(Beritadaerah – Balikpapan) Setelah Gorotanlo dan Ambon, kini giliran usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari Balikpapan, Kalimantan Timur melakukan ekspor perdana marine product berupa 7 ton kepiting bakau senilai US$ 78.349, yang berhasil menembus pasar China. Ekspor ini sesuai dengan arahan dari Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono untuk menargetkan peningkatan kualitas produk hasil perikanan dengan menggenjot volume dan nilai ekspor pada 2021. Bahkan, Menteri Trenggono memastikan telah menyiapkan sejumlah strategi seperti pembaruan alat uji, pengembangan sumber daya manusia, hingga penguatan pengawasan.
Kegiatan yang dilakukan UMKM Balikpapan ini terasa istimewa karena dilakukan oleh unit usaha pembudidaya ikan (UUPI) yang baru melakukan ekspor yakni UMKM, CV Tiga A. Sebelumnya, CV Tiga A berhasil mengantongi sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) dari Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (Balai KIPM) Balikpapan.
“Setelah dilakukan melakukan pendampingan ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan UUPI, sehinga UPI dan UUPI tersebut mendapatkan sertifikat HACCP dan CKIB dalam rangka memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor,” kata Kepala Balai KIPM Balikpapan Eko Sulystianto yang dikutip laman KKP, Kamis (18/3).
Dipaparkan oleh Eko, pendampingan tersebut merupakan proses panjang yang dimulai dari persyaratan administrasi, teknis maupun manajemen sampai dengan tersertifikasi HACCP dan CKIB dan pengajuan nomor registrasi ke China. Ekspor produk kelautan ke Negeri Tirai Bambu juga didukung oleh pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur Kalimantan Timur dan Walikota Balikpapan.
Ditambahkan oleh Eko, telah dibuka layanan ekspor langsung atau direct call dari Balikpapan, kondisi ini sangat membantu pengusaha lokal yang semula hanya melakukan kegiatan pengiriman ikan dan produk perikanan untuk pasar lokal.
Kota Balikpapan memiliki keunggulan produk hasil perikanan ini seperti ketersediaan bahan baku yang melimpah. Peluang inilah yang ditangkap oleh Balai KIPM Balikpapan dan bersinergi dengan Bea Cukai Balikpapan dan PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, untuk melakukan direct call ke China. Ke depan, frekuensi kegiatan ekspor ini akan mengalami peningkatan menjadi 4-5 kali dalam seminggu, dengan volume setiap ekspor mencapai 6-7 ton per hari.
Eko menjelaskan sejumlah manfaat dengan adanya kegiatan direct call dari Balikpapan ke China di antaranya dari sisi biaya dan kemudahan administrasi. Dengan ekspor ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sekaligus meningkatkan pendapatan asli daerah.
Handi Fu/Journalist/BD
Editor: Handi Fu