(Beritadaerah – Jakarta) Pasar Senen di Jakarta Pusat yang sudah ada sejak masa Pemerintahan Hindia Belanda ratusan tahun lalu ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Pada awal berdirinya, pasar Senen banyak didominasi pedagang etnis Tionghwa dan hanya buka pada hari Senin, itu sebabnya disebut Pasar Senen. Karena banyak peminat maka pasar Senen makin berkembang dan buka setiap hari. Dari pasar sayur dan kebutuhan pokok sehari-hari berkembang hingga produk-produk fashion dan barang elektronik.
Salah satu yang khas dan legendaris dari Pasar Senen adalah aktivitas jual-beli di tengah malam hingga subuh yang ada di pasar ini, yakni jual-beli jajanan atau kue-kue dalam partai besar.

Karateristik transaksi di pagi buta membuat pasar ini juga dikenal dengan “Pasar Subuh Senen” atau “Kue Subuh Senen”. Pada awalnya memang hanya buka dini hari atau subuh, tapi berkembang menjadi buka sejak jam 19.00 dan tutup jam 06.00.

Pelanggan yang berbelanja di pasar subuh Senen ini ada beberapa jenis atau karakter.Pertama pembeli grosir yang berbelanja pada tengah malam, kedua pengusaha kecil seperti katering dan toko-toko kue dan rumah tangga biasa yang lebih banyak berbelanja dini hari sekitar jam 03.00 sd 06.00.

Pasar Senen yang berkembang pesat pada masa pimpinan Gubernur DKI Ali Sadikin (tahun 1960-an) ini terus maju bersama dengan “teman sebaya” nya yakni Pasar Tanah Abang, sama-sama dibangun sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda. Pelanggan pasar kue subuh Senen yang datang kabarnya bukan hanya warga Jakarta tapi Jabodetabek bahkan Cilegon.

Hampir seluruh jenis kue-kue basah tersedia dan bolu-bolu tersedia di pasar ini, seperti lemper, resoles, martabak telor, kue putu ayu, bolu kukus, kue talam, bika ambon, kue sus, pisang bolen, dadar gulung, bakpao, dan masih banyak aneka kue yang ada.

Foto: Anna Elza Polii/ BD