(Beritadaerah – Jakarta) Puncak perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang akan berlangsung pada bulan Februari 2019 menjadi peluang bagi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk menjaring wisatawan mancanegara (wisman) khususnya asal Tiongkok. Kemenpar menargetkan minimal 200.000 wisman asal Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia pada saat perayaan tersebut.
Jumlah kunjungan wisman Tiongkok ke Indonesia setiap tahunnya meningkat, dan selalu membludak selama Februari sehingga menjadikan bulan ini sebagai “peak season” tersendiri bagi wisman negeri Tirai Bambu tersebut. Sejumlah destinasi favorit mereka di antaranya Bali, Manado, Batam, Bintan, dan Jakarta.
“Hampir semua negara mengejar pasar Tiongkok, bukan hanya sektor pariwisata, tapi juga industri lainnya. Karenanya kami targetkan wisman asal Tiongkok itu bisa mencapai 3,5 juta tahun ini,” ujar Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Regional I (Great China) Kemenpar Vinsensius Jemadu dalam siaran persnya kepada Beritadaerah.co.id, Rabu (30/1) malam.
Vinsensius mengatakan, setiap bulan Februari merupakan saat yang tepat untuk menggaet wisman Tiongkok. Untuk itu pihaknya sudah mulai melakukan promosi sejak awal Januari untuk momentum Imlek dan Cap Go Meh. Pihak Kemenpar menargetkan sejumlah daerah menjadi pasar bagi wisman Tiongkok, seperti Bali yang ditargetkan menyumbang 50.000-75.000 wisman saat bulan Februari. Kemudian Batam 20.000, Bintan 35.000, Manado setiap bulan sudah mencapai 10.000, dan Jakarta 15.000.
Sementara itu Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengungkapkan, jika pasar wisatawan Tiongkok sangat potensial untuk dikembangkan. Sebab outbound wisatawan Tiongkok selalu terkoreksi positif setiap tahunnya. Tercatat, jumlah outbound mereka mencapai 130 juta orang pada 2017. Selain itu jumlah pengeluaran mereka juga besar dan menghabiskan bujet hingga RMB 115,29 miliar atau Rp 242,109 triliun sebagaimana data International Luxury Travel Market Asia (ILTMA).
Ditambahkan juga oleh Menpar bahwa wisatawan Tiongkok sangat royal berbelanja di pasar global. Kemampuan rata-rata spending mereka mencapai USD 1.139 per trip atau setara Rp 15,9 juta dengan kurs Rp 13.940. Ini tentu menjadi acuan yang bagus untuk meraup pundi-pundi devisa bagi Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) wisman asal negeri Tirai Bambu ini pada tahun 2017 mencapai 1,7 juta kunjungan dan merupakan negara asal wisman yang terbesar mengunjungi Indonesia.
Source : Kemenpar