(Beritadaerah – Nasional) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis data realisasi investasi periode April–Juni (Triwulan II) Tahun 2020 dan Januari-Juni (Semester I) Tahun 2020. Realisasi investasi pada Triwulan II Tahun 2020 tercatat sebesar Rp 191,9 triliun sehingga total kumulatif sepanjang Semester I Tahun 2020 mencapai Rp 402,6 triliun. Capaian investasi pada periode Triwulan II Tahun 2020 ini berhasil menyerap 263.109 Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers secara virtual di Kantor BKPM, Jakarta pada hari Rabu (22/7), menjelaskan bahwa realisasi investasi periode Triwulan II Tahun 2020 ini terjadi perlambatan sebesar 4,3% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019 lalu (Rp 200,5 triliun).
Apabila dilihat dari persebarannya, persentase realisasi investasi di Jawa mencapai 52,4% dengan nilai investasi sebesar Rp 100,6 triliun, sedangkan di luar Jawa sebesar 47,6% dengan nilai investasi sebesar Rp 91,3 triliun. Pada periode triwulan II 2020, tercatat Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berkontribusi sebesar Rp 94,3 triliun (49,1%), sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 97,6 triliun (50,9%) dari total capaian realisasi investasi.
Kontribusi PMDN tersebut mampu menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 145.311 TKI (55,2%), sedangkan PMA sebanyak 117.798 TKI (44,8%). Investasi di sektor Listrik, Gas dan Air senilai Rp 30,5 triliun (15,8%) mendominasi capaian realisasi pada periode ini. Sedangkan dari segi lokasi, DKI Jakarta merupakan provinsi dengan total realisasi investasi terbesar pada periode Triwulan II Tahun 2020 ini dengan nilai investasi Rp 30,1 triliun atau 15,7% dari total capaian.
Berdasarkan negara asal investasi, maka Singapura menduduki peringkat pertama dalam periode Triwulan II Tahun 2020 dengan total investasi sebesar US$ 2,0 miliar (28,8%). Diikuti oleh Hongkong berada di posisi kedua dengan US$ 1,2 miliar (17,2%) dan Tiongkok US$ 1,1 miliar (16,8%) diposisi ketiga dan dilanjutkan Jepang US$ 0,6 miliar (9,0%), serta Korea Selatan US$ 0,6 miliar (8,1%).