Kemenko Marves Mengajak Pemangku Kepentingan Sektor Jasa Bersinergi

(Berita Daerah-Nasional)  Selama 2 tahun, dampak luas Pandemi Covid-19 di dunia berlangsung di seluruh sektor termasuk di Indonesia.  Upaya terus dilakukan Pemerintah salah satunya menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari bulan Juli 2021 lalu.

Untuk Pemulihan Ekonomi Nasional dari Pandemi Covid-19, para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan di sektor jasa diajak untuk bersinergi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves),  Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto dalam acara Indonesia Services Week 2021 agar reformasi struktural dilaksanakan dan iklim investasi yang kondusif dan kompetitif diciptakan

Pada kwartal I tahun 2021 sektor jasa sinyalnya mulai lambat, khususnya di  sektor transportasi, perdagangan, penyediaan akomodasi, dan makan minum seperti hotel dan restoran. Pertumbuhan tertinggi dialami sektor ini, sebesar 13,45%; 1,23 %; dan 7,26 % mengalami perlambatan.

Pada pertengahan 2021, akselerasi pertumbuhan sebesar 8,71% dialami sektor informasi dan komunikasi.   Hal ini terjadi karena berubahnya pola komunikasi dan mobilitas barang maupun masyarakat   

Meskipun pukulan yang dialami sektor-sektor pariwisata, perhotelan, angkutan cukup siginifikan, tapi pada sektor-sektor lainnya seperti telekomunikasi naik siginifikan.  Lebih lanjut disampaikan Seto, proses digitalisasi yang sesuai penelitian ditargetkan akan tumbuh pada 3 – 5 tahun mendatang tapi dengan adanya pandemi justru dipercepat.

Target visi Indonesia pada menjadi negara maju tahun 2045, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 6 % pascapandemi ini.  Saat ini komoditas merupakan tumpuan dari  model ekonomi Indonesia, yaitu pada sektor ekstraktif dan pertanian dengan produktivitas rendah.  Ada 3 industri yang mampu bertumbuh di masa pandemi ini.  Tahun 2020, sub sektor manufaktur yang tumbuh mencapai 9,4 %,  yaitu kimia, farmasi, dan obat tradisional   Sub sektor industri logam dasar 5,9 % dan industri makanan dan minuman sebesar 1,6 %.

Sektor manufaktur kimia farmasi dan obat tradisional Industri adalah  sub sektor yang dilihat tetap sustain 9,4 % year on year, demikian disampaikan oleh Bimo Wijayanto, Asisten Deputi Investasi Strategis, sebagai panelis dalam Indonesia Services Week 2021 dengan topik “Potensi dan Tantangan Health Tech dalam Pemulihan Ekonomi”.

Melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS, total belanja di sektor kesehatan dari tahun ke tahun turut ditingkatkan pemerintah.  Demikian pula  produk farmasi di Indonesia sebagian besar dapat memenuhi di dalam negeri dengan nilai impor sekitar USD 912 juta dan ekspor sekitar USD 556 juta.

Selanjutnya peningkatan fasilitas kesehatan yang merata ddi Indonesia akan terus didorong Pemerintah.  Kita menghadapi tantangan seperti fasilitas kesehatan yang menyebar tidak merata khususnya di wilayah 3T dan Indonesia Timur.