(Beritadaerah – Yogyakarta) Budaya dan kearifan lokal masyarakat Indonesia telah menjadi daya tarik wisatawan mancanegara (wisman) untuk datang ke tanah air. Untuk mempromosikan potensi wisata budaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah ke pasar Eropa, terutama Jerman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar webinar “Re-start in Indonesia Travel to Our World Heritage Sites”, Rabu (12/8).
Yogyakarta dan Jawa Tengah memiliki potensi wisata yang tidak hanya terpaku pada kekayaan alam saja. Tapi juga punya daya tarik dari sisi kebudayaan, demikian yang disampaikan oleh Direktur Pemasaran PT. Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Hetty Herawati.
Webinar ini juga dihadiri oleh Plt Direktur Pemasaran Regional III (Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Afrika) Kemenparekraf/Baparekraf Raden Sigit Witjaksono, Direktur Eropa II Kementerian Luar Negeri Hendra Halim, dan Guru Besar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Wiendu Nuryanti.
“Ada banyak keraton dan juga candi yang terdapat di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Selain itu, kita juga punya hasil kerajinan tangan dan kesenian tradisional yang unik dan menarik bagi wisatawan,” kata Hetty dalam siaran persnya yang diterima Beritadaerah.co.id, Jumat (14/8).
Hetty mencontohkan potensi wisata yang ada di Candi Prambanan yang dikelola oleh PT. TWC. Sebagai komplek candi Hindu terbesar di Indonesia, wisatawan tidak hanya akan memperoleh pengetahuan sejarah yang ada di Candi Prambanan, namun wisatawan juga bisa menikmati pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan di malam hari.
Dalam kesempatan itu, Hetty juga meyakinkan masyarakat Jerman agar tidak perlu khawatir untuk berkunjung ke Yogyakarta dan Jawa Tengah di era adaptasi kebiasaan baru. Ia mengungkapkan, destinasi wisata seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan telah menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability).
Hal ini disambut baik oleh Plt Direktur Pemasaran Regional III (Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Afrika) Kemenparekraf/Baparekraf, Raden Sigit Witjaksono yang mengatakan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE merupakan bentuk komitmen pelaku wisata dan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi pandemi COVID-19 dan membangkitkan kembali sektor pariwisata di Tanah Air.
Pada kesempatan yang sama, mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sekaligus Guru Besar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, Wiendu Nuryanti, menyebutkan hampir 40 persen wisatawan mancanegara asal Eropa datang berkunjung ke Indonesia karena tertarik dengan tradisi dan budaya yang beraneka ragam.
Tak hanya itu, Wiendu juga menyebut banyak wisatawan Jerman yang berkunjung ke Indonesia lebih dari satu kali kunjungan. Mereka umumnya berkunjung ke berbagai tempat di Indonesia, tidak hanya di Bali saja. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia adalah kebanggan tersendiri bagi kita dan menjadi kekuatan kita menyambut kedatangan turis ke Indonesia.