(Beritadaerah – Banyuwangi) Sampah yang merupakan material sisa yg dibuang sebagai hasil dari proses produksi, baik itu industri maupun rumah tangga, bagi sebagian orang menjadi masalah. Lain halnya dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur yang telah berhasil mengelola sampah memiliki nilai ekonomi.
Program pendampingan pengelolaan sampah laut, STOP (Stopping The Tap On Ocean Plastic) yang dilakukan Kecamatan Muncar berhasil meningkatkan kapasitas pengolahan sampah oleh warga desa. Sejak dijalankan 1,5 tahun lalu, kini pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Bumdes telah menjangkau 8.900 rumah tangga.
Program STOP yang diinisiasi organisasi non-pemerintah (non-governmental organization/NGO) dunia yang di danai Pemerintah Norwegia dan institusi bisnis Borealis dari Austria, Systemiq. Program ini membantu Pemkab Banyuwangi dalam pengelolaan sampah laut di Kecamatan Muncar. Muncar merupakan pelabuhan ikan terbesar di daerah dan terkenal sebagai penghasil ikan Lemuru terbesar nomor dua di Indonesia.
Chief Delivery Officer STOP Project Systemic Andre Kuncoroyekti pada tahun pertama program, penanganan sampah difokuskan pada Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, karena desa tersebut telah memiliki Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (TPST 3R). Dengan program ini Andre mengaku senang karena berbagai intervensi yang dijalankan berjalan sesuai harapan.
“Kami datang dalam keadaan warga yang masih membuang sampah di laut. Tapi kini semua warga desa bisa dibilang seratus persen sudah membuang sampah ke tempat yang tersedia,” kata Andre yang dikutip laman Banyuwangikab, Rabu (18/9/2019).
Dalam pengelolaan tersebut, Systemiq melibatkan Bumdes sebagai pengelola sampah. Mereka dilatih mengoptimalkan sistem pengangkutan, pengumpulan hingga pengolahan sampah. Saat ini 100 persen warga sudah dilayani oleh Bumdes. Cakupannya sudah mencapai seluruh rumah tangga di Desa Tembokrejo yang berjumlah 8900 Rumah Tangga (RT).
Ande tambahkan bahwa Bumdes sudah berhasil menjual sampah yang telah diolah kebeberapa daerah seperti Surabaya dan Pasuruan. Perbulan Bumdes bisa mendapatkan hasil Rp. 25 juta dari pengelolaan sampah ini.
Dijelaskan oleh Andre, awalnya sampah di TPST Tembokrejo, diangkut dari rumah warga lantas dipilah dan dikelola. Sampah organik dimanfaatkan untuk kompos dan budidaya larva lalat black soldier fly yang memiliki kemampuan mengurai sampah organik. Sementara yang nonorganik, dipilah sesuai jenisnya untuk dijual. Sejak April 2018 hingga Februari tahun ini, jumlah sampah nonorganik yang dijual Bumdes mencapai 10,4 ton.
Hasilnya dalam waktu satu tahun, telah ada perubahan fisik sungai di dekat Pantai Satelit. Tumpukan sampah sudah tidak terlalu banyak, di pinggir-pinggir sungai juga tidak ada tumpukan sampah, ungkap Andre.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, akan mendorong desa lain untuk mengerjakan program serupa. Menurutnya, program ini adalah bagian dari program Smart Kampung yang dapat mengakselerasi kebersihan.
Handi Fu/Journalist/BD
Editor: Handi Fu