Ilustrasi: Menperin Airlangga Optimistis Indonesia Jadi Hub Manufaktur ASEAN (Foto: Kemenperin)

Airlangga: Industri Manufaktur Jadi Daya Ungkit Pertumbuhan Ekonomi

(Beritadaerah – Nasional) Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, terkait kinerja industri manufaktur Indonesia yang terus menguat, ini akan mampu jadi daya ungkit bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pemerintah akan lebih fokus untuk memacu kinerja sektor yang memiliki efek berantai tersebut.

“Bapak Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa ke depan akan semakin mendorong peningkatan investasi di sektor industri, terutama yang berorientasi ekspor dan menjadi substitusi impor. Selain itu juga fokus terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM),” kata Menperin di Jakarta, Senin (28/5).

Melalui implementasi road map Making Indonesia 4.0, pemerintah serius merevitalisasi industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global di era digital. Pemanfaatan teknologi digital menjadi penting guna meningkatkan produktivitas dan kualitas secara efisien serta menghasilkan inovasi produk yang dapat memenuhi pasar domestik maupun ekspor.

“Maka itu, pemerintah bertekad untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memberikan kemudahan perizinan usaha serta memfasilitasi pemberian insentif fiskal dan nonfiskal,” ungkap Airlangga. Hal penting lainnya dalam mendorong aktivitas industrialisasi, yakni menjaga pasokan bahan baku dan ketersediaan energi dengan harga yang kompetitif.

Menurut Izzudin, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) industri manufaktur khususnya yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang optimal bagi komoditas-komoditas unggulan sehingga tidak mengekspor bahan mentah begitu saja. Langkah ini dapat pula meningkatkan ekspor sehingga mampu menekan defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia.

“Massifnya pembangunan infrastruktur beberapa tahun terakhir, perbaikan reformasi birokrasi yang terus dilaksanakan, serta upaya menekan korupsi dari tingkat pusat maupun daerah merupakan tiga faktor utama pendorong kemajuan bisnis dan industri di Indonesia. Idealnya, industri manufaktur dalam waktu lima tahun mendatang dapat meningkat karena ketiga faktor tersebut perlahan-lahan terus dibenahi,” paparnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar kepada struktur produk domestik bruto (PDB) nasional hingga 20,07 persen pada triwulan I tahun 2019. Jumlah tersebut naik dibanding capaian sepanjang tahun 2018 sebesar 19,86 persen.

Merujuk data World Bank, rata-rata kontribuisi sektor manufaktur terhadap perekonomian di negara-negara industri di dunia rata-rata sekitar 17 persen. Namun, lima negara yang industrinya mampu menyumbang di atas rata-rata, salah satunya adalah Indonesia, dengan mencapai 20,2 persen. Sedangkan 4 negara lainnya adalah China (28,8%), Korea Selatan (27%), Jepang (21%), dan Jerman (20,6%).

Emy T/Journalist/BD
Editor: Emy Trimahanani