(Beritadaerah – Kolom) Setelah mengamati ekonomi regional khususnya realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Triwulan III Tahun 2019 untuk provinsi-provinsi di Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan, mari kita simak kinerja untuk Balnustra (Bali – Nusa Tenggara).
Provinsi Bali
Kinerja perekonomian Bali pada triwulan III 2019 tumbuh cukup kuat sebesar 5,34% (yoy), utamanya ditopang dari konsumsi rumah tangga dan net ekspor. Namun karena komponen konsumsi pemerintah dan investasi mengalami perlambatan, maka pertumbuhannya lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Dari sisi penawaran, lapangan usaha pertanian sebagai salah satu lapangan usaha utama di Bali mengalami perlambatan. Juga, lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha perdagangan mengalami perlambatan.
Dari data Bank Indonesia diketahui beberapa faktor yang menjadi penahan kinerja ekonomi Bali antara lain karena: berlangsungnya kemarau yang lebih kering dan lebih lama, bergesernya waktu pekerjaan beberapa proyek konstruksi dan infrastruktur, dan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) tertahan karena adanya tambahan persyaratan administrasi pencairan.
PAD Provinsi Bali di triwulan III 2019 tercatat telah mencapai Rp2,95 triliun atau dengan serapan 78,44% dari target anggaran. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan capaian triwulan III 2018 yang sebesar Rp2,68 triliun atau telah terserap 75,26% dari target anggaran. Membaiknya capaian PAD tersebut, terutama ditopang oleh peningkatan capaian sub komponen pajak daerah.
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Dibandingkan Provinsi Bali, ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan III 2019 tumbuh meningkat yakni sebesar 6,26 (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III 2019 didorong oleh meningkatnya kinerja tambang, tercermin dari perbaikan pada ekspor LN dan ekspor DN.
Selain peningkatan kinerja tambang, naiknya laju pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan lapangan usaha konstruksi. Di luar sektor tambang, kinerja ekonomi Provinsi NTB juga mencatatkan pertumbuhan yang positif, yakni sebesar 6,11% (yoy) di triwulan III 2019, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,46% (yoy).
Pertumbuhan lebih lanjut tertahan oleh kinerja lapangan usaha pertanian yang tumbuh terbatas sebagai dampak dari pengaruh musim kemarau terhadap produktivitas pertanian.
Realisasi pendapatan Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB triwulan III 2019 meningkat sebesar 3,15% (yoy). Realisasi pendapatan tersebut sebesar Rp14,99 Triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp14,54 Triliun.
Peningkatan realisasi pendapatan tersebut disebabkan peningkatan Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah yang berupa Pajak Daerah. Penyerapan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pemerintah Provinsi NTB dan seluruh kota/kabupaten di Provinsi NTB pada triwulan III 2019 meningkat jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan Asli Daerah Provinsi NTB pada triwulan III 2019 sebesar Rp.1.682.135 (juta) sedangkan realisasinya sebesar Rp.1.273.959 (juta) atau secara prosentase terhadap pagu adalah sebesar 75.73%.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan III 2019 tumbuh 3,87% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan II 2019 sebesar 6,58% (yoy) dan nasional yang mancapai 5,02% (yoy) dari sisi pengeluaran perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga seiring normalisasi konsumsi masyarakat pasca hari besar keagaamaan Paskah dan Idul Firtri.
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan disebabkan oleh penurunan kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan seiring berakhirnya masa panen dan kondisi kekeringan.
Pendapatan Asli Daerah Provinsi NTT pada triwulan III 2019 sebesar Rp.1,35 triliun sedangkan realisasinya sebesar Rp.0,93 triliun atau secara prosentase terhadap pagu adalah sebesar 68,76%. Jika dibandingkan dengan kedua provinsi sebelumnya maka serapan PAD dari provinsi NTT terendah.
Berikut adalah grafik Realisasi Pendapatan Asli Daerah Triwulan III 2019 dalam prosentase terhadap pagu, dari ketiga provinsi di Balnusra tersebut.
Sejauh penulis amati, untuk provinsi Bali, daerah ini memiliki potensi wisata yang kuat sehingga ketergantungan terhadap pembangunan infrastruktur untuk konektivitas cukup tinggi. Salah satu tantangan pemerintah daerah dalam mendorong peningkatan penyediaan infrastruktur dasar di Wilayah Bali adalah terbatasnya ketersediaan anggaran pemerintah untuk pengembangan infrastruktur. Bila dianalisis lebih lanjut, pendapatan pajak daerah polanya juga sejalan dengan karakteristik Bali sebagai daerah destinasi wisata, kebutuhan akan sarana transportasi relatif tinggi, maka PAD didominasi oleh Pajak Kendaraan Bermotor.
Untuk NTB, meskipun terjadi pertumbuhan kinerja namun terdapat disparitas PAD antar kota/kabupaten di Provinsi NTB. Kota/Kabupaten yang memiliki realisasi PAD terbesar secara nominal pada triwulan III 2019 adalah Kota Mataram yaitu sebesar Rp254,36 Miliar.
Sedangkan untuk Provinsi NTT terjadi perlambatan pertumbuhan dikarenakan kinerja lapangan usaha utama yakni pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami perlambatan pertumbuhan karena masa kekeringan yang ekstrim atau hari tanpa hujan sekitar 100 hari di triwulan III tahun 2019.
(Baca:Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kalimantan 2019)