Ilustrasi Jagung (Foto: Wikipedia)

Gorontalo Ekspor 12.400 Ton Jagung ke Filipina

(Beritadaerah – Nasional) Provinsi Gorontalo melepas ekspor jagung sebanyak 12.400 ton dengan negara tujuan Philipina. Pengiriman jagung ke luar negeri ini dilepas oleh Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, di pelabuhan Anggrek, Gorontalo Utara, Rabu (17/6/2020).

“Saya mengapresiasi kinerja petani di Provinsi Gorontalo yang tetap produktif di tengah pandemi Covid-19, sehingga produksi pangan tetap terjaga. Bahkan mengalami peningkatan. Terbukti hari ini kita ekspor lagi perdana sebesar 12.400 ton,” ungkap Rusli Habibie.

“Kenapa kami ekspor karena harga jagung di luar negeri agak lumayan di banding dalam negeri. Tahun 2019 ekspornya berkurang karena harga jagung di tingkat lokal di Indonesia sangat bagus,” jelas Rusli.

Perlu diketahui, harga jagung untuk tingkat petani di Provinsi Gorontalo senilai Rp3.450 per kilogram (kg) dengan kadar air 17 persen. Harga ini sesuai dengan usulan Gubernur Rusli ke Menteri Pertanian RI.

“Sebagai Komoditi unggulan, Jagung Gorontalo terus mengisi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor. Tahun 2018 kita ekspor 113.000 ton atau sekitar 30 persen dari jumlah ekspor nasional. Tahun ini kita juga mengusi kontribusi ekspor nasional,” katanya.

Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 lalu, produksi jagung di Gorontalo mencapai 1.820.830 ton. Sedangkan 2020 ini, renggang waktu Januari sampai Mei masih terus mengisi pasar nasional. Jagung Gorontalo juga menjadi incaran pembeli karena memiliki harga yang jauh lebih baik, yakni selisih Rp400 dari jagung jual pada umumnya.

Keberhasilan ini tak lepas dari campur tangan pemerintah pusat melalui kementan yang telah membantu petani dalam penyediaan benih untuk 110.000 hektar lahan tanam.

Di tempat terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi berharap Gorontalo mengembangkan industri jagung dari hulu hingga hilir. Pada aspek hulu dibangun industri perbenihan jagung bermitra dengan petani penangkar jagung, pada aspek onfarm proses budidaya secara intensif sehingga provitasnya naik, dan indek pertanaman naik dengan pola tumpangsari, tumpangsisip atau sistem methuk. Pada aspek hilir menurutnya perlu dikembangkan produk olahan jagung, industri pakan ternak serta mengembangkan peternak ayam rakyat.

“Dibuat wadah korporasi dengan cara menaikan kelas dari kelompoktani dan gapoktan, sehingga petani memperoleh jaminan pasar dan kepastian harga, nilai tambah dari integrasi hulu-hilir ini dinikmati petani dan peternak serta akan berdampak pada perekonomian wilayah,” papar Suwandi.

Terkait industri berbasis jagung, Suwandi menilai sudah saatnya dibangun di Gorontalo supaya konsep korporasi dari hulu sampai hilir bisa terlaksana. Suwandi berharap ekspor di masa panen raya menjadi solusi mengatasi harga.

Emy T/Journalist/BD
Editor: Emy Trimahanani