Produksi
Ilustrasi: Cabai Merah di Pasar Kebayoran Lama (Photo: Tan Yoh/BD)

Optimisme Pemulihan Ekonomi Indonesia yang Tepat dan Cepat

(Beritadaerah – Kolom) Morgan Stanley melalui penelitian tentang Asia Economy dengan judul Tracking Covid-19 and Real Time Indicators menyatakan bahwa Indonesia akan mengalami pemulihan ekonomi pada semester II tahun 2020. Indonesia termasuk salah satu negara yang tercepat di dunia, dalam hal pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19.

Dampak penyebaran COVID-19 yang mudah, cepat, dan luas menciptakan krisis kesehatan dengan belum ditemukannya vaksin, obat, serta keterbatasan alat dan tenaga medis, masih dihadapai oleh Indonesia. Langkah untuk flattening the curve dari cepat dan luasnya penularan memiliki konsekuensi pada: berhentinya aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja di berbagai sektor, tak terkecuali sektor-sektor informal. Kinerja ekonomi menurun tajam: konsumsi terganggu, investasi terhambat, ekspor impor terkontraksi. Pertumbuhan ekonomi melambat bahkan menurun tajam. Volatilitas dan gejolak sektor keuangan dirasakan seketika sejak wabah muncul seiring dengan turunnya investor confidence dan terjadinya flight to quality. Disamping itu, sektor keuangan juga terdampak melalui kanal menurunnya kinerja sektor riil, di mana NPL, profitabilitas dan solvabilitas perusahaan mengalami tekanan.

Indonesia mengalami tekanan eksternal seperti  aktivitas ekonomi yang berkontraksi, manufaktur dan jasa mengalami penurunan. WTO memprediksi perdagangan global 2020 akan turun 13 persen hingga 32 persen. Pengangguran naik tajam, pengangguran di AS bertambah 26 juta orang dalam 5 minggu. Harga komoditas turun tajam, harga minyak global turun 65 persen (year to date 30 April), serta  volatilitas sektor keuangan arus modal keluar.

Untuk melakukan pemulihan ekonomi Indonesia karena tekanan internal dan eksternal, pemerintah telah menyiapkan dana sejumlah Rp 677,2 triliun. Dari jumlah tersebut, diberikan untuk dukungan untuk konsumsi dalam bentuk PKH, Sembako, Bansos Jabodetabek, Bansos Non-Jabodetabek, Kartu Pra Kerja, Diskon Listrik, Logistik/Pangan/Sembako. Subsidi Bunga dan insentif perpajakan diberikan. Subsidi BBN dalam rangka B-30 sebesar, percepatan pembayaran kompensasi pertamina dan PLN. Tambahan belanja K/L dan sektoral, dukungan untuk Pemda, penjaminan untuk kredit modal kerja baru bagi UMKM dan PMN. Talangan (Investasi) untuk modal kerja dan penempatan dana pemerintah di perbankan dalam rangka restrukturisasi kredit UMKM.

Pemulihan ekonomi negara menurut McKinsey akan sangat bervariasi dari satu negara ke negara, tergantung pada bagaimana mereka menyeimbangkan masalah kesehatan masyarakat dengan masalah ekonomi. Negara-negara yang merencanakan lockdown berkepanjangan akan berbeda dengan negara yang tidak menerapkannya sama sekali.  McKinsey menuangkan analisanya dalam grafik berikut ini.

Sumber: McKinsey

Dari analisa McKinsey Indonesia tidak melakukan lockdown secara penuh, sehingga Indonesia masih memiliki daya tahan dan kemampuan untuk mengalami pemulihan ekonomi lebih cepat.

Kristanto Nugroho, Managing Director of Vibiz Group, menyampaikan bahwa akibat pandemi Covid-19 ini maka negara dengan permintaan domestik yang kuat akan semakin cepat recovery. Karena permasalahan utama adalah memulihkan supply chain yang terputus akibat lockdown, sehingga supply chain recovery domestik lebih mudah dibenahi daripada global.

Sementara itu kondisi ini juga bisa dicapai bila ada ‘sharing the pain’ antara pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha. Hal ini mengutip apa yang disampaikan oleh presiden Joko Widodo pada rapat terbatas hari ini Rabu, 3 Juni 2020. Morgan Stanley mengungkapkan mengapa Indonesia mempunyai kemampuan dalam pemulihan ekonomi lebih dari negara lain adalah karena kekuatan ekonomi dalam negerinya. Optimisme kalangan pengusaha juga meyakini pemulihan ekonomi nasional segera terjadi. Yulianto – CEO & Co-Founder at egeroo.ai menyatakan “Indonesia very potential untuk segera recover, sangat tahan banting ekonomi mikronya, diterpa banyak crisis tetap survive.”

“Sharing the burden and risk” perlu dilakukan semua pihak untuk bertahan menghadapi tekanan ekonomi, demikian disampaikan Menkeu Sri Mulyani juga dalam rapat terbatas hari ini Rabu, 3 Juni 2020. Kondisi ini bisa dilakukan di Indonesia mengingat masyarakat Indonesia yang memiliki nilai yang kuat untuk saling tolong menolong dan bergotong royong.