbangkan kemungkinan industri besar yang akan masuk ke sistem. Selain itu, untuk kecukupan pasokan di Sistem Sulbagsel juga direncanakan relokasi PLTG/GU dari Sistem Jawa-Bali dengan waktu penyelesaian yang wajar. Selain rencana pembangkit tersebut, juga sedang dilakukan studi untuk rencana relokasi PLTGU dari Sistem Kelistrikan Jawa-Bali khusus untuk pelanggan smelter Vale di Bungku sekitar 450 MW-750 MW. Studi ini dilakukan oleh anak perusahaan PLN sesuai penugasan dari PLN. Rencana ini sangat tergantung pada kepastian calon pelanggan untuk dilayani oleh PLN. Sampai RUPTL ini disusun, PLN dan Vale masih dalam tahap diskusi.
Beberapa proyek pembangkit strategis pada Sistem Sulbagsel antara lain; Proyek pembangkit FTP2 yaitu PLTA Malea 90 MW, PLTA Poko 130 MW, PLTA Bakaru 2 140 MW dan PLTA Buttu Batu 200 MW. Proyek pembangkit PLTU Sulsel Barru 2 (1×100 MW) rencana COD tahun 2021. Proyek PLTGU Sulbagsel (450 MW) rencana COD tahun 2023 untuk memenuhi pasokan beban smelter yang kedepannya berpotensi cukup besar di Sulawesi Tenggara. Opsi lokasi pembangkit ini akan diletakkan di dekat Andowia – Sulawesi Tenggara (dekat beban smelter) atau Punagaya – Sulawesi Selatan. Mengingat panjangnya transmisi dan kemungkinan bottleneck yang terjadi di jalur 150 kV antara Punagaya – Kendari yang sangat jauh, maka opsi lokasi Andowia menjadi pilihan yang lebih memungkinkan. Proyek pembangkit gas/LNG yaitu MPP Sulselbar 120 MW,Makassar 200 MW dengan indikasi lokasi di Tallasa serta PLTMG Luwuk 40 MW. Proyek PLTA yang dikembangkan sebagai proyek IPP maupun PLN.
Penambahan pembangkit listrik ini dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan Sulawesi yang terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi daerah.