Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menuju Triwulan III 2021

Perbaikan ekonomi di berbagai daerah diperkirakan terus berlanjut meski tidak setinggi prakiraan sebelumnya. Hingga triwulan II 2021, berlanjutnya perbaikan kinerja perekonomian di berbagai daerah terutama ditopang oleh ekspor. Perkembangan ini selanjutnya mendorong kinerja berbagai lapangan usaha berorientasi ekspor di sebagian besar daerah, seperti industri pengolahan berbasis sumber daya alam di Sumatera dan Kalimantan, pertambangan di Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), serta industri pengolahan di Jawa.

Kita harapkan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah pada triwulan III 2021 akan tetap meningkat. Meskipun permintaan domestik diperkirakan akan menurun sejalan dengan kebijakan pembatasan mobilitas di sejumlah daerah yang harus ditempuh Pemerintah untuk menekan penyebaran kasus COVID-19. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali meningkat pada triwulan IV 2021 didorong peningkatan mobilitas sejalan dengan akselerasi vaksinasi, berlanjutnya stimulus kebijakan, dan peningkatan kinerja ekspor. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi secara nasional pada tahun 2021 diprakirakan berada pada kisaran 3,5%-4,3% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di kisaran 4,1%-5,1%.

Kinerja ekspor nonmigas di seluruh wilayah terus menopang perekonomian didukung peningkatan harga komoditas dan perbaikan kinerja produksi. Permintaan Amerika Serikat (AS) dan negara lain terhadap berbagai komoditas manufaktur di Jawa dan sumber daya alam di luar Jawa masih cukup kuat, di tengah turunnya permintaan India pada pertengahan triwulan II 2021 seiring melonjaknya kasus COVID-19 di negara tersebut. Peningkatan harga komoditas yang cukup signifikan turut mendukung kinerja ekspor khususnya di luar Jawa yang banyak mengandalkan komoditas SDA. Meredanya kendala produksi yang sempat mengemuka pada triwulan sebelumnya akibat faktor cuaca turut mendorong kinerja ekspor crude palm oil (CPO) dan batu bara, khususnya di Sumatera dan Kalimantan. Sementara itu, perbaikan kinerja ekspor di Sulampua juga turut didukung peningkatan kapasitas produksi pertambangan tembaga dan industri besi baja.

Batu bara dan CPO setelah pada triwulan sebelumnya sempat mengalami kendala produksi akibat cuaca. Kinerja ekspor wilayah Jawa juga mengalami peningkatan yang didorong oleh berbagai produk manufaktur, seperti tekstil dan produk tekstil untuk tujuan AS, tembaga olahan ke Malaysia, serta otomotif (mobil penumpang dan motor) ke ASEAN. Ekspor Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra) juga tumbuh membaik pada triwulan II 2021 ditopang peningkatan ekspor konsentrat tembaga pasca perbaharuan kuota ekspor, meski relatif terbatas karena kinerja produksi yang cenderung menurun, serta berlanjutnya ekspor berbagai komoditas perikanan ke AS. Sementara itu, ekspor Sulampua terus meningkat terutama didukung ekspor besi baja ke Tiongkok, serta konsentrat tembaga ke Eropa dan ASEAN. Peningkatan kinerja ekspor di wilayah ini juga didukung kapasitas produksi yang meningkat di beberapa daerah basis produksi industri besi baja. Di samping itu, ekspor CPO dari beberapa sentra produksi di Sulampua juga meningkat terutama ke Tiongkok dan Pakistan.

Ke depan, peningkatan kinerja ekspor dari berbagai daerah akan terus berlanjut sejalan dengan prospek perekonomian global yang diprakirakan tumbuh lebih tinggi. Kenaikan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan tingginya pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan terus mendorong permintaan ekspor manufaktur dari Jawa, khususnya untuk produk-produk manufaktur padat karya seperti alas kaki, serta tekstil dan produk tekstil lainnya. Aktivitas industri di Tiongkok yang terus meningkat juga disertai kebutuhan energi listrik yang tinggi sehingga akan berdampak pada kinerja ekspor batu bara Sumatera dan Kalimantan yang diperkirakan terus meningkat. Hal ini juga didukung kuota produksi batu bara nasional yang ditetapkan lebih tinggi dari tahun 2020 dan adanya kuota tambahan khusus untuk ekspor. Demikian halnya dengan ekspor CPO dari kedua wilayah tersebut yang diperkirakan tetap kuat sepanjang tahun 2021, didukung harga yang masih tinggi, peningkatan produksi di berbagai daerah sentra penghasil sawit, dan insentif dari kebijakan penyesuaian tarif ekspor

Sementara itu, permintaan Tiongkok terhadap konsentrat tembaga dan besi baja dari Sulampua diprakirakan tetap kuat, didukung penambahan kapasitas produksi di wilayah tersebut. Permintaan besi baja Tiongkok diperkirakan terus berlanjut dipengaruhi oleh akselerasi kinerja manufaktur. Permintaan eksternal untuk konsentrat tembaga yang tetap kuat juga masih akan menopang ekspor Balinusra meski lebih terbatas karena menurunnya recovery rate tambang tembaga di NTB.

Di tengah berlanjutnya pandemi, arus digitalisasi yang meningkat pesat mendorong naiknya permintaan terhadap produk-produk berteknologi menengah tinggi, terutama yang terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi. Kondisi tersebut memacu industri berteknologi menengah tinggi pulih lebih cepat dibandingkan industri teknologi menengah dan rendah. Dengan demikian, strategi pengembangan Industri Pengolahan perlu dilakukan secara end-to-end dengan mengedepankan pada pengembangan produk manufaktur ekspor bernilai tambah tinggi, mendorong local value chains yang juga mendukung substitusi impor, sekaligus dapat mendukung transisi menuju ekonomi hijau.

Di sisi inflasi, realisasi inflasi di seluruh wilayah pada triwulan II 2021 tetap rendah. Rendahnya tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh melambatnya tekanan inflasi di Jawa dan Sulampua, seiring menurunnya tekanan inflasi volatile food, sementara inflasi volatile food di Sumatera, Kalimantan, dan Balinusra mengalami sedikit peningkatan. Hingga akhir 2021 inflasi diprakirakan tetap terkendali dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,0%±1%. Prakiraan ini sejalan dengan perbaikan permintaan domestik, meski tidak setinggi perkiraan sebelumnya dengan pengetatan pembatasan mobilitas masyarakat untuk menekan penyebaran COVID-19 terutama pada awal triwulan III 2021. Sementara itu, pasokan pangan diperkirakan tetap terjaga disertai minimalnya kendala produksi dan distribusi. Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah melalui Tim Pengendali Inflasi, termasuk menjaga pasokan selama implementasi kebijakan pembatasan mobilitas.