(Beritadaerah – Batam) Indonesia memiliki potensi perikanan yang luar biasa, khususnya komoditas perikanan budidaya laut. Salah satu komoditas laut andalan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang akan terus ditingkatkan ialah rumput laut. Guna mewujudkannya, produksi rumput laut akan digenjot dengan menerapkan pengembangan dan pendistribusian bibit rumput laut, penerapan teknologi dan lainnya.
Salah satu daerah yang mengembangkan komoditas rumput laut di Provinsi Kepulauan Riau yakni Batam. Komoditas ini sempat dipandang sebelah mata di Batam, dan kini menjadi salah satu primadona. Bahkan, selama 2020, permintaan rumput laut dari Batam tergolong tinggi untuk pasar ekspor. Hal ini disampaikan oleh Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Batam, Anak Agung Gde Eka Susila.
“Rumput laut kini menjadi komoditas yang menghasilkan di Batam sebagai daerah pulau,” kata Agung yang dikutip laman KKP, Selasa (16/2).
Agung memaparkan, merujuk data lalu lintas ekspor 2020, ada 920,9 ton rumput laut jenis dried sargassum seawed telah diekspor ke Tiongkok. Nilai ekspor komoditas tersebut mencapai USD 179,827.75 yang terbagi dalam 17 kali pengiriman.
Kemudian frekuensi ekspor jenis spinosum mencapai 5 kali untuk pasar Vietnam. Jumlah yang diekspor sebanyak 129 ton dengan nilai sebesar USD 92,791.12 dan jenis Sargassum cutting yang sudah 5 kali kirim ke Jepang. Totalnya mencapai 100,02 ton dengan nilai USD 21,583.65.
Ditambahkan oleh Agung, dalam kurun waktu setahun juga tidak ada penolakan dari pengiriman rumput laut ke negara tujuan ekspor. Total, selama 2020, SKIPM Batam melakukan 27 kali pengiriman dengan volume sebanyak 1.149,92 ton. Sehingga total nilai ekspor rumput laut dari Batam selama 2020 mencapai USD 294,202.52.
Pada tahun 2021, Agung berharap ekspor rumput laut dari Batam semakin meningkat. Terlebih komoditas ini sudah banyak membantu masyarakat nelayan yang selama ini hanya menggantungkan hidupnya mencari ikan. Bahkan, saat ini, terdapat sekitar 150 Kepala Keluarga nelayan yang bisa menghasilkan rata-rata Rp 180.000-200.000/hari atau sekitar Rp 6 jutaan perbulan dari hasil mengumpulkan rumput laut.
Dalam upaya untuk meningkatkan produksi rumput laut, para nelayan akan dibekali dengan pelatihan, sehingga usaha budidaya ini dapat menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat.