(Beritadaerah – Jakarta) Dalam acara webinar bertajuk “Mapping Daerah Rawan Banjir dan Brigade La Nina” yang dilakukan secara virtual, Jumat, (12/11), Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) memberikan arahan terkait pentingnya kesiapan pertanian Indonesia terkait dengan perubahan yang terjadi.
Saat ini kondisi di seluruh negara menghadapi pandemi COVID-19 serta adanya potensi ancaman perubahan iklim yang sedang terjadi. Terkait dengan hal tersebut Kementerian Pertanian (Kementan) secara konsisten berupaya menciptakan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern dengan terus berinovasi melakukan terobosan-terobasan strategi pembangunan sektor pertanian yang semakin antisipatif dan adaptif.
Dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini yakni banjir, sedimentasi, erosi, kekeringan, eksplosi dan hama penyakit yang telah di warning oleh FAO dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak tahun 2020 ini, memberikan dampak bagi sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan.
Untuk itu Mentan SYL menekankan pentingnya kesiapan sektor pertanian ditengah kuatnya perubahan iklim global. Banyak negara yang yang saat ini tengah mengalami kesulitan dalam hal produksi pangan. Namun di Indonesia sektor pertanian justru menunjukkan kinerja yang baik. Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Triwulan II 2020 PDB sektor pertanian tumbuh 16,24% q-to-q.
“ Seluruh dunia saat ini sedang menghadapi masalah, namun Indonesia termasuk 11 negara yang mampu bertahan menghadapi covid, saya tidak pernah mendengar ada masalah ketahanan pangan, bahkan kita mampu ekspor, nilai ekspor pada tahun 2020 naik 15,79 % dan tahun 2021 naik 47,96 % , sehingga hasil ekspor kita hampir 500 triliun, “ kata Mentan SYL yang dikutip laman Pertanian, Sabtu (12/11).
Menurut Mentan SYL, antisipasi dini terhadap iklim ektrim telah dilakukan oleh Kementan seperti menghadapi La Nina, yakni membuat srategi brigade La Nina dan membangun sistem online early warning system. Selain itu juga Kementan juga berkoordinasi dengan BMKG untuk memetakan wilayah yang mengalami dampak iklim ekstrim.
Dijelaskan oleh Mentan, bahwa langkah lain yang dilakukan Kementan dengan menciptakan varietas yang toleran terhadap perubahan cuaca ekstrim dan hama serta memberikan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi para petani.
Handi Fu/Journalist/BD
Editor: Handi Fu