Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau progres pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek, Kamis 19 Sep. (Foto: BKP Kementerian PUPR)

Ibukota baru “Smart Metropolis” bukan “Forest City”

(Beritadaerah – Kolom) Pembangunan ibukota baru yang akan dilaksanakan masih diragukan oleh beberapa pihak. Termasuk diragukan kemungkinan warga nusantara akan hijrah ke ibukota baru ini. Seorang pengusaha yang saya jumpai menyampaikan bahwa pemindahan ibukota tidak terlalu perlu dilakukan, mengapa? Karena banyak orang akan enggan pindah kesana. Ia membandingkan dengan pemindahan ibukota baru untuk Brazil dari Rio de Janiero ke Brasilia, ia sering kesana dan bentuk kotanya tidak seramai Rio de Janiero, lalu masyarakatnya setiap akhir minggu banyak yang ke Rio de Janiero karena asal mereka dari sana, serta bandara Rio de Janiero masih lebih ramai dari Brasilia. Kebenaran tentang hal ini tentu perlu dikaji lagi, namun obrolan dengan rekan pengusaha ini tidaklah berbeda dengan opini masyarakat Jakarta, khususnya PNS di Kementerian / Lembaga. Saat ditanya oleh Jusuf Kala wakil presiden sebelum kabinet yang sekarang, apakah mau pindah ke ibukota yang baru? Jawaban mereka kebanyakan tidak mau.

Menjawab kondisi ini mungkin patut disimak bagaimana mimpi presiden Jokowi tentang ibukota yang baru di Penajam Paser Utara.Vibizmedia hadir dalam acara Indonesia Infrastructure Week 2019 Rabu 6 November 2019, yang dibuka oleh Presiden Jokowi dan disampaikan oleh Presiden bagaimana impiannya tentang Smart Metropolis itu. Saya mencatat paling tidak ada tujuh indikator yang disampaikan presiden, pertama adanya klaster pemerintahan, tentunya ini menunjuk kepada bangunan kantor pemerintah yang diperuntukkan untuk melayani masyarakat sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Kedua, ini belum ada sebelumnya yaitu adanya klaster teknologi dan inovasi yang seperti Silicon Valley. Ketiga, Presiden juga memimpikan Universitas terbaik akan terletak di ibukota baru, yang berlokasi pada pada klaster pendidikan. Keempat ada klaster layanan kesehatan, tentunya ini adalah pusat layanan kesehatan yang terbaik di Indonesia dan kelima,  terakhir klaster wisata.

Kota dengan klaster semua yang terbaik ini, tentunya akan menjadi magnet bagi penduduk Indonesia untuk datang kesana. Disamping presiden menyampaikan kota ini menjadi kota yang dinamis dengan masyarakat majemuk dan bebas emisi. Presiden mengatakan “kota negara ini adalah hadiahnya Indonesia untuk dunia, mimpinya harus tinggi.”

Menjawab pertanyaan salah seorang peserta dalam rakernas KADIN bidang konstruksi dan infrastruktur tentang pembangunan ibukota baru, di Jakarta International Expo beberapa waktu yang lalu, Menteri Pembangunan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyampaikan: Konsep pembangunan ibukota baru bukanlah “Forest City namun Smart Metropolis”  bahkan sambil berkelakar ia menunjuk ketua KADIN, Rosan Perkasa Roeslani, “ Kalau pak Rosan mau pindah ke ibukota baru, itulah tandanya pembangunan ibukota baru berhasil.” Kelakar Menteri PUPR ini semestinya benar, bahwa perpindahan orang-orang muda, terpelajar dan berpenghasilan tinggi merupakan ukuran keberhasilan konsep ibukota baru “Smart Metropolis” berhasil dikerjakan.