Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc. (Dok. Beritadaerah)

Sri Adiningsih: Gotong Royong, Kekuatan Bangsa Indonesia Hadapi Pandemi Covid-19

Interview Beritadaerah dengan Sri Adiningsih – Bagian 1

(Beritadaerah – Kolom) Beritadaerah berkesempatan melakukan wawancara dengan salah satu tokoh ekonom senior di Indonesia yang juga akademisi yaitu Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc. Pembicaraan berlangsung hangat dan menarik, dengan topik seputar solidaritas atau sikap gotong royong masyarakat Indonesia di masa pandemi Covid-19. Juga menanggapi arahan Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas hari Rabu, 3 Juni 2020, yang menyatakan perlunya menjalankan konsep ‘sharing the pain’ di kalangan pelaku ekonomi.

Bersama seorang nara sumber lagi yaitu Alfred Pakasi, CEO Vibiz Consulting Group yang merupakan pengamat ekonomi, topik menjadi semakin diperkaya pembahasannya.

Wawancara Beritadaerah dengan Sri Adiningsih dan Alfred Pakasi (Dok. Beritadaerah)

Berikut adalah bagian pertama dari keseluruhan pembahasan, yang akan disampaikan secara berurutan.

 

Profil Singkat Sri Adiningsih

Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc. (lahir di Solo, 11 Desember 1960; umur 59 tahun) adalah ekonom dan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Setelah lulus dari UGM, Sri menjadi dosen di FE UGM. Dari sana melanjutkan pendidikan S-2 dan S-3 di Amerika Serikat di University of Illinois. Setelah mendapat gelar doktor di bidang ekonomi, Sri menjadi dosen Pascasarjana dan Guru Besar di Fakultas Ekonomi UGM.

Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, Sri Adiningsih menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015 hingga 20 Oktober 2019.

 

Pengaruh Pandemi Covid-19 Secara Umum Terhadap Stabilitas Ekonomi

Sri Adiningsih menyampaikan bahwa kondisi pandemi Covid-19 ini telah membuat kehidupan masyarakat dan ekonomi Indonesia terpuruk lumayan dalam.

“Kalau kita cermati, bahwa instabilitas ekonomi meningkat, pertumbuhan ekonomi turun dan bahkan yang dikawatirkan kalau sampai negatif “, demikian disampaikan Sri Adiningsih.

Kita lihat hampir semua UMKM sesuai data yang bisa kita dapatkan, juga terpukul, terjadi pengangguran karena PHK atau dirumahkan. Banyak sektor informal yang tidak bisa berlangsung lagi. Data dari KADIN menyampaikan bisa sampai puluhan juta orang.

Sementara dari sisi keuangan negara, terjadi penerimaan pajak turun, sedangkan pengeluaran meningkat. Sampai perlu dikeluarkan Perpres terkait dengan penyesuaian APBN lagi karena defisit bisa di atas 6%.

“Tentunya kalau kita berbicara mengenai dampak dari Covid-19 dan juga kehidupan masyarakat ataupun pada perekonomian ini, tidak bisa dan tidak mungkin hanya dilakukan pemerintah pusat ataupun daerah, itu terbatas. Oleh karena itulah kemudian yang penting itu adalah gotong royong. Baik pemuda, masyarakat, semua unsur masyarakatlah, “ demikian Sri Adiningsih menyampaikan pendapatnya.

 

Budaya Gotong Royong, Kekuatan Bangsa Indonesia Hadapi Pandemi Covid-19

Ada yang menarik di masyarakat Indonesia, pada tahun 2018, CAF World Giving Index, menuliskan laporan bahwa Indonesia terbaik untuk partisipasi sipil dan sosial, dengan tingkat relawan tertinggi dibandingkan negara di dunia mana pun. Dan sampai saat ini kita masih 10 besar.

“Ya memang budaya gotong royong, saling membantu, ituk an sebenarnya memang budaya asli Indonesia. Mungkin di pedesaan, di daerah-daerah itu masih kita lihat sampai sekarang. Dan ternyata dibandingkan dengan negara lain kita no 10. Ini lumayan bagus, khususnya di dalam saling membantu atau berbagi dengan masyarakat, atau kelompok lainnya”, demikian jelasnya.

Dicontohkan kalau kita ke pedesaan, ataupun juga di kampung-kampung, kalau ada orang yang punya kerja atau hajatan, tetangga masih berdatangan untuk membantu (rewang) dan juga memberi bantuan dalam bentuk beras, gula, teh dan sebagainya.

Jadi itu memang budaya kita dan nampaknya pada waktu pandemi Covid-19 ini, kondisi yang ada telah menggugah masyarakat dan membuat budaya yang memang sudah ada di kita ini muncul.

“Saya lihat itu bukan hanya di Jawa, di luar Jawa, di pedesaan, di perkotaan, berbagai kelompok masyarakat bahkan BUMN dan swasta luar biasa kerjasamanya”, ungkap Sri adiningsih dengan semangat.

Di Indonesia ini, demikian Sri Adiningsih melanjutkan, kalau dicermati sampai di Papua, banyak Gerakan masyarakat yang kreatif untuk saling membantu.Bentuknya tidak harus uang, tetapi membantu agar supaya pedagang di pasar Mama- mama di Jayapura, sekarang bisa berjualan online. Demikian juga Mata Garuda di Makassar, yang merupakan perkumpulan para alumni penerima beasiswa LPDP, mereka membantu pedagang pasar rakyat berjualan online. Sejumlah dosen dan mahasiswa UGM juga melakukan sebuah gerakan kemanusiaan untuk membantu membangkitkan lagi perekonomian sektor-sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19, dengan gerakan Sambatan Jogja, atau Sonjo. Mereka  menyalurkan bantuan kepada masyarakat diantaranya berbagi alat-alat kesehatan yang diperlukan, informasi yang membantu masyarakat, juga untuk berjualan online.

Contoh lain yang menyentuh hati adalah di sebuah desa di Wonosari – Yogyakarta, ketika sesorang terkena positif Covid-19 si pasien dan keluarganya dibantu warga sekitar, dengan memberikan makan ataupun membantu membelanjakan makanan mereka.

Jadi kita lihat bahwa gerakan gotong royong ini memang sudah budaya kita dan kelihatan sekali muncul pada waktu Covid-19. Ini akan sangat membantu masyarakat kita mengatasi dampak pandemi ini sehingga recoverynya lebih mudah.

 

Emy T/Journalist/BD
Editor: Emy Trimahanani