(Beritadaerah – Jakarta) Indonesia telah menjadi salah satu negara produsen rumput laut dunia. Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) nilai ekspor komoditas hasil kelautan dan perikanan khususnya rumput laut pada periode Januari-September (triwulan I-III) tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 10,73 % jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2018. Pada triwulan I-III Tahun 2019 nilai ekspor rumput laut yaitu sebesar US$ 213,5 juta, sedangkan pada triwulan I-III Tahun 2019 nilainya sebesar US$ 236,4 juta.
Dalam kunjungan kerja untuk meninjau budidaya rumput laut spinosum di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo meminta warga Kepulauan Seribu untuk memaksimalkan potensi budidaya rumput laut jenis spinosum. Terlebih ekspor komoditas tersebut dari Kepulauan Seribu, baru mencapai 300 ton per bulan dan permintaan pasar Vietnam mencapai 3.000 ton per bulan.
Turut hadir bersama dengan Menteri Edhy dalam kegiatan tersebut yakni Bupati Kepulauan Seribu Husein Murad, Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasi Perikanan (BKIPM) Rina serta perwakilan dari Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta.
“Ini merupakan peluang pasar yang harus dimanfaatkan oleh kita semua, baik pembudidaya maupun pelaku pasar maupun eksportir,” kata Menteri Edhy yang dikutip laman KKP, Selasa (19/5).
Disampaikan oleh Menteri Edhy, ditengah pandemi COVID-19, pemanfaatan rumput laut juga bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar. Apalagi harga rumput laut yang sempat drop, kini kembali stabil. Ini dapat menjadi peluang budidaya dari sektor rumput laut untuk dioptimalkan.
Menteri Edhy juga menjelaskan bahwa rumput laut jenis Spinosum sp, juga lebih adaptif dan tahan terhadap penyakit seperti ice-ice, sehingga memiliki resiko usaha yang lebih rendah. Selain itu, rumput laut juga menyerap 40% carbon, sehingga mampu untuk membantu memperbaiki kualitas udara dan lingkungan.
Sementara itu di tempat yang sama, Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto memaparkan Indonesia sebagai penghasil rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok. Beragam jenis rumput laut dapat dibudidayakan yakni Euchema cottonii (penghasil kappa carrageenan), Gracillaria sp (penghasil agar-agar), Sargassum (penghasil alginat), Caulerpa sp (dapat dikonsumsi dalam kondisi segar), Spinosum sp (penghasil carrageenan), Gelidium amanzii dan Ptylophora sp (penghasil biofuel dan kertas) serta beberapa jenis lainnya.
Menurut Slamet, sepanjang 2019 angka sementara produksi rumput laut Indonesia mencapai 9,92 juta ton. Pada tahun 2020, KKP menargetkan produksi rumput laut sebesar 10,99 juta ton dan tahun 2024 diharapkan dapat mencapai 12,33 juta ton. Saat ini Indonesia memiliki 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi, mayoritas produksi dihasilkan dari jenis Euchema cottonii dan Gracillaria sp.