(Beritadaerah – Kolom) Produk domestik bruto industri pada tahun 2019 diproyeksikan bertumbuh 4,48%—4,60%, sedangkan pada tahun 2020 ini ditargetkan meningkat 4,80%—5,30% pertumbuhannya. Harapan pemerintah ini berarti bahwa sector manufaktur akan bertumbuh lebih kencang yang mencakup juga kinerja investasi, serapan tenaga kerja sampai kepada tumbuhnya ekspor yang akan menutup defisit neraca perdagangan.
Namun untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi tersebut industri Indonesia menghadapi tantangan-tantangan yang tidak kecil. Pertama industri Indonesia masih menghadapi kurangnya bahan baku antara lain seperti biji besi, gas, naphta dan kondensat. Agus Gumiwang Menperin Kabinet Indonesia Maju memiliki strategi jitu untuk mengatasinya dengan menyiapkan RUU Omnibus Law yang menghambat ketersediaan bahan baku. Diharapkan undang-undang yang dihasilkan membuat penyediaan bahan baku di industri hulu dapat berkembang dan ada keleluasaan pengaturan di industri hilir.
Tantangan kedua pada industri Indonesia adalah masih diperlukannya pembangunan infrastruktur bagi industri seperti kawasan industri, pelabuhan, bandara, jalan tol dan lainnya. Infrastruktur masih menjadi fokus pemerintah untuk membawa Indonesia menjadi negara maju, Presiden Jokowi menempatkannya sebagai salah satu prioritas pembangunan pada masa kepemimpinannya di periode kedua.
Tantangan ketiga yang dihadapi adalah masih diperlukannya penyediaan kebutuhan akan utilitas seperti air, gas, listrik, hingga pengelolaan limbah. Perusahaan Listrik Negara menyatakan rasio elektrifikasi nasional hingga kuartal III tahun 2019 rasio elektrifikasi masih dibawah 100 persen sekitar 98,86 persen. Angka ini naik 0,56 persen, Beberapa daerah masih perlu dikejar seperti NTT rasionya 74 persen serta Papua 94 persen. Untuk tantangan ini juga dihadapi dengan stimulus pada peningkatan pembiayaan melalui kredit Investasi pada tahun 2019.
Tantangan keempat adalah terbatasnya sumber daya manusia yang unggul untuk industri. SDM unggul merupakan prioritas pertama dalam pemerintahan Jokowi, alokasi anggaran terbesar lima tahun kedepan adalah pada pembangunan sumber daya manusia.
Tantangan selanjutnya adalah perdagangan global yang membuat produk-produk luar negeri membanjiri Indonesia. Tekanan impor ini sudah menjadi masalah nasional yang sudah menjadi agenda untuk diselesaikan bersama-sama. Berkembangnya pemasaran online saat ini juga membuat persaingan produk-produk tidak terbatas pada industri lokal saja namun menjadi terbuka menjadi persaingan global.
Industri di Indonesia juga mengalami tantangan dalam hal penetapan limbah yang ketat seperti pada baja bekas, kertas bekas juga limbah B3.
Untuk industri kecil dan menengah masih mengalami kendala – terbatasnya akses pembiayaan karena belum bankable, juga masalah terbatasnya ketersediaan bahan baku, kondisi peralatan yang masih tertinggal, dan perlunya bantuan dalam memasarkan produk.
Tantangan yang tidak kecil adalah perlunya dukungan pemerintah untuk hak patent produk-produk yang sifatnya adalah warisan budaya Indonesia, seperti kain tenun dan karya kerajinan lainnya.
Pemerintah melalui Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita tidaklah meninggalkan industri manufaktur sendirian. Dalam mengejar pencapaian target tahun 2020 pemerintah sedang mengupayakan revolusi industri 4.0, pemanfaatan bonus demografi, penyebaran industri ke luar Jawa, terus berusaha membawa masuk investor-investor besar, dan melakukan penyederhanaan birokrasi untuk memacu investasi.